Motif Ayah Bunuh Anak Kandung di Tasikmalaya, Kesal Korban Minta Uang Study Tour
"Karena saya tak punya uang, lalu minjam ke bos saya Rp 100.000 dan Rp 200.000 saya ambil dari celengan di rumah. Dia saya suruh nunggu di rumah kosong dekat rumah makan saya kerja," kata BR.
Rasa sesal BR (45) ayah kandung DS (13) terucap saat ditanya oleh Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto di Mapolres Tasikmalaya Kota, Kamis (27/2) terkait aksinya menghabisi anak kandungnya sendiri. Ia pun menangis tersedu di hadapan Kapolres, petugas kepolisian, dan awak media yang sedang melakukan peliputan.
BR mengaku bahwa aksinya membunuh DS tidak dilakukan dengan sengaja karena digelapkan oleh emosi, bahkan tidak menyangka bisa membunuh anak pertamanya itu. "Saya saat itu emosi pak, sampai tidak sadar mencekik Delis (DS). Saya sangat menyesal," kata BR.
-
Apa saja julukan yang melekat di Tasikmalaya? Wilayah ini awalnya memiliki julukan “Kota Santri” di mana pada 1980-an, hampir di tiap kecamatan berdiri pondok pesantren.Kota ini juga melahirkan sosok penggerak agama Islam terkemuka, salah satunya Zainal Mustafa. Dari sana julukan kota santri melekat di Tasikmalaya. Berkembangnya industri bakso di Tasikmalaya juga membuat kota ini mendapat julukan Kota Bakso. Ini karena banyaknya perantauan asal Tasik di kota-kota besar yang membuka warung bakso dengan penyematan kata Tasik atau Tasikmalaya.
-
Apa yang terjadi dengan bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Kapan kejadian penjambretan di Tambun Selatan terjadi? Peristiwa ini berlangsung pada siang hari dan terjadi sangat cepat setelah pelaku memepet pesepeda.
-
Apa yang terjadi pada pesepeda di Tambun Selatan? Viral di media sosial seorang pesepeda yang tiba-tiba dijambret oleh pemotor hingga terjatuh.
-
Kapan pemukiman Atlit Yam tenggelam? Tentang penyebab tenggelamnya pemukiman ini, terdapat perdebatan. Ada yang menyebut tsunami akibat runtuhnya gunung berapi, sementara yang lain mengaitkannya dengan perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
Ia mengatakan bahwa saat anaknya datang ke tempat kerjanya meminta uang untuk study tour, saat itu BR sedang tidak memiliki uang. Untuk memenuhi keinginan anaknya, ia pun harus sampai membongkar celengan dan meminjam uang kepada bosnya.
"Karena saya tak punya uang, lalu minjam ke bos saya Rp100.000 dan Rp200.000 saya ambil dari celengan di rumah. Dia saya suruh nunggu di rumah kosong dekat rumah makan saya kerja," kata BR.
Hingga menjelang malam tiba rupanya BR tak juga mendapat uang yang diminta anaknya sehingga saat kembali ke rumah kosong itu sempat terjadi keributan kecil lantaran anaknya terus meminta uang. Saat ribut itulah ia gelap mata dan mencekik leher DS sampai tidak bernafas. "Saya menyesal dan sungguh menyesal kang," ucapnya.
BR mengaku panik saat melihat anaknya lemas usai dicekik olehnya. Kepanikannya semakin bertambah saat memeriksa denyut nadi anaknya yang sudah tidak ada dan dipastikannya meninggal dunia. Namun meski demikian ia sempat kembali ke tempatnya bekerja sebelum kemudian membawa anaknya ke depan SMPN 6 Kota Tasikmalaya.
Sementara itu, Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto menyebut bahwa BR sendiri paska ditemukannya jasad DS sempat dimintai keterangan sebagai saksi bersama delapan orang lainnya. Namun karena belum adanya bukti yang menunjukan bahwa BR sebagai pelaku, maka ia pun kemudian diperbolehkan pulang.
"Namun setelah turun hasil autopsi dan disinkronkan dengan perkembangan penyelidikan selama ini, disimpulkan bahwa tersangkanya mengarah kepada BR," ujar Anom.
BR sendiri kemudian ditangkap pada Selasa (25/2) dini hari di rumahnya. Setelah diperiksa intensif oleh petugas, BR mengakui perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa DS. BR dikenakan Pasal 76c Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak. Ancaman hukumannya 15 tahun. "Karena tersangka merupakan ayah kandung, hukuman ditambah sepertiga menjadi 20 tahun," katanya.
Korban Minta Uang Rp400.000
Anom Karibianto menyebut bahwa BR kesal karena anaknya merengek meminta uang untuk study tour ke Bandung sebesar Rp400.000. Saat itu sendiri BR hanya memiliki uang Rp200.000 ditambah Rp100.000 hasil meminjam ke tempatnya bekerja.
"Oleh BR uang Rp300.000 itu diberikan kepada korban, namun korban masih merengek minta Rp400.000. Saat itu tersangka BR mengajak korban ke rumah kosong. Disana korban dicekik hingga meninggal dunia," ungkapnya.
Aksi yang dilakukan BR, diungkapkan Anom, terjadi pada Kamis (23/1) sore. Saat itu korban datang menuju tempat kerja BR di kawasan Jalan Laswi, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya untuk meminta uang. BR sendiri mengajak korban ke rumah kosong yang tidak jauh dari tempatnya bekerja karena tidak mau urusan keluarganya diketahui oleh rekan kerjanya.
Di rumah kosong tersebut, Kapolres menyebut bahwa BR merasa kesal karena anaknya yang terus merengek sehingga emosinya terpancing sehingga spontan mencekik leher korban hingga kehabisan nafas. "Ia kemudian pergi lagi ke tempat kerjanya meninggalkan tubuh korban begitu saja," sebutnya.
Sekitar pukul 22.30, BR kemudian kembali mendatangi rumah kosong tersebut dan membawa tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa menggunakan sepeda motor. BR mengikatkan tubuh anaknya ke tubuhnya menggunakan kabel televisi sehingga terlihat seperti dibonceng.
Meski hujan tengah turun dengan lebat di malam itu, BR membawa jenazah anaknya ke gorong-gorong yang ada di depan sekolahnya. "Ia bermaksud memasukkan jasad korban ke dalam gorong-gorong, agar warga menyangka korban mengalami musibah hanyut," ungkapnya.
Jenazah DS sendiri dipaksa dimasukan kedalam gorong-gorong. Posisi kakinya lebih dulu dimasukan hingga kedalaman sekitar dua meter. Setelah masuk, BR pun kemudian pulang ke rumahnya yang ada di sekitar Jalan Cikalang, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Terungkapnya BR sebagai pelaku pembunuhan sendiri, disebutnya juga dikuatkan dengan hasil pemeriksaan saksi dan temuan di lokasi kejadian. Selain menangkap tersangka, polisi juga mengamankan barang bukti berupa sepeda motor, pakaian pramuka korban, tas sekolah korban, sepasang sandal, sepatu korban, celengan plastik, helm, dan kabel warna hitam sepanjang 1,5 meter.
Sebelumnya, warga Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1) digegerkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan di gorong-gorong SMPN 6 Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan identitas, mayat tersebut merupakan siswi SMPN 6 Kota Tasikmalaya yang berinisial DS (13).
Saat pertama kali ditemukan, korban diketahui masih menggunakan seragam sekolah namun sempat belum diketahui identitasnya sampai pihak kepolisian datang ke lokasi penemuan. Dari pemeriksaan polisi sendiri, dari dalam tas milik korban ditemukan identitasnya yaitu DS, siswa kelas VII SMPN 6 Kota Tasikmalaya.
DS sendiri dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak Kamis (23/1) sore karena tak biasanya belum pulang ke rumah. DS selama ini tinggal bersama ibu kandungnya, Wati Candrawati (46), di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, yang sejak lama sudah bercerai dengan BR.
(mdk/rhm)