Pakai kartu tanda pengunjung, narapidana kabur dari Rutan Makassar
Pakai kartu tanda pengunjung, narapidana kabur dari Rutan Makassar. Diduga tahanan itu kabur setelah menggunakan kartu tanda pengunjung yang mengantar istrinya menjenguk di Rutan Makassar.
Tahanan titipan jaksa di Rutan Klas I Makassar, Syahrul Daeng Nojeng (40) kabur dari sel saat dijenguk istrinya kurang lebih 12 menit pada Selasa (18/7), pukul 10.37 WITA. Tahanan kasus narkoba yang belum memasuki jadwal sidang ini berhasil tinggalkan sel tahanan dengan cara menggunakan kartu tanda pengenal pengunjung.
Kepala divisi (Kadiv) pemasyarakatan Kanwil Kemenkum HAM Sulsel, Jauhar Fardin menjelaskan kronologi kaburnya tahanan yang sudah kali ketiganya sejak dipimpin Suryanto selaku kepala Rutan itu. Berawal saat istri tahanan Syahrul Daeng Nojeng itu datang menjenguk sekira pukul 10.25 WITA, yang datang bersama seorang laki-laki yang berprofesi sebagai tukang bentor atau becak motor. Keduanya dibekali id card pengunjung untuk datang menjenguk karena memang jadwal besuk di Rutan itu mulai pukul 09.00 WITA.
"Saya tidak tahu tahu detil nama istri tahanan itu, juga nama tukang bentor itu. Yang jelas kronologinya adalah Syahrul Daeng Nojeng kemudian memanfaatkan id card pengunjung yang tadinya digunakan oleh tukang bentor itu selaku pengunjung. Syahrul Daeng Nojeng kemudian keluar meninggalkan Rutan itu bersama istrinya pukul 10.37 WITA. Sementara tukang bentor itu tertahan di dalam karena tidak punya id card," kata Jauhar Fardin yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/7) siang.
Menurutnya, karena baru tiga bulan dititip di Rutan, petugas belum mengenali betul wajah Syahrul Daeng Nojeng sehingga mudah menerobos pengawasan, apalagi didukung kartu tanda pengunjung dari tukang bentor itu. Meski demikian, Jauhar Fardin tetap menyayangkan kaburnya tahanan itu, berhasil membobol pengamanan berlapis-lapis dan didukung peralatan pendeteksi yang cukup.
"Selalu saja ada cara tahanan untuk melarikan diri. Saat petugas mengantisipasi salah satu modus untuk kabur, muncul modus baru lagi. Sama dengan kasus Syahrul Daeng Nojeng ini. Berhasil melarikan diri dengan cara memanfaatkan id card pengunjung itu adalah modus pertama di Sulsel, tapi modus ke tiga di Indonesia. Yang jelas ini adalah sebuah kelalaian dan intinya memang adalah setelah peralatan sudah mendukung maka pengawasan yang harus lebih ditingkatkan lagi," tandas Jauhar Fardin.
Soal tukang bentor itu, berikut bentornya yang masih ditahan di Rutan Kelas I Makassar karena diduga turut membantu lolosnya tahanan kasus narkoba penghuni blok G , kamar 9 ini, kata Jauhar, pihaknya telah memerintahkan agar yang bersangkutan diserahkan ke polisi. Sementara untuk mencari tahanan yang baru kabur itu, kata Jauhar Fardin lagi, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Kepolisian untuk melakukan pengejaran.
Baca juga:
Usai diperiksa, tersangka kasus narkoba kabur dari sel Polda Sumsel
4 Napi WNA siapkan pakaian ganti sebelum kabur dari Lapas Kerobokan
Kabur dari Lapas Kerobokan, 4 WNA sempat kuras air di parit 4 jam
Buru 2 napi Nusakambangan kabur, petugas gabungan sisir pantai
Napi Sialang Bungkuk yang kabur ditangkap saat pesta sabu
Kabur, 2 napi ditangkap saat makan di Lapas Narkotika Nusakambangan
Polisi gelar rekonstruksi kaburnya 4 WNA narapidana Lapas Kerobokan
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Kapan Danau Tasikardi dibangun? Dibangun pada abad ke-16, Danau Tasikardi di Banten sudah memiliki teknologi pemurnian air yang mumpuni.
-
Kapan Festival Tembakau Madura diadakan? Festival Tembakau Nusantara akan diselenggarakan pada 29-30 September 2023.
-
Kapan Teras Malioboro diresmikan? Mengutip Jogjaprov.go.id, kawasan Teras Malioboro diresmikan pada 26 Januari 2021 oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Kapan Sumatra Thawalib resmi didirikan? Pada tahun 1918, nama Koperasi Pelajar berubah menjadi Sumatra Thawalib yang dicanangkan oleh Ichwan, El Yunusy, Jalaluddin Thalib, dan Inyiak Mandua Basa pada tahun 1919.