Kemana Sisa Makan Bergizi Gratis yang Tak Habis?
Pemisahan sampah makanan tersebut nantinya dilakukan, seperti sisa makanan yang sudah disantap oleh anak dengan sampah lainnya.
Kepala SPPG Ciracas, Agung Riyano Riyadita mengatakan, jika pihaknya berkerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini terkait dengan sisa makanan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah mulai berjalan beberapa hari lalu.
"Untuk evaluasi setiap hari, sisa dari makanan itu kita kumpulkan. Dan kita evaluasi setiap harinya apakah menu ini akan kita berikan lagi pada saatnya nanti dan proses pendataan dari sampah ini pun kita juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup," kata Agung kepada wartawan di Ciracas, Jumat (10/1).
- Dapat Makan Bergizi Gratis Siswa Tak Mau Makan Ayam, Pilih Campur Nasi dengan Mie Kremes
- Ragam Keluhan Hari Pertama Makan Bergizi Gratis: Rasa Hambar, Tidak Ada Susu dan Makanan Datang Jelang Pulang
- Lahapnya Anak Sekolah di Kupang Menyantap Makan Bergizi Gratis
- Apakah Makan Siang Gratis Rp15.000 Cukup Penuhi Gizi Anak? Ini Kata Menkes
Ia menjelaskan, pemisahan sampah makanan tersebut nantinya dilakukan, seperti sisa makanan yang sudah disantap oleh anak dengan sampah lainnya.
"Jadi bahan makanan yang sampah, misalkan kayak ujung wortel, kemudian bongkol-bongkolnya, itu dipisahkan dengan sisa makanan yang sudah selesai dikonsumsi oleh balita, anak sekolah, ibu menyusui, ibu hamil. Jadi itu ada perbedaan," jelasnya.
"Nanti itu ditimbang, kemudian kita laporkan ke instansi terkait, dan itu akan diangkut oleh mereka," sambungnya.
SOP Sisa Makanan Bergizi Gratis
Sementara itu, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Prita Laura menjelaskan, Kementerian Lingkungan Hidup sudah membuat SOP terkait dengan sisa makanan tersebut.
"SOP-nya ini saat ini sedang terus disosialisasikan, bukan hanya untuk SPPG menjadi bagian dari SOP, namun juga kepada dinas-dinas lingkungan hidup. Karena bagaimanapun juga dinas lingkungan hidup di berbagai daerah punya peran sangat penting untuk kemudian mengambil dan mengolah hal tersebut," jelas Prita.
"Nah yang paling penting adalah, ini adalah kesempatan bagi masyarakat dan juga SPPG sendiri untuk kemudian mengolah sampah makanan menjadi sirkular ekonomi, menjadi kompos, menjadi industri magot, seperti itu," sambungnya.
Dari pengolahan sisa makanan tersebut juga nantinya bisa menambah perekonomian. Karena memang bisa menjadi pupuk kompos.
"Jadi ini adalah kesempatan sebenarnya. Jadi mari kita melihat bagian dari sampah makanan yang dihasilkan ini, bukan sebagai satu permasalahan tapi sebuah kesempatan untuk kemudian justru menambah perekonomian lokal," ungkapnya.
"Tadi teman-teman dengar sendiri di SPPG pun sudah mengumpulkan, nanti kemudian diserahkan. Namun tentunya ini butuh mata rantai dengan dinas lingkungan hidup di daerah," pungkasnya.