Muhammadiyah: Kesulitan Hidup Bukan Hanya Mengenai Orang, Tetapi Juga Negara
Kreatif melakukan usaha menjemput jalan keluar atas kesulitan, bukan menunggu datangnya jalan keluar.
Kreatif melakukan usaha menjemput jalan keluar atas kesulitan, bukan menunggu datangnya jalan keluar.
- Ini Kata Muhammadiyah Soal Ormas Keagamaan Boleh Kelola Tambang
- Tak Dikenali Orang Tuanya, Momen Wanita Beri Kejutan Mudik Diam-Diam Ini Justru Bikin Ngakak
- Mengaku Merasa Kesepian Hingga Menangis Jalani Hidup Pasca Menjadi Duda, Desta: Namanya Manusia Ada Up And Down
- Muhammadiyah Tegaskan Netral, Bantah Klaim Ikut Kawal Suara AMIN di Pilpres 2024
Muhammadiyah: Kesulitan Hidup Bukan Hanya Mengenai Orang, Tetapi Juga Negara
Ketua Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Semarang, Muh Saerozi mengatakan, di tengah kemajuan dan kemakmuran masyarakat terdapat tantangan berupa kesulitan-kesulitan hidup yang baru. Pernyataan tersebut disampaikan dalam khutbah Salat Iduladha 1445 H di Halaman Setda Kabupaten Temanggung.
"Bila kita cermati kesulitan hidup itu bukan hanya mengenai orang per orang, tetapi juga menyasar pada negara," katanya di Temanggung, Senin (17/6).
Dia menyampaikan sering mendengar negara mengalami kesulitan keuangan, terkadang juga menyaksikan negara mengalami derita sakit karena ada orangnya yang sakit.
Saerozi menuturkan Alquran memberi petunjuk taqwa yang dijanjikan sebagai lantaran datangnya jalan keluar atas kesulitan itu berupa takwa manusia yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku aktif kreatif, bukan takwa yang pasif.
"Takwa yang dikehendaki dalam ayat itu mengandung maksud agar manusia berusaha kreatif dalam mewujudkan resep-resep umum yang diberikan Allah SWT," ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Dia menjelaskan, kreatif melakukan usaha menjemput jalan keluar atas kesulitan, bukan menunggu datangnya jalan keluar dengan kemalasan dan berpangku tangan.
"Resep jalan keluar itu ditunjukkan kepada kita melalui beberapa tuntunan, misalnya zakat fitrah, zakat mal, wakaf, dan kurban. Dalam rangka ketaqwaan, maka semua tuntunan tersebut perlu diterjemahkan dan diwujudkan secara kreatif untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan hidup pribadi maupun negara," terangnya.
Ia mengatakan khusus terkait dengan peristiwa Idul Kurban sekarang ini, maka tepat kiranya menyambut program kreatif terhadap kurban.
Misalnya, katanya, program rendang Mu di Muhammadiyah. Daging kurban dikemas dalam kaleng siap saji sehingga dapat tahan lama serta mudah didistribusikan ke tempat lain yang jauh.
"Ada lagi program berkurban untuk membangkitkan semangat beragama sesama Muslim di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal di Indonesia, seperti mengirim kurban untuk saudara-saudara kita di Kolbano, Nusa Tenggara Timur atau wilayah lain di Papua," katanya.
Menurut dia, gagasan lain yang sekarang ditunggu, yakni pemerintah dapat membawa daging kurban dan daging dam yang disembelih jamaah haji Indonesia di Makkah.
Ia menuturkan hewan yang disembelih biasanya kambing atau unta. Kalau daging kurban atau dam dari jamaah haji itu dapat dibawa ke Indonesia dalam bentuk kemasan siap saji, maka bermanfaat untuk perbaikan gizi masyarakat Indonesia.
"Kita hitung saja, bila jumlah haji Indonesia per tahun kira-kira 241.000 orang, maka ada beribu-ribu ton daging dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia," tutupnya.