Pemerintah Diminta Kaji Ulang Konsep TMII Setelah Mengambil Alih Pengelolaan
Setelah Presiden menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan pengelolaan TMII dilakukan oleh Kemensetneg bukan lagi oleh Yayasan Harapan Kita.
Setelah Presiden menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan pengelolaan TMII dilakukan oleh Kemensetneg bukan lagi oleh Yayasan Harapan Kita.
Sastrawan Esha Tegar Putra menilai pemerintah harus melakukan pemetaan ulang potensi TMII secara keseluruhan, jika memang tempat tersebut diwacanakan sebagai cultural theme park dengan standar internasional.
-
Apa yang dilakukan Mies van Bekkum di Jakarta? Pada zaman dahulu, Mies van Bekkum datang ke tempat itu untuk menyatukan kembali keluarga Belanda yang terpisah akibat ditawan Jepang.
-
Kapan trem di Jakarta dihentikan? Operasional trem kemudian dihentikan pada 1959.
-
Kenapa trem di Jakarta dihentikan? Pada 1962, trem benar-benar dipensiunkan di Jakarta. Gerbong-gerbongnya dibiarkan terbengkalai. Demi menghemat anggaran, dan mengalokasikannya untuk bus impor dari Autralia, rel-rel baja dibiarkan dan hanya diuruk menggunakan tanah lalu diaspal. 100 unit awal bus didatangkan pada tahun itu, dan terus ditambah unit-unitnya.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
"Puluhan tahun TMII sebenarnya sudah menjadi lokasi pengenalan budaya Indonesia, meski terkesan sentralistik, dan terdapat anggapan bahwa ragam situs bangunan dan kreasi budaya yang ditampilkan di TMII adalah gambaran dari Indonesia utuh," kata penyair nasional ini dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/4).
Menurutnya, konsep ke-Indonesia-an ini harus dikaji ulang secara bersama melalui pemetaan potensi tersebut. Terutama soal keragaman, jika memang pemerintah ingin memperlihatkan keragaman dan toleransi Indonesia melalui TMII ke depan.
"Sebetulnya sejauh ini TMII hanya menjadi ikon dari keragaman budaya, namun tidak sepenuhnya menunjukkan keragaman, karena ada bagian dari Indonesia yang hilang melalui bangunan situs dan program-program yang ada di sana. Contohnya saja, bangunan ikonik beragam rumah adat di sana mengeliminir keragaman bangunan rumah adat lain yang sebenarnya lebih beragam lagi di sebuah provinsi. Hal utama yang akan mengubah wajah dari TMII ke depan adalah kandungan nilai edukasi mengenai kebudayaan Indonesia dan tidak semata pada bangunannya. Hal ini tentu akan tercapai melalui program-program edukasi budaya yang diselenggarakan di sana nantinya" jelas Esha.
Esha menambahkan, Pemerintah juga harus paham bahwa investasi pada kebudayaan berbeda dengan investasi terhadap benda yang secara langsung dapat memberi kontribusi pada keuangan negara.
"Investasi kebudayaan merupakan penanaman nilai-nilai kebaikan dan rasa berkebangsaan. Hasilnya tentu saja menjadikan manusia Indonesia lebih baik, paham akan keragaman, menghargai bahwa Indonesia multikultur. Tentu saja untuk mencapai niat tersebut pemerintah harus berdialog dengan banyak orang, tidak hanya dengan para teknokrat, tapi juga dengan para budayawan dan seniman. Mindset mengenai TMII harus dipikirkan ulang secara bersama" pungkasnya.
Sementara itu, seniman Jumaldi Alfi berharap, TMII dapat memberikan peluang dengan mendirikan infrastruktur, bangunan yang representatif dan pengelolaan yang profesional dan baik.
"Saya berharap di sana ada sebuah museum yang layak untuk menampung karya-karya seni anak bangsa. Sudah seharusnyalah Indonesia mempunyai museum Seni Rupa sekelas Singapore Art Museum atau MOMA, Museum of Modern Art New York yang pernah saya kunjungi. Dan Pemerintah Indonesia mampu untuk hal itu, kalau mau," katanya.
Dia mengharapkan, perhatian yang lebih mendalam dari pemerintah terhadap aset Seni dan Budaya bangsa Indonesia. Tidak hanya pada kepedulian pada aset-aset yang berupa artefak namun juga kepedulian pada pencapaian-pencapaian dari perkembangan Seni dan Budaya Kontemporer atau masa kini seniman dan budayawan Indonesia.
"Tidak menutup mata, dalam kancah pergaulan Seni Rupa Internasional, seniman-seniman Indonesia telah memberi warna dengan pencapaian-pencapaian artistik, estetika dan konseptualnya. Terbukti pada event-event perhelatan Seni Rupa Dunia, baik itu event wacana konseptual seperti Bienalle, Trienalle, yang mengundang Seniman Internasional dari penjuru dunia, seniman Indonesia termasuk penampil yang di nantikan kehadiran karya-karyanya. Pun begitu jua dalam event Wacana Art Market atau Art Fair, Seniman Indonesia cukup mendapat apresiasi yang besar" tutup Jumaldi Alfi.
Diketahui, setelah hampir 44 tahun dikelola oleh Yayasan Harapan Kita dan tidak memberikan kontribusi kepada negara maka Pemerintah Jokowi mengambil alih TMII untuk memperbaiki pengelolaan agar lebih bermanfaat dan memberikan kontribusi signifikan kepada negara.
Melalui Perpres Nomor 19 Tahun 2021 tersebut, Kemensetneg berkomitmen menjadikan TMII sebagai kawasan pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, sarana wisata edukasi bermatra budaya nusantara, menjadi cultural theme park berstandar internasional, serta fasilitas lain yang mendorong inovasi dan kreativitas budaya anak bangsa.
Baca juga:
Budayawan Butet Kartaredjasa: TMII Harus Didesain Secara Menyeluruh dan Terintegrasi
Moeldoko Pastikan Tim Transisi Pengelolaan TMII Bekerja Transparan
Moeldoko Berkunjung ke TMII: Kita Harap Transisi Berjalan Lancar & Transparan
CEK FAKTA: Hoaks TMII Akan Dijual ke China
TMII Diambil Alih, Ombudsman RI Usulkan Badan Pengelola Khusus
Punya Ide untuk Pengembangan TMII, Kemensetneg Buka Saluran Aspirasi Publik