Muhammadiyah: Pahlawan Hadir untuk Bangsa, Bukan untuk Keluarga dan Kroninya
Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November. Di Hari Pahlawan ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta agar peringatan Hari Pahlawan tak hanya menjadi seremonial belaka.
Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November. Di Hari Pahlawan ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta agar peringatan Hari Pahlawan tak hanya menjadi seremonial belaka.
Haedar menuturkan, jika bangsa Indonesia harus benar-benar dapat menghidupkan nilai-nilai kepahlawanan untuk membangun kemajuan bangsa. Aktualisasi nilai-nilai kepahlawanan di dalam kehidupan ini dinilai Haedar harus hidup di dalam jiwa, alam, pikiran, sikap, dan tindakan warga dan elit bangsa.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Kapan KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Nasional? Pada 6 November 1972, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
-
Kenapa KH Ahmad Hanafiah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional? Gelar tersebut diserahkan oleh Presiden RI kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta pada Jumat (10/11) lalu.
-
Kapan Raja Ali Haji dianugerahi gelar pahlawan nasional? Pada tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Raja Ali Haji sebagai pahlawan nasional Indonesia.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Bagaimana Muhammadiyah mengajak para pemimpin negara untuk menuju kebaikan? Menurut Busyro, pengelolaan negara terutama pemerintah pusat sampai daerah, anggota DPR RI, DPD RI, sampai DPRD Kabupaten/kota, serta para aparat penegak hukum perlu digandeng dan diajak menuju kebaikan.
"Bangsa Indonesia tentu harus memperingati Hari Pahlawan sebagai ikhtiar untuk menyerap nilai perjuangan dari para pahlawan Indonesia. Sekaligus mengaktualisasikan nilai-nilai kepahlawanan itu agar hidup di dalam jiwa, alam, pikiran, sikap, dan tindakan warga dan elit bangsa. Hari Pahlawan jangan hanya dijadikan seremonial belaka," ujar Haedar, Rabu (10/11).
Haedar memprediksi, di masa yang akan datang, bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan yang lebih kompleks, lawan tidak datang dalam bentuk penjajahan fisik. Ancaman terbesar, kata Haedar justru hadir saat warga dan elit bangsa tidak lagi menjaga persatuan.
Haedar juga mengingatkan, agar di Hari Pahlawan kembali menghidupkan nilai-nilai kepahlawanan baik bagi warga maupun elit bangsa, di antaranya adalah nilai pengorbanan, meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan yang lain, nilai kenegarawaan dan nilai uswah hasanah atau keteladanan hidup.
Nilai pertama, ucap Haedar, adalah nilai pengorbanan. Para pahlawan telah berkorban demi merawat eksistensi Republik Indonesia dalam panggung sejarah bangsa-bangsa. Jika nilai pengorbanan ini diaktualisasikan dengan baik, akan terbentuk bangsa yang peka dan mau membantu sesama, dan tidak lagi melakukan provokasi yang dapat menimbulkan konflik dalam berbangsa dan bernegara.
“Para pahlawan nasional dalam mewujudkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia mereka berani berkorban, pikiran, harta, bahkan jiwa untuk Indonesia. Mereka memberi bukan meminta dan bukan mengambil. Itulah ciri berkorban,” tutur Haedar.
Sementara nilai kedua adalah meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan yang lain. Persoalan dan tantangan bangsa Indonesia begitu banyak dan kompleks. Tidak mungkin terselesaikan tanpa kolaborasi dan persatuan di antara segenap elemen anak bangsa.
Haedar membeberkan, para pahlawan mampu menyatukan tanah air ini karena mereka selalu meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri, keluarga, dan kroni.
“Para pahlawan melintas batas dengan hadir untuk semua kalangan, dan mereka hadir sebagai sosok-sosok yang meletakkan kepentingan yang lebih luas di atas kepentingan yang lebih sempit. Mereka hadir tidak untuk diri, keluarga, atau kroninya, melainkan untuk kepentingan bangsa dan negara,” papar Haedar.
Sedangkan nilai ketiga yang harus diteladani adalah nilai kenegarawaan. Para pahlawan mengajarkan bahwa eskpresi sikap kenegarawanan yang paling sederhana niscaya ada dalam tindakan jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Haedar membeberkan, ketika terdapat kesalahan mereka para negarawan dengan gagah berani mengakui kesalahan dan tidak menutupi kesalahan dengan kesalahan yang lain. Seharusnya, kebiasaan laku jujur para pahlawan ini menjadi inspirasi dan batu tapal kemajuan untuk bangsa dan negara.
“Para pahlawan berdiri tegak di atas nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan kepatutan di dalam hidup. Para pahlawan adalah ksatria, di saat salah mereka berani mengakui kesalahan, dan tidak menutupi kesalahan dengan kesalahan yang lain. Mereka tidak berdusta namun sangat jujur dengan kehidupan. Jiwa ksatria ini begitu penting,” ujar Haedar.
Nilai keempat, imbuh Haedar, adalah nilai uswah hasanah atau keteladanan hidup. Haedar menganggap, menjadi teladan yang baik sebagai salah satu simpul harapan bangsa Indonesia di saat keadaan negara mengalami kerapuhan sosial sebagai imbas pertarungan politik dan ekonomi ambisius seperti sekarang ini.
Haedar mencontohkan, bahwa saat ini bangsa Indonesia perlu meneladani para pahlawan yang telah memberi panduan dalam berbangsa dan bernegara, yaitu kata dan tindakannya tidak pernah pecah kongsi.
“Para pahlawan pada dasarnya hidup sejahtera nan bersahaja, tetap jiwanya seluas samudra bahkan melampauinya. Kata sejalan dengan tindakan, sehingga masyakarat memperoleh obor dan suluh dari sikap, pikiran, cita-cita, langkah, dan jejak para pahlawan,” pungkas Haedar.