Melongok aktivitas pesantren waria di Yogya
"Aku nggak bisa ngaji, tapi kalau salat ya bisa, tapi jarang-jarang, Islam KTP gitu," kata Nur.
Pukul setengah lima sore, Shinta, Oki, Bunda Yeti, dan Nur sudah bersiap-siap menggelar pengajian di pesantren waria. Hujan yang begitu deras di Minggu (27/04) sore itu tidak menyurutkan niat mereka memulai beraktivitas perdana di pesantren waria yang baru dibuka pada 18 April lalu.
Nur bertugas di dapur menyiapkan makanan untuk para santri dan tamu, sementara itu yang lain menyiapkan keperluan pengajian mulai dengan Alquran dan sajadah-sajadah di ruang tengah tempat pengajian.
Sesuai Shalat Azhar, empat mahasiswa yang membantu mengajar di pesantren waria datang. Mulai ritual mereka pertama. Dengan khusyuk, ustadz Zakaria yang mengajar hari ini mulai melafalkan ayat suci bersama-sama dengan enam orang santri lainnya.
"Sayangnya hari ini hujan, jadi tidak banyak yang datang, padahal waktu acara pembukaan cukup ramai. Ya ini kan juga pengajian pertama," kata Bunda Yeti, salah satu santri senior yang sudah mengikuti pesantren sejak tahun 2008 lalu.
Meski tak banyak santri yang ikut dalam pengajian pertama ini, tidak membuat para santri baru berkecil hati. Oki misalnya, santri yang baru pertama kali ikut dalam pesantren waria ini.
"Ini kan baru pertama kali ikut, jadi belum ada pengalaman, tapi aku senang bisa kumpul bareng," ujar Oki seusai mengaji.
Kegembiraan Oki tidak saja karena berkumpul dengan teman-temannya, terlebih lagi dia merasa mendapatkan kesempatan untuk kembali Shalat dan mendalami agamanya.
"Senang bisa kembali shalat, bisa mengaji bersama, ini membuat kita sadar bahwa kita manusia yang diciptakan Allah," ujar waria asal Batam yang baru tiga tahun di Yogya.
Selain Oki, Nur, santri yang juga baru pertama kali ikut pesantren ini mengaku terkesan dengan pesantren ini. Meski dia mengaku bahwa dia Islam KTP, tapi di sini dia diberikan kesempatan untuk mengenal agamanya.
"Aku nggak bisa ngaji, tapi kalau salat ya bisa, tapi jarang-jarang, Islam KTP gitu," kata pemilik nama lengkap Nur Kamboja ini.
Seusai Shalat Isya, Nur dengan bersemangat menyiapkan masakan racikannya untuk para santri dan juga tamu. Dengan manja Nur mengajak sejumlah santri dan tamu untuk menikmati masakannya.
"Sop, ayam goreng, tokolan, telur dadar, itu semua masakan aku, dijamin enak, ayo makan," ajak Nur pada sejumlah tamu yang sengaja datang untuk melihat pesantren waria ini.
Baca juga:
Pesantren waria di Yogya buka warung kejujuran
Pesantren waria di Yogyakarta kembali aktif
Pesantren waria bikin peneliti Australia terkesan
Salat wajib dilakukan sebab waria juga butuh Tuhan
Bahagianya kaum waria India setelah diakui keberadaannya
-
Kapan kira-kira budaya Wari berkembang? Budaya Wari merupakan budaya yang ada pada abad ke-7 - ke 13 di wilayah bagian Peru. Namun pada tahun 1100 Masehi, budaya Wari dihancurkan oleh Kekaisaran Inca yang saat itu sedang bangkit.
-
Siapa Pak Warnoto? Saat ditemui, Pak Warnoto baru pulang dari ladangnya.
-
Kapan Warsilah memulai usahanya? Usaha ini dimulai pada tahun 2019 dengan modal awal dari pesangon suami dan penjualan alat jahit di rumah.
-
Siapa sebenarnya sosok Haji Wura-Wari? Sosok Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu. Ia disebut merupakan raja dari Kerajaan Lwaram, sebuah kerajaan kecil di dekat Kerajaan Medang atau Mataram Hindu, yang bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya.
-
Bagaimana Pakta Warsawa dibentuk? Pakta Warsawa, atau Pakta Pertahanan Bersama Warsawa, dibentuk pada 14 Mei 1955 di Warsawa, Polandia.
-
Siapa Kyra Wahab? Ariyo Wahab jadi sorotan netizen gara-gara anak sulungnya, Kyra Wahab, yang cantik banget dan udah tambah dewasa.