Kisah korban penculikan Tim Mawar Kopassus
Mugiyanto, aktivis mahasiswa yang pernah diculik mengaku selalu mendapatkan siksaan saat ditahan Kopassus.
Cerita berdarah di balik Lapas Cebongan Yogyakarta pada 23 Maret lalu menyisakan pengalaman tersendiri bagi korban penculikan Tim Mawar Kopassus Tahun 1997-1998. Salah satu korban penculikan dari 23 mahasiswa yang masih hidup, Mugiyanto menuturkan perlakuan keji yang dilakukan oleh Kopassus saat itu.
Mugiyanto yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Komisi Orang Hilang (IKOHI) mengaku, dulu dia diculik bersama 23 mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Semanggi oleh Tim Mawar Kopassus. Dia bersama teman-temannya dibawa ke suatu tempat yang awalnya tidak dia ketahui dengan mata tertutup.
"Saya diculik sebagai aktivis bersama 23 orang lainnya selama dua hari di tempat x yang kita ketahui itu di Cijantung, Markas Kopassus. Tetapi sembilan orang dilepas," cerita Mugiyanto saat berbincang dengan merdeka.com, Senin(9/4).
Dia menceritakan, selama dua hari disekap oleh pasukan baret merah, hari demi hari dia selalu menerima siksaan tanpa jeda. Dengan mata ditutup, sekujur tubuhnya dipukuli. Tak hanya itu dia juga disetrum dengan mesin listrik.
"Kita disekap, diinterogasi, disiksa alat strum, dipukul dan mata ditutup," terangnya.
Walaupun disiksa, dia bersama teman-temannya tetap dikasih makan nasi padang dua kali sehari oleh Kopassus. Tetapi, karena kondisi mulut hancur, sama saja, terpaksa makanan yang sedianya enak untuk dinikmati harus tak termakan.
"Kita dikasih makanan nasi padang lauknya ikan, tapi karena mulut saya hancur ya enggak bisa makan," kisah Mugi.
Setelah disekap selama dua hari di ruang tahanan bawah tanah, dia bersama teman-temannya yang masih hidup dibawa ke Mapolda Metro Jaya. Tetapi, selang tiga bulan dia telah dilepas oleh pihak Polda atau tepatnya karena Suharto yang saat itu menjabat sebagai presiden sudah lengser.
Namun, saat ini ruangan bawah tanah yang digunakan penyekapan mahasiswa kala itu sudah ditutup untuk menghilangkan jejak. Dia mengaku baru mengetahui tempat penganiayaan tersebut merupakan markas Kopassus di Cijantung setelah dilakukan penyelidikan dan investigasi baik dari TNI AD, Polri maupun Komnas HAM dan LSM KontraS yang saat itu baru berdiri.
Baca juga:
Solidaritas Korps Baret Merah minta berantas preman!
SBY: Saya bangga dengan kejujuran Kopassus
Mayjen Hartind: Simpati ke Kopassus tidak dikondisikan
Korban penculikan: Dukungan untuk Kopassus itu sesat!
5 Alasan Kopassus dapat simpati publik dalam kasus Cebongan
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kapan Gewa lahir? Mutia mengungkapkan bahwa anaknya yang lahir pada 28 Februari 2020 sudah semakin besar dan dapat memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan makam tersebut ditemukan? Kemunculan makam tersebut berawal pada tahun 2022.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.