PB PON Buka Suara soal Makanan Basi, Jelaskan Proses Penunjukan Vendor PT Aktifitas Atmosfir
Katering nasi kotak yang sedianya dikonsumsi para atlet PON di Aceh kerap terlambat datang, basi dan porsi seadanya.
Pengurus Besar (PB) Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumut Wilayah Aceh mengungkapkan alasan mengapa memilih vendor PT Aktifitas Atmosfir untuk menangani konsumsi atlet dan kontingen PON.
Seperti diketahui, konsumsi untuk para atlet kondisinya tak layak, bahkan basi dan sering terlambat.
- Ini Penampakan Kantor PT Aktifitas Atmosfir, Vendor Makanan Basi PON Aceh-Sumut
- Makanan Atlet Basi Habiskan Anggaran Rp42 Miliar, Ini Penjelasan Panitia PON Aceh
- MaTA Ungkap Perusahaan Pengadaan Konsumsi PON di Aceh yang Makanannya Sering Terlambat dan Basi
- Carut Marut PON Aceh-Sumut, Atlet Protes Konsumsi Sering Terlambat dan Makanan Basi
Ketua Bidang Konsumsi PB PON Wilayah Aceh, Diaz Furqan, mengklaim pemilihan perusahaan itu mengacu pada Peraturan Presiden (PP) Nomor 12 Tahun 2021.
Dia mengatakan dalam PP itu tertera jika pengadaan barang dan jasa terdapat di laman LPSE terkait E-purchasing, maka kewajiban untuk menggunakan perusahaan itu.
"Mungkin ada juga yang viral kenapa kita tidak melakukan pemilihan di kabupaten/kota, karena persyaratan vendor di PON ini ketat, dan pengalaman sudah pernah memberikan pelayanan sekelas event PON," katanya, Kamis (12/9).
PT Aktifitas Atmosfir, tutur Diaz, di laman LPSE memenuhi kriteria yang dimaksud. Sementara UMKM atau pun perusahaan lain di Aceh tidak ada yang terdaftar di E-purchasing itu.
"Jadi yang ada memenuhi kategori cuma perusahaan ini. Vendor ini nanti yang mengkoordinir di kabupaten/kota terkait penyediaan makanan dan snack," jelasnya.
Diaz mengklaim permasalahan konsumsi itu terjadi pada periode tanggal 7 dan 8 September lalu, saat waktu puncak para atlet dan official tiba di Aceh.
Kendati demikian, hingga hari ini informasi yang dihimpun merdeka.com, pelayan konsumsi kontingen dan atlet PON XXI Aceh-Sumut masih bermasalah. Salah satunya dialami kontingen Papua.
Rata-rata komplain terkait konsumsi yakni; sering terlambat diantar, tak layak dimakan karena basi, dan porsi yang sedikit.