Kejar teroris, polisi dan TNI wajib punya kemampuan perang gerilya
Karena teroris di Indonesia lebih memilih pertempuran di rawa-rawa, di sungai, bukit dan sawah-sawah.
Pergerakan kelompok teroris di Indonesia dinilai memiliki perbedaan dengan kelompok teroris di negara lain. Mulai dari cara melakukan aksi teror maupun cara mereka bersembunyi dari pengejaran polisi.
Hal itu bisa dibuktikan dari pengejaran terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Abu Wardah alias Santoso yang membutuhkan waktu sangat panjang.
-
Kenapa para tentara salib ini tewas? Menurut sejarah Perang Salib, saat itu Sidon sedang dikepung dan dihancurkan pada tahun 1253 oleh tentara Mamluk dan tahun 1260 oleh bangsa Mongol. Kemungkinan besar para prajurit ini tewas dalam salah satu pertempuran ini.
-
Apa itu Terong Raos? Terong raos merupakan olahan terong yang digoreng crispy, kemudian disiram saus pedas manis.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Di mana kejadian teror suara ketuk pintu ini terjadi? Belum lama ini, sebuah kejadian yang tak biasa terjadi di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kenapa Tari Sining terancam punah? Sayangnya, seiring berjalan zaman yang semakin modern, Tari Sining sudah semakin menghilang dan memudar keberadaannya.
"Kalau kita lihat perburuan Santoso itu tidak cukup sehari dua hari, memerlukan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan. Artinya model operasi teroris itu sudah berubah dan tidak seperti di negara-negara lain," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin di kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (20/7).
Karena itu aparat keamanan juga harus mempunyai keahlian khusus untuk pertempuran di segala medan. Termasuk kemampuan bergerilya.
"Penguasaan terhadap teknik-teknik bertempur harus dimiliki oleh seluruh aparat yang terlibat di dalam upaya pemberantasan teroris. Karena para teroris lebih memilih pertempuran di rawa-rawa, di sungai, bukit dan sawah-sawah," lanjut TB Hasanudin.
Meski sudah banyak gembong teroris tewas di tangan polisi, namun sel-sel kelompok terorisme masih berkembang. Karena itu pengawasan terhadap seluruh wilayah Indonesia perlu lebih diperketat. Tidak hanya di wilayah yang dianggap daerah pergerakan kelompok radikal.
Baca juga:
Ini strategi Kepala BNPT Suhardi berantas teroris
Luhut tak yakin ada serangan balik teroris pasca Santoso tewas
Jaringan teroris di Indonesia tak pernah mati
Densus 88 geledah rumah terduga teroris terkait bom Mapolresta Solo
Kakak mendiang Afif dikuntit Densus 88 sebelum rumahnya digeledah
Ini wajah pelaku serangan kapak di Jerman