Kisah tiga generasi kuliner legendaris Soto Sangka Banyumas
Ini salah satu kisah kuliner legendaris di Kabupaten Banyumas, Soto Sangka yang berusia 92 tahun. Tentang tiga generasi keluarga Mbah Sangka yang mempertahankan bumbu dapur dan cara memasak secara tradisional.
Ini salah satu kisah kuliner legendaris di Kabupaten Banyumas, Soto Sangka yang berusia 92 tahun. Tentang tiga generasi keluarga Mbah Sangka yang mempertahankan bumbu dapur dan cara memasak secara tradisional.
Bermula pada tahun 1925, Mbah Sangka berpeluh keringat menjajakan soto berkeliling jalan kaki di area kota lama Banyumas. Dia tak pernah tahu, soto racikan tangannya bakal jadi warisan berharga keluarganya.
-
Kuliner apa yang menjadi salah satu makanan khas Yogyakarta? Gudeg adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang paling terkenal.
-
Apa yang dibuat oleh Rumah Produksi Kelorida di Bantul? Selain digunakan untuk produksi, Ida juga menanam daun kelor sendiri di rumahnya. Selain mengambil daun dari rumah sendiri, Ida juga mendapat pasokan kelor dari anggota Kelompok Tani (KWT) Ngudi Rejeki. Ida membeli langsung daun kelor tersebut.
-
Siapa yang Ganjar Pranowo temui di Banyumas? Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo menghadiri silaturahmi bersama Asosiasi Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (9/1/2024).
-
Bagaimana Bango Warisan Kuliner membantu mempromosikan kuliner Indonesia? Para pelaku industri kuliner Indonesia berusaha mempromosikan tradisi pangan Nusantara dengan berbagai cara. Misalnya mengadakan festival kuliner, memberikan edukasi kuliner, atau membuat program yang memperkenalkan masakan Indonesia seperti Bango Warisan Kuliner.
-
Kenapa Sroto Sokaraja menjadi salah satu kuliner andalan di Banyumas? Sroto Sokaraja merupakan soto khas dari Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Makanan ini ialah salah satu resep kuliner nusantara andalan masyarakat.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
Di masa silam, masakan berkuah itu konon jadi langganan para pembesar pemerintah kolonial Hindia Belanda di Banyumas. Sedang kini, para pembeli Soto Sangka tersebar mulai dari Kabupaten Wonosobo sampai Cilacap. Kebanyakan pelanggan mereka adalah warga keturunan Tionghoa yang jadi pelanggan turun temurun.
Kekhasan bahan rempah-rempah, ayam kampung babon untuk kaldu, taburan kecambah, bawang goreng, taburan daun bawang telah jadi kekhasan tersendiri Soto Sangka. Metode memasak pun tradisional, kuah direbus dalam tungku dengan kayu bakar dari pelepah daun kepala. Sedang mangkuk yang dipakai berukuran mini, sehingga tak jarang membuat pelanggan untuk kenyangkan perut mesti melahap dua porsi soto.
kuliner legendaris Soto Sangka Banyumas ©2017 Merdeka.com
"Kami mempertahankan bumbu resep itu sejak dahulu. Juga pikulan yang dipakai Mbah Sangka saat jualan berkeliling dulu tetap kami pertahankan. Pikulan ini sudah layak masuk museum," gurau Ahmad Basuki (45) yang merupakan cucu Mbah Sangka saat ditemui merdeka.com, Jumat (22/12).
Mbah Sangka sendiri meninggal tahun 1965 ketika gejolak politik nasional di Indonesia mulai berkecamuk seiring pergantian dari Orde Lama ke Orde Baru. Penggantinya adalah anak semata wayangnya, Sumardi, yang lantas meneruskan jerih payah Mbah Sangka selama 49 tahun. Dikaruani 8 anak, Ahmad Basuki putra ke-6 pasangan Sumardi dan Boinah memegang pengelolaan Soto Sangka. Di antara penggantian generasi ada beberapa drama yang nyaris membenamkan Soto Sangka dalam kebangkrutan.
Basuki bercerita, pernah suatu kali saudaranya menggantikannya tetapi warung justru sepi pembeli dan terlilit utang. Pernah suatu kali pula dibuka cabang Soto Sangka di area Pasar Banyumas tetapi sulit berkembang. Ada pula cerita, penjualan cara keliling dicoba kembali tapi malah merugi. Tak jarang pula, ada beberapa pelanggan yang menawarkan agar membuka cabang di luar Banyumas dan siap memodali.
"Pernah ditawar Rp 9 juta agar saya mau membuka cabang. Pelanggan itu juga siap modali dan kasih tempat. Saya menolak. Saya menjaga warisan keluarga di sini," ujarnya.
Basuki menaruh percaya rezeki Soto Sangka berada di rumah kakeknya di wilayah Karang Sawah Kedunguter Banyumas. Beberapa pelanggan ia katakan juga lebih nyaman menyantap soto di rumah kayu yang berukuran 3x4 meter itu. Bahkan para pelanggan setia seakan ikut memiliki warung tersebut, mereka meminta agar tak direnovasi, jelaga-jelaga asap di atap minta dibiarkan agar tetap terasa kunonya.
Sehari-hari, Basuki dibantu oleh ibunya, Boinah (75) yang meracik takaran bumbu dan istrinya, Eni Roinah (35) yang meracik soto. Boinah mengatakan meracik bumbu memang sudah jadi kebiasaanya sejak menikah dengan Sumardi. Ia mengatakan sedikit demi sedikit telah mengajari rahasia resep Soto Sangka pada Basuki.
"Saya yang meracik bumbu. Biar Basuki yang di warung melayani pelanggan. Kalau meracik saya kan bisa sembari momong cucu dan cicit," ujarnya.
Dia bersyukur sampai kini, Soto Sangka tetap digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Setidaknya baginya, meilhat Soto Sangka ramai dikunjungi banyak orang, dia menganggap tak perlu khawatir dengan cucu dan cicitnya untuk menatap masa depan.
Baca juga:
Mencicipi Soto Sangka, kuliner khas Banyumas yang bertahan hingga tiga zaman
Sedapnya Nasu Cemba khas Enrekang, perpaduan asam gurih yang bikin nagih
Mangkuak Badeta, kue khas yang wajib dicoba jika ke Pesisir Selatan
Ketoprak Ciragil, menjaga cita rasa sejak 1960-an
Geliat Roti Go, kuliner berusia 119 tahun di Banyumas yang masih bertahan