Muhammadiyah tunggu hasil otopsi Siyono sebelum tentukan sikap
Menurut Muhammadiyah, hasil otopsi baru diterima sekitar sepuluh hari lagi.
Pengurus Pusat Muhammadiyah masih menunggu hasil otopsi jenazah terduga teroris, Siyono, sebelum melakukan langkah selanjutnya. Diperkirakan hasil otopsi baru selesai dalam lima sampai sepuluh hari setelah otopsi dilakukan.
Ketua PP Muhammadiyah bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Busyro Muqoddas mengatakan, secara sekilas dokter sudah melihat kondisi jenazah Siyono. Namun hasil secara lengkap belum bisa didapatkan.
"Akan ada proses lagi. Sudah ada pengambilan sampel. Saya tidak punya keilmuan untuk menjelaskan. Kita belum bisa melakukan apa-apa sebelum ada hasilnya," kata Busyro saat ditemui merdeka.com di kantor PP Muhammadiyah, Rabu (6/4).
Busyro mengatakan, PP Muhammadiyah sudah bertemu Kapolri, Jendral Polisi Badroddin Haiti, dan menyampaikan kritik atas kematian Siyono usai ditangkap Detasemen Khusus 88. Muhammadiyah bahkan juga mempertanyakan dua gepok uang diberikan kepada istri Siyono.
"Sudah kami klarifikasi, tapi tidak ada tanggapan. Saya tidak bisa menyimpulkan itu membenarkan atau tidak, karena tidak ada tanggapan. Uang itu sekarang masih ada pada kami," ujar Busyro.
Terkait keberlangsungan pengawalan kasus Siyono, Busyro belum bisa banyak menjelaskan rencana advokasi. Sebab mereka masih menunggu hasil otopsi.
"Dokter Gatot ahli Forensik dari UMY memang sudah beri keterangan, tapi kami masih menunggu. Kemarin ada tim dokter terdiri dari 1 dokter dari Polri dan 9 dokter dari UMY," tutup Busyro.
Baca juga:
DPR curiga masih ada yang ditutupi polisi soal kasus kematian Siyono
Tepis tudingan, Polri beberkan bukti Siyono terlibat terorisme
Polri sebut Siyono Kepala Staf Tholiah Bitonah kelompok Neo JI
Polisi pastikan kematian Siyono karena pendarahan di bagian kepala
Siyono mati di tangan Densus, Fadli sebut nyawa di Indonesia murah
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Siapakah Mbah Buyut Modjo? Sosok yang dimakamkan di sini dikenal dengan sebutan Mbah Buyut Modjo. Mengutip Instagram @lovesuroboyo, ia adalah sesepuh yang melakukan babat alas di wilayah Kaliasin, Kota Surabaya.
-
Siapa saja keturunan Mbah Muhdlor dan Mbah Syamsyiyah? Anak pertama diberi nama Nyai Mondolika. Kelak ia menjadi istri KH Basyar Tuban yang menurunkan kiai-kiai Makam Agung Tuban.Anak kedua bernama Nyai Pinang. Kelak ia disunting Kiai Ghozali Sarang dan menurunkan kiai-kiai Sarang.Anak ketiga bernama Kiai Singgopuro (Kiai Misbah) yang kelak menurunkan Kiai-Kiai Sidoarjo, termasuknya KH. Ali Masyhuri bin Mubin bin Dasuki bin Misbah (Singgopuro).
-
Bagaimana Islam masuk ke Sidoarjo? Mengutip situs resmi Pemkab Sidoarjo, masuknya Islam ke Sidoarjo diperkirakan setelah kedatangan Sunan Ampel ke Ampel Denta Surabaya.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Kenapa Mbah Muljadi mendirikan masjid di Sidoarjo? Mbah Muljadi merupakan ulama asal Mataram yang menyelamatkan diri dari pembantaian di Plered, Yogyakarta karena pemberontakan Trunojoyo sekitar tahun 1600-an. Saat itu, lebih dari 5.000 ulama dikumpulkan oleh Raja Amangkurat I atau Sunan Amarat I, putra Sultan Agung. Raja Amangkurat I mengira para kiai turut membantu adiknya dalam upaya kudeta terhadap dirinya. Dia pun marah berapi-api kepada para ulama tersebut dan bermaksud untuk membunuhnya. Demi menghindari dari amukan Raja Amangkurat I, para ulama melawan serta melarikan diri ke tempat-tempat terpencil yang aman bagi keselamatan mereka. Mbah Muljadi melarikan diri ke Desa Suko Kabupaten Sidoarjo.