Karhutla di Sumsel Tak Kunjung Padam Meski 'Dihujani' 18,1 Juta Liter Air, Ini Penyebabnya
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas bersamaan dengan puncak musim kemarau.
Kebakaran sudah merambah ke areal gambut.
Karhutla di Sumsel Tak Kunjung Padam Meski 'Dihujani' 18,1 Juta Liter Air, Ini Penyebabnya
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas bersamaan dengan puncak musim kemarau. Beragam upaya dilakukan namun api tak kunjung padam.
Karhutla terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir, dan terbaru menyebar di Banyuasin. Tak hanya lahan mineral, kebakaran juga sudah merambah ke areal gambut.
- Relawan Ganjar Bagikan Ribuan Liter Air Bersih di Purwakarta
- Hutan Jati di Mojokerto Ini Diduga Kampung Kerajaan yang Hilang, Petani Tak Sengaja Temukan Harta Karun
- Karhutla di Sumsel Sekarang Lebih Parah Dibanding 2019, Ini Penyebabnya
- Relawan Ganjar Sebar Ribuan Liter Air Bersih ke Daerah Terdampak Kekeringan di Cianjur
Tim satgas dari TNI, polri, BPBD, Manggala Agni, dan masyarakat berjibaku memadamkan api agar tidak semakin meluas, apalagi sampai masuk ke pemukiman yang akan berdampak lebih buruk. Belum lagi tim udara dengan 7 unit helikopter baik patroli maupun armada pengeboman air dikerahkan.
Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengungkapkan, sepanjang Mei-Agustus 2023 sebanyak 18,1 juta liter air telah ditumpahkan oleh heli water boombing di lokasi kebakaran. Upaya ini diproyeksikan dapat memadamkan api dengan cepat sehingga tidak menjalar ke sekitar.
Sementara teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang diterapkan pada 8-18 Agustus 2023 dinilai tidak optimal karena faktor cuaca. Penerbang tidak menemukan awan penghujan sehingga menyulitkan melakukan penaburan dan penyebaran garam.
"Kami terus gencarkan pemadaman di titik-titik api, begitu tahu koordinatnya langsung bergerak,"
ungkap Ansori, Kamis (25/8).
merdeka.com
Tim darat juga dengan sigap melakukan pemadaman dengan peralatan lengkap. Hanya saja, keterbatasan air di lokasi dan beratnya medan menjadi kendala satgas.
Ansori menduga, api cenderung disebabkan faktor manusia. Ada yang membuang puntung rokok sembarangan dan ada juga unsur kesengajaan berupa membakar untuk membuka lahan.
Pembakaran lahan itu tidak diantisipasi dengan memaksilkan penjagaan dan pemadaman sehingga api menjalar ke areal sekitar dan sulit dipadamkan karena semakin membesar.
"Membuka lahan untuk berkebun sayur dan sebagainya, tapi api tidak dijaga dengan baik lalu lepas tangan ketika merambat ke luar kebunnya,"
kata dia.
Lokasinya sulit dijangkau dan arah angin yang berubah-ubah menyulitkan petugas. Api cepat meluas karena bahan bakar sangat melimpah seperti kayu kering dan rumput. Bahayanya lagi jika api sudah masuk ke areal gambut yang memiliki kedalaman cukup dalam.
"Jika gambut sudah terbakar, sangat sulit dipadamkan," terangnya.