Mengungkap Situs Adan-Adan Peninggalan Era Kediri Abad 10
Penelitian terkait keberadaan situs Adan-adan era Kediri abad 10 masih terus dilakukan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam masa ekskavasi pengembangan dan pemanfaatan situs yang berada di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah.
Penelitian terkait keberadaan situs Adan-adan era Kediri abad 10 masih terus dilakukan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam masa ekskavasi pengembangan dan pemanfaatan situs yang berada di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah.
Tujuh tahun berlalu, kini situs Adan-adan dibuka secara umum bagi masyarakat.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
"Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kediri dalam memaksimalkan potensi cagar budaya situs Adan-adan agar lebih berdayaguna bagi masyarakat Kabupaten Kediri," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo pada merdeka.com, Jumat (18/11).
Pada penelitian di tahun-tahun sebelumnya, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional atau Puslitarkenas mendalami penelitian arkeologi murni, sehingga secara fisik hasil yang diperoleh tidak dapat merepresentasikan bentuk dan kondisi candi Adan-adan yang dapat disajikan kepada masyarakat.
Pada fase penelitian selanjutnya, tim BRIN yang diketuai Sukawati Susetya ini melaksanakan kajian dan rekomendasi guna menentukan objek benda cagar budaya yang layak untuk ditampilkan kembali, dan disajikan secara detil kepada masyarakat sejak tanggal 7 hingga 12 November 2022.
Dari beberapa titik objek pada situs Adan-adan, telah ditentukan tiga artefak, yakni dua Arca Makara dan satu Arca Dwarapala yang dapat mewakili Situs Adan-adan secara keseluruhan.
"Penyajian tiga artefak ini kepada masyarakat sedianya akan dilengkapi dengan narasi pada masing-masing artefak, dan storyline yang menggambarkan tentang situs Adan-adan secara umum dan didukung prasarana pelindung berupa cungkup cagar budaya," tambahnya.
Masih menurut Adi Suwignyo , melalui penyajian tiga artefak di situs Adan-adan, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang sejarah, kebudayaan, arkeologi, teknologi dan ragam seni rupa Kediri masa lalu sehingga dapat menginspirasi untuk memajukan Kabupaten Kediri di masa depan.
"Salah satu inspirasi dari Situs Adan-adan bagi Pemerintah Kabupaten Kediri adalah adaptasi ragam hias lidah api pada artefak makara, yang telah memberi warna pada Pakaian Khas Kediri yang diciptakan pada tahun 2021 lalu," ungkapnya.
BRIN melakukan penelitian arkeologi di Situs Candi Adan-Adan sejak tahun 2016, 2017, 2018, 2019, 2021 dan 2022.
Candi Adan-Adan adalah salah satu cagar budaya peninggalan masa Kadiri. Pada periode ini, jejak-jejak peninggalan arsitektural masih jarang ditemui dan meninggalkan sejumlah misteri. Hal inilah yang mendorong para peneliti dan arkeolog untuk menelisik dan mendalaminya lebih jauh.
Kegiatan di Situs Candi Adan-Adan ini masih mengambil tema Penelitian Arkeologi Situs Candi Adan-Adan Tahap ke-5 (Tinjauan Arsitektur, Religi dan Kronologi). Penelitian berlangsung pada 3 Juni sampai dengan 16 Juni 2021. Tim peneliti terdiri dari 11 orang yang diketuai Sukawati Susetya.
Situs Adan-Adan sudah tercatat dalam laporan Belanda yang memberitakan adanya gundukan candi berbentuk bata, dan beberapa komponen bangunan candi dari batu andesit berupa Makara, kepala kala, arca dwārāpala dan lain-lain.
Arkeolog era konolial Belanda, J Knebel memberitakan bahwa pada tahun 1908 di halaman kantor Kabupaten Kediri terdapat beberapa artefak yang berasal dari berbagai tempat di Kediri. Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat arca Dwārāpala yang berasal dari Candi Gempur (Candi Adan-Adan). (Knebel. J 1908, 292-293).
"Dari penelitian yang sudah dilakukan selama empat tahap (2016, 2017, 2018 dan 2019) dapat dirangkum hasilnya sebagai berikut: Candi Adan-Adan merupakan bangunan candi yang terbuat dari dua bahan, yaitu batu dan bata. Struktur candi bagian luar menggunakan batu sedangkan batu isiannya menggunakan bata. Teknologi pembangunan seperti ini juga ditemukan pada Candi Surowono dan Candi Tegowangi, kedua candi dari periode Majapahit itu berada di Kediri," cerita Sukawati.
"Komponen bangunan candi, seperti kāla, Makara, stūpa dan arca-arca dibuat menggunakan batu andesit. Sepasang Makara yang masih di situ dapat dilihat keberadaannya di Situs Candi Adan-Adan karena berada di permukaan tanah setinggi 30 cm adalah Makara yang berada di depan candi induk Adan-Adan. Sedangkan dua Makara yang lebih kecil dari sepasang Makara tersebut diduga merupakan Makara candi perwara. Di sebelah sepasang Makara tersebut terdapat arca Dwarapala berdiri setinggi 2 meter," sambungnya.
Dia menambahkan, temuan-temuan yang masih in situ yakni Makara, Dwarapala dan bangunan candi, mempunyai orientasi yang sama, yaitu ke barat laut. Karena itu dapat diasumsikan bahwa candi Adan-Adan menghadap ke barat laut.
Luas Candi diperkirakan 28 x 28 = 784 meter persegi, hal ini didasarkan pada seperempat bagian bangunan sektor barat daya yang sudah diekskavasi. Dari pertanggalan relatif situs Candi Adan-Adan diduga dibangun sejak abad ke-10 dan ditinggalkan pada abad ke-15.
Hasil pertanggalan absolut berdasarkan uji carbon dating yang dilakukan Jasa Pelayanan Isotop dan Radiasi, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional, menunjukkan abad ke-4 M. Bisa jadi sampel arang yang diambil mewakili 6 budaya jauh sebelum Candi Adan-Adan dibangun.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, denah bangunan Candi Adan-Adan belum dapat diungkap secara lengkap, demikian juga pagar kelilingnya. Hal inilah yang menyebabkan situs Candi Adan-Adan perlu untuk terus diteliti.
Menurut Sukawati, tujuan Ilmu Arkeologi pada umumnya adalah merekonstruksikan sejarah kebudayaan, merekonstruksikan cara-cara hidup masa lampau, dan pengkajian proses budaya (Binford 1972).
Sejalan dengan tujuan arkeologi itu, maka penelitian bertujuan untuk merekonstruksikan kebudayaan masa Hindu Buddha pada masa Klasik Muda di Jawa Timur.
Rekonstruksi itu meliputi beberapa unsur kebudayaan, antara lain religi dan seni bangun. Dari rekonstruksi unsur-unsur kebudayaan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai sejarah peradaban Hindu-Buddha di Kediri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Hindu Buddha di Jawa Timur, guna melengkapi informasi yang selama ini sudah dihasilkan peneliti terdahulu.
Hasil penelitian Situs Candi Adan-Adan ini diharapkan dapat menjelaskan perkembangan arsitektur dan ikonografi masa klasik muda, dan secara lebih detil lagi menempatkannya pada periodisasi gaya seni dalam perkerangkaan candi di Indonesia. Selain itu, diharapkan ada pengetahuan lebih mendalam tentang seni bangun candi dan gaya pemahatan arca/ragam hias, serta pemilihan lokasi dibangunnya suatu situs.
Riwayat Penelitian Situs Candi Adan-Adan oleh Puslitarkenas:
Tahun 2016: Survei Situs Adan-Adan dan sekitarnya. Ekskavasi terhadap temuan in situ dan non-in situ yang tampak di permukaan situs.
Tahun 2017: Ekskavasi untuk mengetahui denah candi (struktur bangunan dan komponen bangunan candi)
Tahun 2018: Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor: Ekskavasi terhadap struktur bangunan candi, untuk mencari sudut-sudut candi; Ekskavasi pada areal berjarak 100 dan 300 m dari Candi Adan-Adan.
Tahun 2019: Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor: Ekskavasi terhadap struktur bangunan candi, melanjutkan mencari sudut candi; ekskavasi pada areal berjarak 100 dan 200 m dari Candi Adan-Adan untuk mencari pagar keliling sisi barat Candi Adan Adan; di samping itu juga melakukan survei di sekitar situs Candi Adan-Adan.
Tahun 2021: Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor untuk mengetahui besaran Candi Adan-Adan. Melanjutkan menelusuri denah Candi Adan-Adan, pagar keliling sisi selatan; sisi timur Candi Adan-Adan; Survei di sekitar situs Candi Adan-Adan.
Tahun 2022: Tim BRIN yang diketuai Sukawati Susetya ini melaksanakan kajian dan rekomendasi guna menentukan objek benda cagar budaya yang layak untuk ditampilkan kembali dan disajikan secara detil kepada masyarakat.