Pandemi Covid-19, Keraton Yogyakarta Tiadakan Mubeng Beteng di Malam 1 Sura
Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta Hadiningrat, GKR Condrokirono mengatakan, ditiadakannya Mubeng Beteng sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19.
Keraton Yogyakarta meniadakan acara tradisi Hajad Kawula Dalem Lampah Budaya Mubeng Beteng. Acara tradisi Mubeng Beteng ini digelar setiap malam pergantian Tahun Baru Hijriah atau bertepatan dengan malam 1 Sura.
Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta Hadiningrat, GKR Condrokirono mengatakan, ditiadakannya Mubeng Beteng sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19.
-
Apa saja yang diciptakan oleh KRT Wiroguno untuk Keraton Yogyakarta? Sebagai seorang seniman, KRT Wiroguno telah berjasa besar bagi Keraton Yogyakarta. Semasa hidupnya ia menciptakan lebih dari seratusan gending, merancang kostum Langendriya, menggeluti foto painting hitam putih, dan berbagai kesenian lainnya. Berkat berbagai hal tersebut, layak rasanya apabila ia disebut sebagai salah satu seniman besar Keraton Yogyakarta.
-
Apa yang dimaksud dengan "Abhimantrana" dalam pameran Keraton Yogyakarta? Dilansir dari Jogjaprov.go.id, pameran ini mengangkat istilah “Abhimantrana” yang berarti upacara, doa-doa, dan pepujian.
-
Bagaimana pembangunan Segarayasa di Keraton Yogyakarta? Selain itu di danau buatan itu terdapat terowongan bawah tanah dan masjid bawah tanah.
-
Kenapa Segarayasa di Keraton Kerta dibangun? Mengutip Facebook Sejarah Jogyakarta, Babad Momana mencatat bahwa pada tahun 1637 Sultan Agung telah memberi perintah untuk membangun bendungan di Kali Opak. Sementara dalam Babad Sangkala dicatat bahwa pada tahun 1643 pembangunan danau tersebut tidak hanya menggunakan tenaga masyarakat keraton, namun juga menggunakan unsur tenaga prajurit.
-
Mengapa Bregada Keraton Yogyakarta dilestarikan hingga kini? Keberadaan Bregada Keraton yang menjadi saksi perjuangan melawan penjajah pada zaman dulu terus dilestarikan hingga kini.
-
Kapan Bregada Keraton Yogyakarta bertempur melawan VOC? Salah satunya adalah pertempuran Keraton Yogyakarta melawan VOC di Jenar pada tahun 1951.
"Karena situasi yang tidak memungkinkan dan mengikuti peraturan pemerintah, maka untuk tahun ini mubeng beteng ditiadakan," katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/8).
Tradisi Mubeng Beteng dilakukan dengan cara tapa bisu. Bagi peserta Mubeng Beteng tidak diperkenankan untuk berbicara selama mengikuti prosesi tersebut.
Acara Mubeng Beteng ini biasanya diikuti oleh para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan ribuan masyarakat yang turut serta. Acara Mubeng Beteng ini digelar saat tengah malam.
Dalam iringan Mubeng Benteng di barisan depan adalah para Abdi Dalem. Para Abdi Dalem ini memakai pakaian Jawa Peranakan dan membawa bendera merah putih dan sejumlah pusaka milik Keraton Yogyakarta. Saat berjalan Mubeng Beteng, para Abdi Dalem ini tak memakai alas kaki sama sekali.
Mubeng Beteng biasanya dimulai usai lonceng Kyai Brajanala yang ada di regol Keben dibunyikan sebanyak 12 kali. Iringan peserta Mubeng Benteng ini bisa mencapai panjang kurang lebih 1 kilometer.
Adapun rute perjalanan adalah berangkat dari Keben Keraton Yogyakarta menuju ke Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Agus Salim, Wahid Hasyim, Suryowijayan.
Setelahnya melintasi pojok Benteng Kulon, MT Haryono, Mayjen Sutoyo, pojok Benteng Wetan, Brigjen Katamso, Ibu Ruswo, Alun-alun Utara dan kembali ke Keben. Total jarak yang ditempuh kurang lebih 5 kilometer.
(mdk/fik)