Kisah adik Amrozi yang kini gencar ceramah bahaya terorisme
Ali Fauzi Manzi yang pernah ke Mindanao Filipina mendirikan camp pelatihan militer ini kemudian mengisahkan bagaimana dia mulai mengenal bom di usia 18 tahun dan bergabung bersama saudara-saudaranya hingga menyadari jalannya itu salah dan kini kembali ke ajaran agama Islam yang penuh degan kedamaian.
Ali Fauzi Manzi, mantan teroris adik kandung dari teroris Amrozi dan Ali Imron menyampaikan ceramah tentang bahaya terorisme di hadapan 1.853 prajurit TNI, Selasa, (22/5). Ceramah berlangsung di masjid Hasanuddin, Makodam XIV/Hasanuddin.
Mantan kepala instruktur perakit bom Jamaah Islamiyah (JI) ini mengawali ceramahnya usai salat zuhur berjamaah dengan minta maaf.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Bagaimana caranya untuk memperkuat ideologi bangsa agar terhindar dari infiltrasi ideologi yang mengarah pada aksi terorisme? “Semua sila-silanya harus masuk ke hati. Namun, selama ini yang dirasa Pancasila hanya sekadar pengetahuan kognitif, belum menjadi belief system ke hati yang paling dalam, maka tanamkan itu dan insyaallah nilai-nilai yang tidak sesuai di hati akan terhindar dengan sendirinya,” ucapnya.
-
Apa saja bentuk bantuan yang diberikan pemerintah kepada korban terorisme? Pemerintah dalam hal penanganan dan pemulihan korban terorisme bersinergi dengan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban), berupaya optimal untuk menerapkan kebijakan sensitif korban.
-
Siapa yang berkomitmen untuk memperhatikan para penyintas terorisme? Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) komitmen perhatikan para penyintas.
"Saya minta maaf dengan kejadian-kejadian bom beberapa tahun silam yang saya lakukan bersama saudara-saudara saya, sahabat-sahabat saya dan murid-murid saya," kata perakit bom adik dari para pelaku bom di Legian, Bali tahun 2002 lalu ini.
Ali Fauzi Manzi yang pernah ke Mindanao Filipina mendirikan camp pelatihan militer ini kemudian mengisahkan bagaimana dia mulai mengenal bom di usia 18 tahun dan bergabung bersama saudara-saudaranya hingga menyadari jalannya itu salah dan kini kembali ke ajaran agama Islam yang penuh degan kedamaian.
Dia juga menjelaskan tren teror bom di Indonesia mulai dengan teror bom yang terkenal dengan istilah bom mobil, bom pipa, bon rompi, bom panci, hingga bom keluarga yang dipilih oleh keluarga Dita di Surabaya baru-baru ini.
"Saya sudah beberapa kali ceramah di depan prajurit TNI tapi terbesar di tempat ini. Saya cukup bangga bisa bersinergi dengan kawan-kawan TNI," ujarnya kepada wartawan didampingi Mayjen TNI Agus Surya Bakti, Pangdam XIV/Hasanuddin sesaat sebelum meninggalkan masjid Hasanuddin.
Dulu, cerita dia, bermusuhan dengan TNI dan Polri namun sekarang sangat akrab seperti saudara. Dia lantas berterima kasih diberi forum untuk mensosialisasikan tentang bahaya terorisme.
"Dulu kami didoktrin oleh senior-senior bahwa TNI dan Polri itu bagian dari thogut yang bahasa kasarnya syaitan. Tetapi setelah saya lihat fakta-fakta di lapangan, sungguh jauh panggang dari api. Mereka (TNI-Polri) baik sekali, ramah, salatnya mungkin lebih khusyu'. Banyak saya temukan anggota TNI, Polri jauh lebih baik dari saya secara pribadi," kata Ali Fauzi Manzi.
Dia berterima kasih kepada Mayjen TNI Agus Surya Bakti yang punya andil merubah hidupnya. Karena setelah bertemu jenderal dua bintang itu, perubahan besar terjadi pada dirinya. Dia kemudian meninggalkan paham-paham terorisme dan kini menjadi bagian dari gerakan melawan terorisme.
Target terbesar dalam hidupnya kini, kata Ali, adalah terus mengkampanyekan perdamaian di nusantara dengan lingkar perdamaian bersama sahabat-sahabat lainnya. Terus mengupayakan jangan lagi ada tindak pidana terorisme dan membumikan perdamaian di bumi nusantara.
Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengungkap, memang di tahun 2012 lalu saat masih menjabat Deputi Pencegahan di BNPT salah satu tugasnya adalah meluruskan kembali hidup mereka yang tersesat dalam dunia terorisme.
"Tidak hanya beliau (Ali Fauzi Manzi) tapi banyak hanya saja tidak bisa kami jelaskan semua karena akan membahayakan mereka. Tapi itulah yang dilakukan BNPT yang tidak terekspos. Ini saja saya ungkap karena beliau sendiri yang mengaku," kata Mayjen TNI Agus Surya Bakti.
Agus bercerita setelah para teroris ditangkap polisi, maka tugas BNPT adalah melakukan pendekatan dengan menjelaskan tentang hidup berbangsa, bernegara. Sekaligus mengajarkan bagaimana agama Islam mengajarkan tentang kedamaian.
"Mereka yang berani tampil kami bawa keliling Indonesia, menceritakan pengalamannya, beri testimoni kepada masyarakat tentang bahayanya terorisme," ujar Agus Surya Bakti.
Baca juga:
'Deradikalisasi untuk modernisasi paham radikal, tapi praktiknya bantuan wirausaha'
Kombatan ISIS dikabarkan akan pulang, Bandara Juanda Surabaya diperketat
Kepala BNPT sebut kelompok JAD dan JAT belum tersentuh deradikalisasi
'Pemerintah masih sangat lemah dalam program deradikalisasi'
4 Gembong teroris sudah insaf, sekarang setia pada NKRI