Nadiem Siapkan Materi Moderasi Beragama Dalam Kurikulum Sekolah Penggerak
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengaku tengah menyiapkan materi moderasi beragama untuk disisipkan dalam kurikulum Program Sekolah Penggerak. Rancangan itu disusun bersama Kementerian Agama.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengaku tengah menyiapkan materi moderasi beragama untuk disisipkan dalam kurikulum Program Sekolah Penggerak. Rancangan itu disusun bersama Kementerian Agama.
"Kami juga sedang merancang materi terkait moderasi beragama bersama Kemenag untuk disertakan di dalam kurikulum Sekolah Penggerak. Itu adalah kurikulum prototipe yang sedang kita tes di dalam sekolah-sekolah penggerak. Di situlah konten-konten moderasi beragama, kita juga akan melakukan risetnya," ujar Nadiem dalam acara Peluncuran Aksi Moderasi Beragama, Kemenag lewat daring, Rabu (22/9).
-
Kapan Nadia resmi dipersunting kekasihnya? Nadia Soekarno baru saja resmi dipersunting kekasihnya Kama Sukarno pada 27 Januari 2024.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa yang menulis kalimat di dinding makam itu? Kalimat itu diyakini ditulis seorang peziarah di Beit She’arim yang memohon pelimpahan berkah dan kebahagiaan bagi para peziarah yang telah mencapai situs pemakaman.
-
Siapa yang dikubur di makam tersebut? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Siapa yang ditemukan di dalam makam tersebut? Pada 1934, pekerja di Jerman menemukan kuburan seorang perempuan yang ditempatkan dalam posisi duduk dengan bayi di antara kakinya. Karena banyaknya barang kuburan di sekitar pasangan ini, para arkeolog menyimpulkan bahwa dia mungkin seorang dukun yang meninggal sekitar 9.000 tahun yang lalu, pada periode Mesolitikum.
-
Kenapa Fajar Nugroho meninggal? Saat berada di dalam kolam, Fajar mengalami masalah pada kakinya. Ia mengaku kram sehingga kesulitan untuk kembali ke permukaan. Padahal, Fajar sedang terkena setrum listrik dari dalam kolam. Teman-temannya pun berinisiatif untuk menolong Fajar.
Menurut Nadiem konten moderasi beragama itu bakal diujicobaka kepada 2.500 sekolah penggerak. Angka ini akan terus berkembang setiap tahunnya.
Konten moderasi beragama juga diajarkan kepada para calon guru penggerak pada Program Guru Penggerak Kemendikbud Ristek.
"Kami juga mengupayakan sejumlah terobosan dalam program pendidikan guru, seperti menyisipkan topik kebinekaan dan nilai-nilai moderasi beragama dalam materi pendidikan Guru Penggerak," kata dia.
Program Guru Penggerak merupakan program besutan Nadiem yang ditujukan untuk mencetak kader kepala sekolah yang berkualitas.
"Jadinya sangat penting peran guru penggerak, alumninya itu bakal jadi pemimpin, pengawas, kepala sekolah," ujarnya.
Moderasi beragama, menurut Nadiem amat penting diajarkan. Pasalnya Nadiem memandang intoleransi beragama merupakan salah satu dari tiga dosa besar pendidikan di Tanah Air.
"Tiga dosa ada di sistem pendidikan kita saat ini, dan tiga dosa tersebut nomor satu adalah intoleransi, nomor dua adalah perundungan atau bullying dan nomor tiga adalah kekerasan seksual," pungkas Nadiem.
Nadiem Tegaskan Bakal Basmi Tiga Dosa Besar dari Sistem Pendidikan Nasional
Nadiem menegaskan akan membasmi bersih tiga dosa besar dalam pendidikan nasional. Adapun ketiganya adalah intoleransi, perundungan dan pelecehan seksual.
"Jadinya biar diperjelas saja posisi Kemendikbudristek dan Pemerintah Pusat terhadap tiga dosa ini, ini adalah tiga hal yang akan kita basmikan dari sistem pendidikan kita. Tentunya akan memakan waktu untuk melaksanakan ini, tapi itu adalah aspirasi dan tidak ada abu-abu untuk mencapai aspirasi ini," tegas Nadiem.
Upaya itu salah satunya dilakukan lewat Program Merdeka Belajar. Nadiem menganggap pendidikan karakter amat penting dalam Merdeka Belajar. Sampai-sampai pihaknya mengubah sistem pemetaan mutu pendidikan yang awalnya lewat Ujian Nasional (UN) kini lewat Asesmen Nasional (AN), hanya demi dapat mengukur nilai Pancasila di lingkungan sekolah.
"Lebih penting lagi bahkan ada survei karakter dan ada survei lingkungan belajar. Dari survei-survei ini kita mengases nilai-nilai Pancasila yang ada, yaitu nilai kebinekaan, toleransi, nilai keamanan dalam lingkungan sekolah. Dan dari situlah kita mengukur mutu pendidikan di Indonesia," ujarnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Nadiem: Asesmen Nasional Tak Bisa Dibimbelkan
Cerita Nadiem Bermalam di Ruang Kelas Suku Anak Dalam
Kemendikbud-Ristek Siapkan 30 M untuk Bantu Merger Perguruan Tinggi Swasta
Nadiem: Vaksinasi Mengejar PTM Bukan PTM Mengejar Vaksinasi
Nadiem Minta Sekolah di Daerah PPKM Level 1-3 Gelar PTM untuk Berlatih Prokes Baru
Menteri Nadiem Sebut Angka Putus Sekolah Naik 1,12 Persen Selama Pandemi Covid-19