Kisah Brigjen Iwan Setiawan, Danjen Kopassus Baru saat Taklukkan Gunung Everest
Misi sulit dari Danjen Kopassus saat itu Prabowo Subianto untuk Tanah Air berhasil dilaksanakan Iwan bersama tim di tahun 1997. Saat itu masih muda dan bugar, usai lulus dari Komando, menerima tugas merupakan sebuah kehormatan luar biasa.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menunjuk Waaslat Kasad bidang Kermamil Brigjen Iwan Setiawan menjadi Komandan Jenderal Kopassus menggantikan Mayjen Widi Prasetijono. Sosok Iwan Setiawan merupakan lulusan Akademi Militer 1992.
Saat menjadi Lettu, Iwan menjadi salah satu orang yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Kala itu, sekian tahun belum pernah ada yang berhasil menaklukan Mount Everest, sebagai gunung dengan puncak tertinggi di dunia.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan HUT Kopassus diperingati? Kopassus didirikan pada tanggal 16 April 1952. Selamat ulang tahun ke-72, Kopassus!
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Apa yang dimaksud dengan HUT Kopassus? Ucapan selamat Hari Ulang Tahun (HUT) Kopassus memiliki makna yang mendalam karena merayakan sejarah, dedikasi, dan jasa-jasa satuan elit militer tersebut dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
Misi sulit dari Danjen Kopassus saat itu Prabowo Subianto untuk Tanah Air berhasil dilaksanakan Iwan bersama tim di tahun 1997. Saat itu masih muda dan bugar, usai lulus dari Komando, menerima tugas merupakan sebuah kehormatan luar biasa.
"Pendakian Mount Everest itu adalah pendakian seluruh pendaki di dunia. Dan saya saat itu belum tahu apa itu Mount Everest. Bayangkan kita naik gunung saja belum pernah, terutama gunung es," ujar Brigjen Iwan.
"Saat itu saya baru lulus komando. Ya memang masih muda, ya memang fisiknya masih bagus. Kemudian ada pengumuman bahwa akan ada seleksi untuk pendakian Mount Everest. Jadi kalau Kopassus itu tugas adalah segala-galanya, tugas adalah suatu kehormatan," imbuhnya.
Mendaki Mount Everest di perbatasan Nepal dan Tibet dengan ketinggian mencapai 8848 meter dari permukaan laut. Perbandingan seratus orang, hanya sepuluh persen yang selamat dan menyisakan kemungkinan tujuh orang yang bisa bertahan sehat. Sebelum menjalankan misi sulit tersebut, Iwan meminta izin dulu untuk menikah.
"Risiko untuk mendaki Mount Everest itu fifty-fifty. Dari seratus pendaki, kemungkinan sepuluh yang baru sampai, dari sepuluh kemungkinan tiga yang bisa selamat," kata Iwan.
"Sebelum berangkat saya izin menikah dan saya diizinkan sebelum berangkat," imbuhnya.
Muncul kekhawatiran dari benak istri sang prajurit, Beti Iwan Setiawan. Posisi tengah hamil, ditinggal bertugas dengan risiko kematian.
Beti takut bila suaminya kembali tinggal nama. Kekalutan yang menyelimuti, takut bila anaknya lahir tanpa seorang ayah. Iringan doa selalu dipanjatkan olehnya untuk keselamatan dan kepulangan sang suami.
"Kami waktu itu baru menikah, satu bulan saya ikut ke Cijantung, saya sudah hamil. Ditinggal bapak untuk melaksanakan tugas. Saya itu sempat aduh ini kalau suami saya enggak kembali, berarti anak ini tidak ada bapaknya," ujar Beti.
Perbedaan cuaca yang begitu ekstrem antara tropis di Tanah Air dengan Mount Everest, sontak dingin yang begitu menusuk. Iwan sempat sakit saat baru melewati 100 meter. Tubuh masih kaget sampai muntah-muntah, apalagi Iwan seumur hidup belum pernah melakukan pendakian gunung.
"Waktu berangkat ke Mount Everest, kita kan dari tim tropis dan enggak pernah naik gunung es. Jadi begitu sampai di sana, pelatih dari Kazakhstan itu membawa kita langsung ke gunung es. Saya baru jalan di gunung es seratus meter, saya muntah-muntah, kaget dan belum siap dengan cuaca dingin," jelas Iwan.
Misi pendakian gunung Everest didukung dan diprakarsai langsung oleh Prabowo sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Tim pendaki dari Indonesia terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI pada 26 April 1997. Brigjen Iwan kala itu menerima amanah dari Prabowo sebagai Perwira yang memimpin seluruh tim pendaki Tanah Air.
"Dan saya satu-satunya Perwira Akmil yang memimpin. Tumpuan harapan Pak Prabowo saat itu termasuk negara, bagaimana saya bisa mengibarkan bendera Merah Putih. Tapi saya berdoa di situ, sekuat tenaga saya harus bisa, Alhamdulillah dua hari kemudian. Mungkin berkat doa kita dan doa istri, saya sembuh," imbuhnya.
Menembus suhu minus 50 derajat, Iwan sempat terjatuh. Rasa khawatir mengingat gunung tertinggi tersebut telah banyak memakan korban. Kembali bangkit saat terbayang istri yang sedang hamil.
Sesampainya di puncak, tanpa matras dan sleeping bag, serta kehabisan oksigen. Begitu pasrah Iwan hanya bergantung pada kekuatan Tuhan melalui lantunan doa.
"Bayangkan, suhu Mount Everest sana minus 50 derajat. Sepanjang jalan banyak orang-orang meninggal. Kemudian saya terjatuh di ketinggian 8.500. Begitu terjatuh, saya terbayang, istri saya sedang hamil besar. Saya berdoa, untuk saya bisa selamat dan kembali untuk melihat istri saya melahirkan," papar Iwan.
"Saya di puncak itu saya kehabisan oksigen. Bayangkan ada orang bisa hidup di ketinggian 8.500 dengan suhu minus 50, tanpa matras, tanpa sleeping bag, hanya kekuatan doa. Saya di puncak tertinggi di dunia, impian seluruh warga Indonesia," jelasnya.
Tak ayal keberhasilan luar biasa Iwan untuk mengibarkan bendera merah-putih di puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest langsung dibanjiri pujian.
Sesampainya di Tanah Air, sebagai bentuk penghormatan ada 20 jenderal yang menjemput kedatangannya. Sebab dia menjadi perwakilan orang Asia pertama yang mampu menaklukkan Mount Everest.
"Begitu kembali, begitu berhasil, saya dijemput sama dua puluh jenderal waktu itu. Kemudian kita menjadi orang Asia pertama," tukasnya.
Tak tanggung-tanggung, Iwan mendapat panggilan untuk bertandang ke tempat Presiden RI ke-2, Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto.
"Kemudian kita dipanggil sama Presiden mendapatkan penghargaan berupa bintang, saya disuruh sujud di Tanah Suci. Saya bersyukur bisa berhasil mengharumkan nama Indonesia dan bisa selamat kembali ke Indonesia, saya bisa bertemu dengan istri saya, anak saya langsung diberi nama Arya Everest Setiawan," tutupnya.
(mdk/eko)