Kronologi Pembacokan Pemuda di Titik Nol Yogyakarta hingga Motif dari 6 Pelaku
Pelaku GN dan kelompok korban terlibat perselisihan, saling ejek, dan saling menantang sembari melintasi jalan Malioboro.
Enam terduga pelaku pembacokan pemuda di Titik Nol Yogyakarta berinisial FN (26), YG (33), LT (23), TR (27), NK (20), dan GN (17) ditangkap. Mereka ditangkap di Banyumas, Jawa Tengah pada hari Kamis (9/2).
"Tidak terlalu lama, 2 x 24 jam bisa kami tangkap. Sebetulnya bisa lebih cepat. Akan tetapi, karena para tersangka ini takut atas kejadiannya viral di media sosial, lalu melarikan diri keluar kota," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol. Saiful Anwar dilansir Antara.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa kegiatan Atta Halilintar di Yogyakarta? Jadi, aku tuh ada acara, ada undangan di Yogyakarta. Kebetulan aku di Yogya dan di sini terkenal dengan wisata kulinernya, jadi aku yakin Yogya pasti the best buat makanan. Istri pun nitip makanan," pungkas Atta dalam live streaming di YouTubenya.
-
Kapan Duta pindah ke Yogyakarta? Cerita Masa Kecil Fakta Menarik: Duta, Berusia 3,5 Tahun, Pindah ke Yogyakarta dan Mampu Berbicara Bahasa Jawa dan Indonesia Secara Bersamaan.
-
Kapan tradisi Mubeng Benteng di Yogyakarta dilakukan? Di Yogyakarta, tradisi Mubeng Benteng dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Yogyakarta? Yogyakarta adalah destinasi yang kaya akan situs-situs budaya dan bersejarah. Salah satunya Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu yang menakjubkan.
Saiful menuturkan kasus tersebut bermula saat korban dan teman-temannya pada hari Selasa (7/2) sekitar pukul 04.00 WIB memutuskan keluar dari kontrakan untuk sekadar berkeliling Kota Yogyakarta dengan berboncengan mengendarai sepeda motor.
Saat melintasi kawasan menuju Jalan Malioboro korban sempat memainkan gas sepeda motor sembari menaikkan ban depan (standing) yang kemudian berpapasan dengan terduga pelaku berinsial GN yang barada di kawasan itu.
"Dengan adanya kegiatan seperti itu, ada salah satu pelaku (GN) yang mungkin merasa tersinggung," kata Saiful.
GN dan kelompok korban terlibat perselisihan, saling ejek, dan saling menantang sembari melintasi jalan Malioboro.
Dari arah Malioboro, rombongan korban kemudian belok ke kiri, sedangkan GN yang berada di belakang mereka lantas menabrak korban dari belakang. Hal ini memicu perkelahian di kawasan Titik Nol KM Yogyakarta.
GN yang merasa kalah dan dikeroyok rombongan korban lalu pulang ke rumah mengambil sebatang besi knock dan memberi tahu teman-temannya yang sedang nongkrong.
GN beserta teman-temannya lantas mendatangi korban dengan rekannya yang masih berada di Titik Nol Kilometer, hingga terjadi perkelahian dan pengeroyokan seperti yang viral di media sosial.
Dalam peristiwa itu, korban mengalami luka lecet akibat terkena sabetan senjata tajam berupa celurit oleh salah satu terduga pelaku berinisial LT.
"Korban ada luka lecet karena (pelaku) memukulnya mengenai helm, di daerah punggung ada goresan sajam," kata Saiful.
Identitas pelaku
Keenam terduga pelaku yang seluruhnya warga Kota Yogyakarta, menurut dia, ada yang berprofesi sebagai sopir, karyawan usaha skuter listrik, pengemudi ojol, serta satu orang merupakan pelajar sekolah menengah di Yogyakarta.
Para terduga pelaku, kata Saiful, dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang tindak kekerasan secara bersama-sama terhadap seseorang di muka umum dengan ancaman maksimal 7 tahun penjara.
Menurut Saiful, peristiwa kejahatan jalanan di Yogyakarta sejatinya sudah menghilang selama 3 bulan terakhir berkat upaya pencegahan oleh kepolisian bersama masyarakat.
"Alhamdulillah, wilayah Yogyakarta sudah kondusif, 3 bulan terakhir sudah tidak ada. Kejadian yang kemarin itu memang di luar motif yang sering terjadi, berbeda tipikal," kata dia.
(mdk/ray)