Nikmatnya soto kebo & kisah syiar Islam di Kota Kudus
Untuk menghormati pemeluk agama Hindu dan umat Islam, Sunan Kudus pun melarang pengikutnya untuk memakan daging sapi.
Bagi sebagian orang, pemakaian daging kerbau dalam sebuah masakan masih menjadi sesuatu yang sedikit ekstrem. Tapi tahukah anda, bahwa kuliner berbahan daging kerbau sejak lama telah menjadi ciri khas satu daerah Jawa Tengah.
Ya, Soto Kebo telah melekat menjadi ikon Kota Kudus. Dilihat dari namanya saja orang sudah paham jika soto yang satu ini dibuat dari daging kerbau. Untuk rasanya, jangan ditanya.
Soto Kebo terdapat banyak irisan dadu daging kerbau ditambah bumbu rempah-rempah di kuah soto memunculkan perpaduan rasa gurih, manis. Apalagi, rasa kaldu di dalam kuah makin menggoyang lidah kita.
Di Kota Kretek, sebutan lain bagi Kota Kudus, pembuatan Soto Kebo mempunyai sejarah panjang. Kuliner yang satu ini adalah peninggalan Sunan Kudus yang sempat menyiarkan agama Islam di tengah masyarakat Hindu setempat pada masa lalu.
Seperti diketahui, sapi bagi warga Hindu dianggap sebagai hewan disuci. Sapi atau lembu dalam kepercayaan Hindu merupakan tunggangan dewa Shiwa. Maka dari itu, umat Hindu sangat menghormati dan tidak makan daging sapi.
Begitu juga bagi masyarakat Kudus, yang notabene saat itu masih menganut Hindu yang kuat. Sapi atau lembu dianggap sebagai hewan suci, sebuah larangan besar untuk disembelih dan dimakan. Pada masa penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di daerah Kudus, Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di wilayah Kudus dan sekitarnya.
Sunan Kudus yang menjadi salah satu Wali Songo ini, melakukan syiar Islam dengan cara berbeda agar tidak menyinggung warga lokal yang masih menganut agama Hindu. Karena sapi adalah hewan yang disucikan bagi umat Hindu, maka untuk menjunjung tinggi sikap menghormati antar pemeluk agama Hindu dan umat Islam, Sunan Kudus pun melarang pengikutnya untuk memakan daging sapi.
"Meski dari sisi syariah Islam daging itu (sapi) dihalalkan dan sapi boleh disembelih," kata seorang ulama dari Kudus yang enggan disebutkan namanya.
Sebagai makanan penggantinya, Sunan Kudus memakai daging kerbau sebagai menu alternatif. Saat ini, kendati budaya Hindu sudah hilang dan tergantikan dengan pengaruh agama Islam, tetapi kebiasaan lama orang Kudus untuk menyantap daging kerbau tetap tidak bisa dihilangkan.
Haji Umar pemilik warung soto kebo di dekat Masjid Agung Kudus mengatakan, dia awalnya membuat Soto Kebo berdasarkan resep warisan dari kakek buyutnya yang sejak lama berjualan keliling (ider) memakai pikulan dari kampung ke kampung.
"Ini soto resepnya langsung diturunkan dari kakek saya. Dia ceritanya sejak dulu sudah memakai daging kerbau sebagai ganti daging sapi karena memang daging sapi tidak untuk dikonsumsi di Kudus, mas," terang Umar.
Terkait dengan irisan daging kebo yang berbentuk segi empat, dia menyebut bentuk segi empat itu konon menggambarkan bentuk Kabah di Makkah sehingga ketika orang memakan Soto Kebo diharapkan bisa memiliki pandangan kuat dalam menjalankan agama Islam. Hal ini karena Kabah menjadi tempat suci bagi umat Islam.
Lain ceritanya diungkapkan Muhammad Samsir, seorang pedagang Soto Kebo di pusat kota Kudus. Dia mengaku lebih memilih berjualan Soto Kebo lantaran rasanya yang lebih gurih dan sedap bila memakai daging sapi. "Dan banyak yang bilang, Soto Kebo hanya bisa dijumpai di sini saja. Makanya saya jualan Soto Kebo dan syukurlah sampai sekarang dagangan saya selalu laris," ujar Samsir.
-
Kuliner apa yang menjadi salah satu makanan khas Yogyakarta? Gudeg adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang paling terkenal.
-
Kuliner kekinian apa saja yang ditawarkan di Chillax Sudirman? Di sana, Anda bisa mencoba berbagai makanan dan minuman dari yang ringan sampai berat seperti sushi, steak, ramen, dan berbagai jajanan khas Korea atau Jepang.
-
Kapan Sentra Kuliner Ikan Kabupaten Garut diresmikan? Dikutip dari ANTARA, Rabu (28/6) sentra ikan tersebut diketahui baru diresmikan pada Selasa 26 Juni 2023 lalu.
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Di mana letak Sentra Kuliner Ikan Kabupaten Garut? Lokasinya berada persis di sebuah bangunan berlantai dua, di Jalan Raya Bandung-Garut, Kecamatan Tarogong Kaler.
-
Bagaimana Bango Warisan Kuliner membantu mempromosikan kuliner Indonesia? Para pelaku industri kuliner Indonesia berusaha mempromosikan tradisi pangan Nusantara dengan berbagai cara. Misalnya mengadakan festival kuliner, memberikan edukasi kuliner, atau membuat program yang memperkenalkan masakan Indonesia seperti Bango Warisan Kuliner.
Baca juga:
6 Fakta menarik dari rumah makan Padang
Rayakan HUT ke 183, Pemkot Kendari gelar lomba masak serba ikan
Cerita di balik porsi nasi padang, makan di tempat & dibungkus
Pedagang raup puluhan juta di festival kuliner nusantara
Festival kuliner nusantara tekan konsumsi makanan cepat saji