Kisah pendaki Gunung Bawakaraeng yang ditinggal rombongan hingga sekarat
Kisah pendaki Gunung Bawakaraeng yang ditinggal rombongan hingga sekarat. Ada dua orang pendaki perempuan minta tolong karena satu orang temannya nyaris tak sadarkan diri lantaran mengalami hipotermia. Ketiganya ditinggalkan oleh rombongannya di Pos 8. Karena rombongan mereka tak sabar untuk mencapai puncak.
Beberapa waktu lalu, sempat viral di media sosial Facebook mengenai seorang perempuan yang sekarat lantaran ditinggal rombongannya di Gunung Bawakaraeng saat pendakian.
Kisah viral tersebut pertama kali diunggah oleh Alim Alwi Yusuf di Facebook dan Instagram miliknya pada Senin, 14 Mei 2018, setelah ia pulang dari mendaki Gunung Bawakaraeng. Unggahan itu telah dibagikan lebih dari 4.500 kali, disukai lebih dari 8000 kali, dan mendapat 1400 komentar dari warganet.
-
Apa yang terjadi pada pendaki di Gunung Lawu? Seorang mahasiswi asal Universitas Diponegoro (Undip), Anindita Syafa Nabila Rizky (20) ditemukan meninggal dunia di Pos 4 Gupakan Menjangan jalur pendakian Gunung Lawu lewat Cetho, Karanganyar, Jateng, pada Minggu (25/6) siang.
-
Kapan Gunung Patenggeng terbentuk? Menurut tim Geologi, Gunung Patenggeng merupakan gunung purba berusia jutaan tahun.
-
Kenapa pendakian Gunung Gede Pangrango ditutup? Keputusan tersebut dampak cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga bulan depan sehingga dapat mengancam keselamatan pendaki.
-
Di mana letak Gunung Papandayan? Gunung Papandayan sendiri memiliki ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut, dan terletak persis di Kecamatan Cisurupan.
-
Bagaimana pendaki gunung mencapai puncak gunung? Puncak gunung tidak akan bisa dicapai ketika kamu tidak mendakinya.
-
Di mana letak Gunung Sibuatan? Salah satu gunung yang ada di Pulau Sumatra, yaitu Gunung Sibuatan atau biasa disebut Dolok Sibuatan dalam bahasa Batak Simalungun dan Batak Toba.
Kepada Liputan6.com, Alim menceritakan bahwa kejadian itu dialaminya pada Minggu pagi, 13 Mei 2018, sekitar pukul 10.00 Wita. Kala itu, Alim dan kawan-kawannya hendak turun setelah mencapai puncak gunung Bawakaraeng.
"Kami sudah balik dari puncak, pas di Pos 8 dua pendaki gunung (perempuan) minta tolong ke kami," kata Alwi saat dikonfirmasi, Kamis, 17 Mei 2018.
Ternyata, dua pendaki perempuan itu meminta tolong lantaran seorang temannya nyaris tak sadarkan diri karena hipotermia. "Iya pucat wajah, kaki dan tangannya. Dia hipo, untung temannya yang dua itu masih bisa bertahan," ucapnya.
Rombongan Alim dan rombongan pendaki lainnya tak tinggal diam. Dengan sigap, Alim dan kawan-kawannya membuat tandu agar bisa sesegera mungkin membawa pendaki perempuan yang terkena hipotermia ke lokasi yang lebih aman.
"Tandu dibuat dari tangkai pohon dan akar pohon, karena tali yang dibawa teman itu pendek," ucapnya.
Dengan tandu itulah kemudian pendaki perempuan itu dibawa dengan susah payah. Sekitar 20 orang pendaki bergantian menggotong tandu untuk membawa turun pendaki perempuan itu.
Alim menuturkan proses evakuasi berjalan lama dan rumit. Pasalnya, medan di Gunung Bawakaraeng yang terjal dan licin serta berlumpur akibat hujan sepanjang malam.
"Itu (butuh) sekitar empat jam lebih. Empat jam itu hanya satu pos, dari Pos 8 sampai Pos 7," ungkapnya.
Baru pertama kali mendaki
Belakangan diketahui, gadis yang mengalami hipotermia itu bernama Ina. Setelah berbincang dengan dua teman Ina, terungkap bahwa saat itu adalah kali pertama gadis itu mendaki di Gunung Bawakaraeng.
"Saya sempat tanya-tanya, mereka mengaku rombongannya 22 orang, dan baru pertama kali naik ke Gunung Bawakaraeng," ungkapnya.
Ketiganya kemudian ditinggalkan oleh rombongannya di Pos 8. Alasannya adalah karena rombongan mereka tak sabar untuk mencapai puncak Gunung Bawakaraeng.
"Pengakuan mereka begitu, teman-temannya naik duluan ke puncak dan mereka ditinggal," ucapnya seraya menambahkan bahwa ia sempat melihat rombongan pendaki yang diduga meninggalkan ketiga perempuan itu saat di Pos 9.
Padahal waktu itu, kata Alim, cuaca digunung dengan ketinggian puncak 2.830 mdpl itu cukup ekstrem. Hujan turun lumayan lebat, angin bertiup dengan kencang sehingga cuaca menjadi sangat dingin.
Parahnya, Ina dan dua orang temannya tidak membawa jas hujan sama sekali. Mereka hanya berusaha bertahan dari cuaca ekstrim itu dengan jaket.
"Parah, tidak ada ponco dan jas hujan. Mereka cuma ada jaket. Kalau jaket itu basah, sudah pasti tidak bisa menghangatkan," ucap Alim sedikit kesal.
Tak lama kemudian, tim gabungan dari Pos 5 menuju ke Pos 7 untuk memberikan pertolongan, hingga akhirnya Ina dapat diselamatkan. "Dia sempat sekarat itu, beruntung dia selamat," kata Alim lagi.
Alim tak lagi mengetahui kabar pendaki perempuan yang ditolongnya itu sejak dijemput oleh Tim Gabungan di Pos 7. "Yang jelas saya dengar dia langsung dibawa ke Puskesmas untuk diberikan pertolongan pertama," sambungnya.
Sehari setelah aksi heroik Alim, pemuda itu kemudian dihubungi melalui Massanger Facebook oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai kakak dari Ina.
"Saya kakaknya Ina, kamu dan kawan-kawan mu kan yang menolong adik saya. Terima kasih banyak sudah menolong adik saya. Alhamdulillah, baik-baik dia," kata Alim menirukan pesan dari perempuan yang mengaku kakak Ina.
Agar kejadian serupa tak terjadi lagi, Alim berpesan agar kebersamaan harus selalu diutamakan dan jangan pernah tinggalkan rombongan hanya untuk mencapai puncak sendiri.
"Apalah arti sebuah puncak jika di dalamnya hanya ego yang ada. Kekompakan dan kebersamaan team yang terpenting. Puncak tidak akan lari kemana," ucapnya.
Hal ini mengingatkan kita pada Dua Srikandi yakni Fransiska Dimitri Inkiriwang (Deedee) dan Mathilda Dwi Lestari (Hilda) yang berhasil menapakkan kaki di puncak Gunung Everest. Dengan kesabaran yang luar biasa, mereka berdua dapat mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi di dunia.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ega)