Kreativitas warga sungai Sinre'jala sulap eceng gondok jadi kerajinan tangan
Kreativitas warga sungai Sinre'jala sulap eceng gondok jadi kerajinan tangan. Hamparan gulma eceng gondok di atas permukaan sungai-sungai ini, selain sebagai pemicu sedimentasi, juga mengurangi kelancaran arus sungai.
Hampir semua sungai di Kota Makassar penuh dengan tanaman eceng gondok. Seperti di sungai yang membelah Jalan Abdullah Daeng Sirua dan Jalan Batua Raya.
Kini, jenis gulma yang banyak memadati sungai-sungai perkotaan itu mulai dilirik untuk disulap jadi sesuatu yang bernilai ekonomis oleh masyarakat di sekitar bantaran sungai. Eceng gondok ini disulap menjadi kerajinan tangan untuk menghasilkan uang.
Sebab, hamparan gulma eceng gondok di atas permukaan sungai-sungai ini, selain sebagai pemicu sedimentasi, juga mengurangi kelancaran arus sungai. Inilah yang coba diangkat Pemkot Makassar melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Makassar, dari masalah menjadi sesuatu yang menguntungkan.
Uun Faira Hanis, (47), koordinator quality control dari tim eceng gondok Dekranasda Kota Makassar mengatakan, di daerah Yogyakarta tanamam eceng gondok ini jauh-jauh hari sebelumnya sudah dimanfaatkan warga untuk mendatangkan uang. Karena eceng gondok juga banyak bertebaran di Makassar, kenapa tidak mengikuti jejak Yogyakarta.
"Yogyakarta sudah lama memanfaatkan tanaman eceng gondok, kita pun memanggil instruktur dari Yogyakarta. Ada tiga orang sengaja didatangkan untuk melatih kita bagaimana mengolah eceng gondok menjadi produk bernilai jual mulai dari memilih bahan baku eceng gondok sampai cara menganyam, coating atau pelapisan dari bahan-bahan alami agar produk anyaman eceng gondok bebas jamur dan mengeras hingga tahap pemasaran," kata Uun saat ditemui di pinggir bantaran Sungai Sinre'jala, di Jalan Abdullah Daeng Sirua beberapa waktu lalu.
-
Apa yang ditemukan di Makam Kaisar Xiaomin? Penggalian arkeologi mengungkapkan keberadaan sebuah parit sepanjang 147 meter yang mengarah ke makam. Makam ini terorientasi dari utara ke selatan dan berisi satu kamar dengan kedalaman mencapai 10 meter. Di dalam makam ini, para arkeolog menemukan berbagai persembahan pemakaman seperti wadah-wadah keramik dan patung-patung yang menggambarkan prajurit, unit kavaleri, bahkan ada gambar unta dan makhluk-makhluk yang sulit diidentifikasi.
-
Kenapa istana Kisra berguncang? Pada malam kelahiran Nabi Muhammad SAW istana raja Kisra berguncang hebat. Saking hebatnya guncangannya itu, seakan-akan laksana kiamat. Bahkan dikisahkan efek guncangan yang sangat hebat itu, 14 ruangan megah istana milik raja Kisra ambruk.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Saka Tunggal Kebumen? Di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kebumen, ada sebuah masjid bersejarah yang unik. Bangunan masjid itu hanya ditopang satu tiang penyangga. Walau begitu, bangunan itu tetap kokoh berdiri. Padahal konon masjid itu adalah yang tertua di Kabupaten Kebumen.
-
Apa makna dari tema "Nusantara Baru, Indonesia Maju"? Makna dari tema ini adalah bahwa tahun 2024, yang bertepatan dengan HUT ke-79 Kemerdekaan RI akan menjadi momen pembuka bagi beberapa transisi besar di Indonesia.
-
Kenapa penemuan makam Kaisar Xiaomin penting? Temuan ini akan membantu kita memahami lebih dalam tentang kehidupan dan budaya dari masa lalu yang kini tengah terungkap melalui artefak-artefak yang ditemukan dalam makam ini.
-
Apa yang ditemukan di dekat makam pasangan kekasih? Kuburan sepasang kekasih ini ditemukan di dekat kuburan seorang anak dan bayi baru lahir. Ditemukan juga kuburan ketiga berisi kerangka pria muda dan wanita muda yang saling berhadapan dalam posisi meringkuk, lutut mereka menopang dagu.
Uun mengatakan, setelah cukup menguasai, keterampilan menganyam ini pun diajarkan ke warga. Diawali dengan pemberian pemahaman tentang apa itu tanaman eceng gondok, dampaknya terhadap sungai hingga ke pemanfaatannya. Kini, di antara warga itu ada yang sudah bisa melatih warga lainnya. Dan setiap kecamatan di Makassar sudah ada pengrajinnya.
Karena manfaat tanaman eceng gondok sudah menyebar, kini sudah ada warga yang bukan pengrajin, yang memanen sendiri tanaman eceng gondok di sungai dekat rumahnya. Dijemur lalu dijualnya sebagai bahan baku ke Dekranasda.
Sebelumnya, diinformasikan standar kualitas yang dibutuhkan antara lain betul-betul kering dan panjangnya seratnya tidak kurang dari 60 sentimeter. Lalu dibeli ke warga itu Rp 15 ribu per kilogram. Kemudian bagi pengrajin yang tidak punya bahan baku, disiapkan bahan bakunya kemudian produk yang mereka hasilkan dibeli.
Produk-produk warga sudah dibawa ke pameran-pameran hingga ke tingkat internasional antara lain kegiatan Madrid Day di Spanyol, kita juga pasarkan. Yang paling terlihat itu, di tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sejumlah produk sudah digunakan misalnya wadah tisu, wadah sampah, tatakan gelas dll.
Agar harga bersaing, kata Uun, pengrajin diberi standar kualitas antara lain ukuran anyaman harus konsisten tidak boleh ada yang besar, ada yang kecil. Jangan ada celah, nganyamnya harus rapi. Karena memberlakukan kualitas, warga pengrajin pun termotivasi untuk tidak asal kerja sehingga produknya bisa dibeli.
"Pernah ada hotel memesan 10 ribu sandal dari anyaman eceng gondok tapi kita tidak sanggupi karena terkendala jumlah pengrajin yang tidak cukup. Makanya kita terus sosialisasi keterampilan ini biar bisa seperti Yogyakarta yang mampu penuhi paket kebutuhan hotel-hotel," ujar Uun.
Salah satu upaya mensosialisasikan keterampilan anyaman eceng gondok ini adalah jalin kerjasama dengan komunitas quiqui atau komunitas perajut. Komunitas ini tengah jalankan program bombenang. Kali ini bertema benang dari sungai.
Komunitas ini kemudian digandeng untuk mengajarkan warga keterampilan dari serat tanaman eceng gondok yang berdiam di bantaran Sungai Sinre'jala, jl Abdullah Daeng Sirua.
Nur Asia (21), seorang mahasiswa yang juga koordinator bombenang 2017 dari Komunitas Quiqui menjelaskan, program Dekranasda Kota Makassar sejalan dengan program Bombenang yang temanya kali ini adalah benang dari sungai.
"Tanaman eceng gondok itu tiap hari hanya lalu lalang di depan rumah warga karena sungai ini teras rumah warga. Saat air pasang surut, tanaman eceng gondok yang banyak itu bergerak mengikuti arus sungai. Kini warga sudah paham mau diapakan tanaman gulma itu biar bisa jadi uang," kata Nur Asia.
Baca juga:
Kisah Tukidjo, menjabat ketua RT selama setengah abad di Yogyakarta
Mendengar cerita bahagia orangtua Grandprix, Doktor termuda RI di Desa Tarus
Aksi jurnalis Meksiko jualan kue demi bantu korban gempa
'Alhamdulillah, rezeki lancar setelah daftar haji'
Kisah Mak Imik raih berkah di malam 1 Muharram
Dari mencangkul di sawah, Kakek Kurtubi berangkat naik haji
Keprihatinan anak pemulung Sampah bioskop di Banyumas