Kisah Sri Sukses Berkebun Hidroponik dengan Omzet Rp4 Juta di Ibu Kota Nusantara
Ketekunan Sri Sudarwati bisa menginspirasi banyak orang. Eks honorer 16 tahun itu kini memilih usaha berkebun dengan cara bercocok tanam hidroponik di tempat tinggalnya, di Desa Suka Raja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Ketekunan Sri Sudarwati bisa menginspirasi banyak orang. Eks honorer 16 tahun itu kini memilih usaha berkebun dengan cara beecocok tanam hidroponik di tempat tinggalnya, di Desa Suka Raja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN). Omzetnya tembus hingga Rp 4 juta. Berikut kisahnya.
Penetapan Sepaku sebagai IKN diikuti pembekalan pelatihan Kementerian Tenaga Kerja dan Otorita IKN, untuk lebih memberdayakan warga Nusantara. Pelatihan itu kini berbuah hasil.
-
Kapan Ibu Kota Nusantara (IKN) diresmikan sebagai pengganti DKI Jakarta? Posisinya akan menggantikan DKI Jakarta yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Indonesia.
-
Apa yang dilakukan Kolonel Nur Wahyudi di upacara HUT RI di IKN? Penampilan mantap Nur Wahyudi saat upacara HUT RI di IKN menarik perhatian banyak orang. Ia dinilai berhasil melaksanakan tugas yang cukup berat.
-
Kapan Cak Imin ikut potong tumpeng di IKN? Gibran Rakabuming Raka mengungkit keikutsertaan Muhaimin Iskandar pada acara potong tumpeng di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
-
Kapan Palangka Raya ditetapkan menjadi calon Ibu Kota? Gagasan ini sebelumnya dilemparkan oleh Presiden Soekarno pada 1950-an lalu. Saat itu, Soekarno melihat Palangka Raya memiliki potensi yang kuat sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian negara.
-
Kenapa Cak Imin ikut potong tumpeng di IKN? "Cak Imin dulu belum tahu dan dalam situasi belum kontestasi terpaksa harus ikut seremonial bersama pemerintah," ujar Jubir Timnas AMIN Angga Putra Fidrian dikutip Sabtu (23/12).
-
Kapan upacara HUT RI akan dilaksanakan di IKN? Kunjungan kerja kali dilakukan untuk meninjau tata ruang IKN serta persiapan upacara Hari Kemerdekaan yang akan dilaksanakan di IKN, pada 17 Agustus 2024 mendatang.
"Berkat pelatihan saya sukses menanam pokcoy dan salada. Sekarang setiap panen saya bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3 juta-Rp 4 juta," kata Sri, seperti dikutip merdeka.com dari keterangan tertulis tim komunikasi Otorita IKN, Minggu (5/3).
Wanita berusia 47 tahun ini merupakan warga asli Sepaku, Penajam Paser Utara. Sebelumnya dia adalah pegawai honorer di Kabupaten Kutai Kartanegara selama 16 tahun.
"Saya lahir di sini jadi bisa dibilang orang asli, orang tua saya transmigran dari Jawa," ujar Sri.
Setelah tak lagi menjadi pegawai honorer, Sri tertarik untuk pulang kampung ke desanya, di Desa Suka Raja, untuk membuka usaha pada tahun lalu. "Karena rumah saya berada di wilayah IKN, selain ingin merawat orang tua, saya melihat ada peluang usaha," terang Sri.
Namun demikian saat itu dia masih kebingungan untuk memulai jenis usaha yang hendak dia jalani. Sambil berpikir, dia lalu coba menanam sayuran secara hidroponik.
"Awalnya hobi saja, Alhamdulillah Juli tahun lalu ada pelatihan, lalu saya ikut," ungkap Sri.
Bersama 32 warga lainnya, Sri mengikuti pelatihan berkebun hidroponik tahap pertama pada Juli 2022. Pelatihan ini digelar untuk meningkatkan kompetensi masyarakat (upskilling). Tujuannya masyarakat lokal bisa berpartisipasi dalam pembangunan Nusantara dan merasakan langsung manfaatnya secara ekonomi. Selain keterampilan hidroponik juga ada pelatihan lain seperti menjadi barista, menjahit juga membuat kue dan roti.
Banyak warga yang tertarik ikut pelatihan hidroponik, karena selain relatif mudah, juga tidak perlu modal atau area yang luas.
"Awalnya coba dengan satu meja dulu, eh ternyata bisa mendapatkan Rp 1 juta," ujar Sri.
"Wah lumayan juga, sejak itu saya semakin serius untuk mengembangkan dan mengajak teman-teman lain, yang warga sekitar sebanyak 12 orang," jelas Sri.
Kemudian para petani yang tergabung dalam Kelompok Hidroponik Nusantara memasarkan sendiri hasil kebunnya ke pasar Sepaku. Awalnya para pedagang menolak karena harganya cukup tinggi dibandingkan sayuran yang non-hidroponik. Para petani menjualnya seharga Rp 8 ribu per pak, isinya sayuran dari 3-4 lubang tanam. Namun lambat laun, hasil kebunnya diterima dan laris. Bahkan kesulitan memenuhi permintaan pasar.
Menurut Sri, seiring dengan pesatnya pembangunan Nusantara, semakin banyak pekerja yang datang membuat kebutuhan sayuran meningkat. Inilah yang membuat sayurannya selalu habis.
"Padahal potensi pasar masih besar, ada kebutuhan salada di kota Balikpapan yang belum bisa dipenuhi, ada permintaan 100-200 pak setiap hari," tambahnya.
"Alhamdulillah, baru dapat tambahan modal dari perusahaan BUMN, jadi saya bisa menambah greenhouse bersama teman-teman kelompok," jelas Sri.
Merespons hal ini, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono sangat senang dengan suksesnya pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi (upskilling), terutama bagi warga yang kini berkebun hidroponik.
"Sesuai harapan dan tujuan kami bahwa kehadiran Ibu Kota Nusantara untuk memberdayakan masyarakat serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nantinya masyarakat sekitar yang menjadi aktor utama yang menggerakkan ekonomi sehingga tujuan kami sebagai segitiga superhub ekonomi yakni Nusantara, Balikpapan dan Samarinda akan tercapai," kata Bambang.
(mdk/bal)