Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi
Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi. MUI dan GMIT meminta umat untuk tak terprovokasi terkait kasus penganiayaan murid SD di Sabu Raijua. Kasus tersebut merupakan murni kriminal.
Sejumlah pihak mengimbau warga tidak terprovokasi kasus penyerangan kepada tujuh murid SDN 1 Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua DPRD Sabu Raijua Paulus Tuka meminta warga untuk tetap tenang dan menyerahkan penanganan kasus ini ke polisi.
"Jangan kita kaitkan masalah (penyerangan) ini dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA)," kata Tuka kepada Antara, Selasa (13/12).
Ia mengatakan sebagai pimpinan dewan pihaknya mengimbau masyarakat, terutama keluarga korban agar tidak mengaitkannya dengan penyerangan terhadap agama tertentu.
Kepala Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) AKBP Jules Abraham Abast mengatakan pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Dia mengatakan, polisi juga tetap mendalami kemungkinan ada motif lain di balik kasus penyerangan itu.
"Sementara ini, kami lebih fokus memberikan ketenangan kepada warga agar tidak anarkis dalam menyikapi kasus ini," katanya.
Apalagi, kasus penyerangan ini sudah menyebar ke seluruh wilayah itu dan menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, kata Jules Abraham Abast.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dan menyerahkan kasus ini kepada aparat penegak hukum untuk ditangani.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT mengimbau seluruh umat beragama tidak terprovokasi insiden penyerangan itu. "Kekerasan tidak diajarkan oleh agama mana pun, apalagi mengatasnamakan agama tertentu. Umat tidak boleh terprovokasi dan menyudutkan agama tertentu," kata Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim.
Imbauan itu menanggapi konten di Facebook yang sudah mengarah memojokkan agama tertentu, sementara delapan murid kelas V dan kelas VI SD Negeri Sabu Barat sedang menjalani perawatan instensif di Rumah Sakit Panie, karena mengalami luka pada bagian leher.
Abdul Kadir meminta agar jangan ada yang mengaitkan kasus penyerangan tersebut dengan agama tertentu.
MUI juga meminta aparat penegak hukum untuk terus menyampaikan perkembangan penanganan kasus tersebut secara terbuka dan transparan, agar tidak ada saling curiga antarumat beragama di NTT, khususnya Pulau Sabu.
Menurut dia, penanganan kasus ini secara tertutup, justru bisa berakibat buruk karena masyarakat lebih percaya pada media sosial yang terus menyuarakan kasus kekerasan di Sabu dalam versi sendiri.
"MUI berharap, informasi di media sosial seperti Facebook lebih mengedepankan kebersamaan. Tidak boleh bersifat memprovokasi karena bisa mengganggu hubungan bersaudaraan diantara sesama umat di daerah ini," katanya.
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) juga meminta agar umat lintas beragama di Sabu Raijua saling menjaga untuk memelihara kerukunan, dan bersama-sama bersuara menuntut keadilan bagi anak-anak yang menjadi korban tindakan kekerasan.
"Selain itu, GMIT mengimbau tokoh-tokoh agama di daerah itu, saling berkoordinasi untuk memastikan bahwa toleransi dan kerukunan antarumat tetap terjaga dan terawat dengan baik," kata Ketua Sinode GMIT Pdt. Merry Kolimon.
"Mari kita menjaga Pulau Sabu dan NTT sebagai rumah bersama. Kita tolak tegas semua tindakan memprovokasi dengan cara tidak membiarkan diri terprovokasi. Kami imbau tokoh-tokoh agama saling berkoordinasi untuk memastikan kita merawat toleransi dan kerukunan," ujarnya.
GMIT juga memohon kepada seluruh jemaat/masyarakat, terutama di Pulau Sabu untuk tidak terprovokasi.
Dalam kaitan dengan penyerangan, Gereja Masehi Injili di Timor mengencam keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu.
"Kami mengecam dengan keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu, NTT. Kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan," kata Merry Kolimon.
Menurut dia, kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan dan tidak bisa dibenarkan.
Dalam hubungan dengan itu, GMIT meminta pemerintah dan pihak keamanan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh mengungkap pelaku tindakan penyerangan, dan motivasinya.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut terjadi? Pelaku insial H anak kandung korban, kejadian pengniayaan itu sudah lama, yakni pada Jumat 10 Mei 2024 sekira pukul 07.00 Wib. Tapi, videonya baru tersebar sekarang, makanya kami langsung gerak cepat ke rumah pelaku," kata Bery kepada merdeka.com.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Bagaimana pelaku melakukan penipuan? "Kalau mau, ya saya bilang ada Rp50 ribu. Udah, Rp100 ribu aja katanya. Ya sudah, saya kasih Rp100 ribu," terangnya. "Saya disuruh ke atas menghadap ke pimpinan. Katanya kalau ada uang Rp4 juta, saya bisa kerja langsung besok," imbuhnya. Karena korban tak menyanggupi untuk menyerahkan sejumlah uang jutaan rupiah itu, dia diminta menunggu pengumuman hingga sore hari. Sadar dirinya ditipu, korban lantas bergegas keluar dari lokasi.
-
Di mana peristiwa penganiayaan tersebut terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Kenapa singkatan penting? Secara umum, telah disebutkan bahwa singkatan berguna untuk efisiensi, yaitu mempermudah dan mempercepat komunikasi tertulis maupun lisan.
Baca juga:
Anak-anak SD di Kabupaten Sabu, NTT diserang pria bawa sajam
Diserang pria bersajam, 7 anak SD di Sabu Raijua dibawa ke Puskesmas
Bawa senjata tajam, pelaku serang siswa kelas V dalam ruangan
Penyerang 7 murid SD di NTT tewas dikeroyok warga di dalam tahanan
Istana minta Polri tindak tegas penyerang 7 siswa SD di Sabu NTT
Ini kronologi lengkap penyerangan 7 anak SD di Sabu Raijua