Kisah Keangkeran Istana, Gus Dur Sampai Digoda Hantu
Ada cerita unik ketika Gus Dus sekeluarga pindah ke Istana. Mereka dihentikan di pintu masuk dan diberitahu bahwa mereka harus bernegosiasi dengan roh halus penjaga Istana. Mereka yang percaya segera yakin Istana ini ada hantunya, terutama sebuah kamar di ujung ruang utama.
Begitu dilantik menjadi Presiden, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur awalnya berobsesi tinggal di rumah keluarga di Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta Timur. Namun, masalah sulitnya pengamanan, akhirnya Gus Dur mengalah tinggal di Istana.
Ada cerita unik ketika Gus Dus sekeluarga pindah ke Istana. Mereka dihentikan di pintu masuk dan diberitahu bahwa mereka harus bernegosiasi dengan roh halus penjaga Istana. Mereka yang percaya segera yakin Istana ini ada hantunya, terutama sebuah kamar di ujung ruang utama. Ruang itu dibuka setahun sekali sebagai tempat penyimpanan bendera pusaka.
-
Apa yang dibahas oleh tokoh-tokoh nasional saat bertemu Gus Mus? Mereka membahas banyak hal, mulai dari demokrasi yang terancam hingga kebohongan yang terjadi di mana-mana
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Kapan Sultan Iskandar Muda berkuasa? Ia berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
-
Apa yang tertulis di sisir gading tertua? Pada sisir itu tertulis kalimat “semoga gading ini membasmi kutu dari rambut dan janggut”.
-
Siapa Sultan Iskandar Muda? Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja paling besar dalam sejarah Kesultanan Aceh.
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
Putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid membenarkan kabar tentang keangkeran Istana Negara. "Istana memang seram. Ada beberapa ruangan yang tidak nyaman," kata Yenny seperti dikisahkan dalam buku 'Mata Batin Gus Dur' karya Imam Anshori Saleh.
Menurut Yenny, Gus Dur sempat beberapa kali digoda makhluk halus. "Bapak sering, lagi duduk di kursi, eh, tiba-tiba kursinya goyang sendiri. Lalu Bapak mendeham, 'Wis aku ngerti kowe ono, ojo ganggu aku ya (Sudah, saya tahu kamu ada, jangan ganggu saya, ya). Kamu di duniamu, saya di dunia saya sekarang," ujar Yenny menirukan ucapan Gus Dur.
Karena itulah, saat Gus Dur menjadi presiden, keluarganya rutin menggelar pengajian di Istana. Namun, kata Yenny, pengajian tidak mengurangi keisengan makhluk dunia lain di sana.
Suatu kali, Yenny bercerita, saat berlangsung pengajian, pohon beringin di halaman Istana mengeluarkan asap putih. Semua peserta pengajian pun ketakutan.
"Tapi Bapak bilang, 'enggak usah takut, mereka juga mau ikutan mengaji," kata Yenny.
Yenny yang menempati kamar tidur di sayap kanan Istana bersama adik dan kakaknya lantas bercerita tentang gangguan yang dialami beberapa teman adiknya yang pernah menginap di sana.
"Beberapa teman adik saya pernah menginap di Istana juga pernah diganggu. Saat melintas malam-malam di ruangan tengah yang menghubungkan kamar kami dengan kamar Ibu Bapak, sering ada makhluk seperti orang bertubuh besar yang berlari kencang," kata Yenny.
Alhasil, teman-teman sang adik pun ketakutan. "Ada juga yang cerita ketika berada di kamar adik saya seperti ada yang meniup tengkuk. Syukurnya, teman-teman adik saya paham dan lama-kelamaan jadi terbiasa, enggak takut lagi," cerita Yenny.
Yang membuat Yenny bersama kakak dan adik-adiknya berani tinggal di Istana adalah Bapaknya yang sering mengingatkan supaya mereka bisa berdamai dengan makhluk dunia lain.
"Caranya, ya, seperti Bapak, ajak ngobrol, sapa dan anggap saja mereka mau kenalan atau beri kesempatan kalau mereka juga tinggal di sini," katanya.
Ajudan Gus Dur, Munib Huda Muhammad juga mengatakan orang-orang di Istana Merdeka benar-benar yakin ada hantu yang menghuni Istana itu. Begitu Gus Dur datang, mendadak semua orang menjadi berani. Para penjaga Istana juga menjadi tidak takut dengan hantu-hantu di Istana.
"Begitu Gus Dur datang, Istana dibuka seluas-luasnya bagi masyarakat. Istana ini kan punya negara, jadi masyarakat berhak memiliki. Jadi orang-orang diperbolehkan ke sana, sehingga Istana menjadi ramai."
(mdk/eko)