Padukan Gulma & Teknik Rajut, Wins Rajut Hasilkan Kerajinan Tangan Khas Dalam Negeri
Winarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat.
Produk yang dibuat dari kerajinan tangan sendiri.
Padukan Gulma & Teknik Rajut, Wins Rajut Hasilkan Kerajinan Tangan Khas Dalam Negeri
Tanaman gulma sejenis mendong dan enceng gondok dapat disulap menjadi produk estetik dan khas.
Tangan-tangan terampil, memadukan dua bahan tersebut dengan teknik sulam dan rajut, hingga menjadi aneka produk handmade berkualitas.
- Kasus Covid-19 Melonjak, Ini Stategi Kemenkes Cegah Penyebaran
- Kejari OKU Selatan Gelar Sayembara, Bisa Tangkap Buronan Korupsi Dana Covid-19 Dapat Rp10 Juta
- Dua Ilmuwan Penemu Vaksin mRNA Covid-19 Raih Nobel Kedokteran 2023, Hadiahnya Fantastis
- Garuda Indonesia Harap 100 Kloter Haji Berangkat dari Balikpapan Tahun Depan
Produk home decor seperti karpet, almari, kursi, sarung bantal, aneka hiasan ruangan hingga tempat tissue tampak indah dan memikat siapapun yang melihat. Begitupun aneka produk fashion seperti tas, dompet, topi semakin menambah cantik dan kharisma pemakainya.
Winarsih (58), Owner Win's Rajut mengaku mengawali usahanya dari sebuah hobi yang sekadar untuk kebutuhan pribadi. Namun produk buatannya itu seiring waktu disukai banyak teman dan masyarakat lebih luas.
Sehingga pada 2015 mengawali usaha UMKM yang diberi nama Win's Rajut. Ia juga sengaja memilih bahan alami dan ramah lingkungan untuk semua produknya.
"Saya mengambil bahan-bahan alami, tidak menggunakan bahan yang mengandung plastik. Semua produk menggunakan bahan seperti enceng gondok, mendong, goni, benang katun," ungkap Winarsih di Pesta Rakyat Simpedes (PRS) Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Taman Chandra Wilwatikta Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Minggu (27/8).
Jenis produknya pun terus berkembang dan bertambah, bahkan hingga mencapai ratusan macam.
Tetapi keseluruhan dari bahan alami dan sebagian produk memadukan dengan teknik sulam dan rajut benang.
"Cuma bahan mendong, kami mendatangkan dari kabupaten lain," kata Winarsih. Aneka produk Win's Rajut disajikan dari ukuran kecil dengan harga Rp30.000 hingga jutaan rupiah. Ia juga melayani produk custom sesuai dengan selera dan keinginan pembelinya.
Selama ini, Winarsih menggunakan tenaga kerja di lingkungan rumahnya di Pasuruan.
Sehingga secara tidak langsung memang menyerap tenaga kerja masyarakat sekitarnya. Namun di sisi lain, ia juga merasa kesulitan untuk regenerasi tenaga profesional, dengan alasan bayaran yang dinilai kurang menjanjikan. Gaji dari UMKM dinilai kecil dibandingkan upah pekerja pabrik yang banyak berdiri di Pasuruan.
"Untuk mendidik tenaga terampil itu agak kesulitan. Mereka merasa penghasilannya tidak sebanding dengan kerja di pabrik. Kalau masih muda pasti lebih memilih kerja di pabrik," kata Winarsih.
Produk Win's Rajut awalnya juga hanya dipasarkan di kawasan wilayah Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya. Namun lewat berbagai pameran dan promosi, semakin dikenal hingga pasar internasional. Beberapa item tertentu memikat pembeli hingga pasar Eropa.
"Produk enceng gondok sudah ekspor ke Eropa, namun masih lewat distributor. Bentuk produknya berupa karpet, ukurannya cukup besar. Karpetnya dipadukan dengan rajut, kita rangkai dengan rajut," jelasnya.
Winarsih mengaku telah memanfaatkan pemasaran di media sosial dan e-commerse termasuk lewat instagram, tiktok, shoopie dan lainnya. Namun karakter pembelinya yang belum sepenuhnya berubah yang tetap ingin mengetahui produknya secara fisik.
"Produk saya ini kan produk handy craft ya, orang kalau melihat hanya lewat gambar itu tidak lega. Orang -orang kalau mau beli barang handmade rata-rata ingin pegang langsung, beda dengan produk plastik yang langsung dibeli. Kalau handmade halus ndak, inginnya dipegang-pegang, tidak semudah orang jualan online yang jualan plastik itu," kata Winarsih.
Namun demikian lewat media sosial dan e-commerse, produknya dapat terjual, bahkan hampir pernah terkirim ke seluruh kota di Indonesia.
UMKM Win's Rajut sendiri merupakan dampingan BRI yang sebelumnya telah mendapat pembinaan dan permodalan. Lewat berbagai even yang digelar BRI, produknya semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Selain itu juga mendapatkan bantuan permodalan lewat KUR (Kredit Usaha Rakyat). "Saya sudah ikut beberapa kali pameran. Ini bukan kali pertama, ke Malang dan lain-lain, ikut even BRIlian di Jakarta dua periode.
Saya juga pernah membuat produk yang dilelang BRI waktu Gernas Bangga Buatan Indonesia. Saya terpilih satu kursi sama home dekor," kisahnya.
Bahkan produk karpetnya hingga saat ini terpajang di galeri art Indonesia di Jakarta. Produk itu dipajang dan dibeli pada saat Pameran 2021.
Lewat pendampingan BRI, Winarsih berharap usahanya secara kapasitas semakin kuat dan berkembang terus. Peran BRI masih terus dibutuhkan dalam persoalan pemasaran, permodalan dan berbagai problem UMKM lainnya.
"Harapannya ada lagi pameran dengan even lebih besar, nasional atau internasional. Ada promosi lebih besar dengan jangkauan yang lebih luas. Bisa menjangkau pembeli lebih luas lagi," jelas Winarsih.
Winarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat. Bahkan usahanya sempat banting setir memproduksi masker agar tetap bisa menyambung hidup.
"Kita belum banyak bikin produk karena modalnya belum kembali. Kita masih butuh pendanaan dan promo untuk kepentingan kenaikan omzet," ungkap Winarsih.
Selain itu, Winarsih mengajak perkantoran dan masyarakat luas menggunakan produk UMKM. Karena akan menggerakkan roda usaha dan menghidupkan UMKM. Ajakan itu terutama ditujukan kepada para pejabat, agar meninggalkan penggunaan produk pabrikan, apalagi import dari luar negeri.