Kekeringan, puluhan desa di Boyolali krisis air bersih
Kekeringan, puluhan desa di Boyolali krisis air bersih. Sedikitnya 40 desa di 4 kecamatan lereng Gunung Merapi dilanda krisis air bersih. Keempat kecamatan adalah Wonosegoro, Cepogo, Kemusu, dan Juwangi. Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinung menuturkan, wilayah yang mengalami krisis air bersih, masih bisa diatasi.
Musim kemarau yang terjadi akhir-akhir ini membuat puluhan desa di Kabupaten Boyolali, mengalami kekeringan. Sedikitnya 40 desa di 4 kecamatan lereng Gunung Merapi itu dilanda krisis air bersih
Keempat kecamatan tersebut adalah Wonosegoro, Cepogo, Kemusu, dan Juwangi. Pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat bahkan telah menetapkan siaga kekeringan sejak 1 Juli lalu.
-
Apa ciri khas Sego Tempong Boyolali? Di Boyolali, makanan Sego Tempong sudah diadaptasi sesuai dengan lidah warga Jateng. Uniknya lagi, lauk sego tempong di salah satu warung makan di Boyolali itu adalah iga sapi yang pedas.
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kapan Angga pindah ke Boyolali? Pindah dari Jakarta ke Boyolali pada tahun 2004, Angga mengaku sekeluarga tinggal di bekas kandang kambing milik kakeknya.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kenapa Air Panas Citando di Lebak sekarang terbengkalai? Sayangnya pemandian air panas yang dikelilingi pohon rindang itu tinggal kenangan. Kondisi tak terawat tampak di destinasi air panas Citando, Desa Senanghati, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Keadaan di sekitar area parkir, sampai titik sungai air panas sudah dipenuhi ranting dan dedaunan hingga menguatkan kesan terbengkalai.
Camat Kemusu, Supana mengemukakan, dari 13 desa di wilayahnya, rata-rata mulai mengalami kelangkaan air bersih. Lima desa di antaranya memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi.
"Kekeringan ini selalu berulang tiap tahun pada musim kemarau Warga biasanya mencari mata air di sungai, atau membuat sumur baru di tengah ladang," katanya, Kamis (28/7).
Supana menambahkan, saat ini sumur tersebut masih mengeluarkan air, namun pada pertengahan bulan Agustus, biasanya sudah tidak ada lagi sumber air.
"Saya harap dalam waktu dekat ada bantuan dropping air bersih dari Pemkab, BPBD, Bakorwil II Surakarta, ataupun dari lembaga lain. Kecamatan, sebenarnya sudah mengusulkan pembuatan embung di desa-desa rawan krisis air, namun Pemkab Boyolali belum merealisasikan," keluhnya.
Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinung membenarkan kondisi yang terjadi di wilayahnya tersebut. Namun sejumlah wilayah yang mengalami krisis air bersih, masih bisa ditangani.
"Sampai sekarang belum ada permintaan droping air. Artinya, warga masih belum terlalu kekurangan air bersih," ujar Bambang.
Bambang menambahkan setiap kemarau panjang, biasanya ada 42 desa di 6 kecamatan di Boyolali, yang menjadi langganan krisis air bersih. Ke 42 desa tersebut tersebar di 6 kecamatan.
"Pemkab Boyolali dan BPBD lebih menekankan solusi permanen. Kami sudah membangun beberapa embung di daerah rawan kekeringan sehingga bisa membantu warga mengatasi kekurangan air," jelas Bambang.
Bambang mengaku sudah berkoordinasi dengan bupati dan para camat untuk menangani masalah krisis air bersih. Diantaranya dengan mengajukan anggaran sebesar Rp 200 juta ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat melalui BNPB Provinsi.
"Kalau ada permintaan bantuan air bersih, kami berkoordinasi dengan PDAM, PMI, Bagian Kesra Setda Boyolali, serta Bakorwil II Surakarta," jelasnya.
(mdk/noe)