Penantian tak berujung keluarga di balik misteri kematian Akseyna
Penantian tak berujung keluarga di balik misteri kematian Akseyna. Akseyna Ahad Diri, ditemukan sudah tak bernyawa pada 26 Maret 2015. Jasadnya mengambang di Danau Universitas Indonesia (UI), tempatnya mengenyam pendidikan. Di dalam tas yang dipakai Akseyna berisi batu-batu yang beratnya mencapai 14 kg.
Hari itu, 26 Maret 2015. Keluarga Kolonel Mardoto mendapatkan kabar duka yang semula tak dipercaya. Putra kesayangannya, Akseyna Ahad Diri, ditemukan sudah tak bernyawa. Jasadnya mengambang di Danau Universitas Indonesia (UI), tempatnya mengenyam pendidikan.
Saat itu, Akesyna sempat diduga bunuh diri. Sebabnya, di dalam tas yang dipakai Akseyna berisi batu-batu yang beratnya mencapai 14 kg. Kecurigaan bunuh diri mulanya semakin menguat setelah ditemukan sepucuk surat yang diduga kuat tulisan Akseyna. Dalam surat itu dituliskan dia akan pergi jauh.
Memastikan kebenaran surat tersebut, tulisan di atas kertas dicocokkan dengan goresan tangan Aksyena selama hidupnya. Hasilnya, sangat beda. Kecurigaan awal Akseyna bunuh diri bergeser menjadi dugaan kematian yang tak wajar. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Akseyna?
Polisi kemudian mengumpulkan sejumlah bukti untuk menguatkan dugaan ada yang tak beres di balik kematian Akseyna. Saksi juga dipanggil, mulai dari keluarga, teman hingga penjaha indekos tempat Akseyna tinggal selama kuliah di UI.
"Dugaan kami demikian (bukan di bunuh di danau). Dugaan tersebut kami dapati dari analisis di lapangan dan hasil sidik yang dilakukan secara intens," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan saat dikonfirmasi, Senin 22 Agustus silam.
Minggu, bulan dan tahun berlalu. Nyatanya belum ada titik temu dari kepolisian soal kematian Akseyna. Apakah benar dibunuh, dan jika benar, siapa pembunuhnya.
Setahun lalu, Ombudsman juga mendesak polisi mengungkap kasus kematian Akseyna yang masih menjadi misteri. Dia menyayangkan penanganan kasus ini seperti terjadi perbedaan komunikasi antara Polda Metro Jaya dan Polresta Depok sebagai tempat terjadinya perkara.
Mendapatkan desakan dari Ombudsman, Polresta Depok menyatakan siap mengusut andai kembali diserahkan ke mereka. Kapolres Depok, AKBP Herry Kurniawan, mengaku saat ini kasus Akseyna sudah mengarah pada satu nama yang diduga kuat sebagai pelaku. Namun bukti-bukti yang ada belum cukup kuat untuk menjeratnya dab dia siap membuka kasus tersebut.
"Awalnya kasus ini kami yang nangani, tapi saat itu belum kepemimpinan saya. Kalau kembali diserahkan ke Depok, kami siap membuka kembali berkasnya," ujar Herry sekitar Oktober 2016 lalu.
Janji polisi mengungkap kasus ini nyatanya belum terpenuhi. Tiga bulan tahun 2017 berjalan, belum ada tanda-tanda misteri kematian Akseyna terkuak. Artinya, sejak 26 Maret 2015 lalu jasadnya ditemukan, sudah dua tahun tak ada titik terang siapa pelaku yang tega menghabisi Akseyna begitu keji.
Meski waktu berjalan, keluarga tetap berharap dan menanti ada kepastian dari polisi. Siapa yang membunuh anak mereka, Akseyna. Mereka terus menunggu janji polisi yang akan mengungkap kasus ini.
"Tentang kasusnya kami mengharapkan polisi untuk terus melakukan penyidikan, karena itu memang tugasnya dan makin ditingkatkan," ujar Mardoto usai dihubungi merdeka.com, Senin (27/3).
"Berharap dengan cepat pelaku dapat ditemukan," tambahnya.
Dia mengaku sudah berusaha menghubungi Kapolresta Depok Kombes Herry Heryawan. Saat itu, ia menanyakan perkembangan kasus kematian Akseyna serta meminta izin untuk mengambil barang-barang almarhum di kamar indekosnya.
"Pertama saya tanya perkembangannya. Kedua saya minta izin mengambil barang-barang milik anak saya yang di kosan. Sabtu kemarin saya didampingi oleh kasat Reskrim ambil barang-barang itu, soalnya sudah dua tahun tidak ada perkembangan jadi biar keluarga yang merawat barang-barangnya. Kalau pertanyaan pertama belum ada perkembangan. Saya baca di media online di Polda Hendy (Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan) bilang belum ada perkembangan, itu yang saya baca di media online," ucapnya lirih.
Mardoto, yakin berdasarkan visum jelas membuktikan Akseyna dibunuh. Di mana ditemukan kekerasan pada anaknya kuliah di jurusan Biologi.
"Sehingga menurut saya ada ketidakbenaran untuk menangani penemuan jenazah anak saya. Apalagi hasil visum menunjukkan memang banyak luka lebam terutama yang terlihat secara mata. Kesimpulannya kan katanya kena benda tumpul. Apalagi ada surat yang ternyata juga dari pihak luar, bukan dari pihak keluarga meragukan itu tulisan anak saya. Jadi itu kan itu ada awal-awal yang kurang tepat penanganannya," bebernya.
Sebagai ayah, dia tak mau curiga pada siapa pun sebagai pembunuh Akseyna. Tapi dia dan keluarga curiga pembunuha Akseyna adalah orang dekat.
"Pelaku orang yang mengenal dan dikenal anak saya. Kemungkinan dari kami begitu (pembunuh anaknya)," ujar ayah Akseyna, Mardoto saat dihubungi merdeka.com, Senin (27/3).
"Dari situ kan menerka-menerka kemungkinan siapa pelakunya. Dari pihak keluarga kami juga melihat tak ada masalah dengan orang lain. Jadi kami lihat kemungkinan besar, karena ada di dalam UI dan lingkungan berada di lingkungan kampus, kalau enggak di dalam kampus ya di kos," sambungnya.
Sepengetahuan Mardoto, keluarga mereka tidak memiliki musuh. "Anak saya kan sebenarnya anak yang kalem, tidak banyak bermusuhuan atau punya musuh. Kalau dari kegiatan yang diikuti kan cuman kuliah, olimpiade sama keagamaan," kenang Mardoto.
Keluarga, lanjut Mardoto, hanya bisa berharap ada keseriusan dari polisi mampu membuka tabir kematian Akseyna yang sudah berjalan dua tahun lamanya terkatung-katung tanpa kejelasan.
Baca juga:
Keluarga duga orang terdekat di balik pembunuh Akseyna
Sesal ayahanda, kematian Akseyna terlalu dini disebut bunuh diri
2 Tahun berlalu, keluarga masih berharap pembunuh Akseyna dibekuk
2 Tahun pembunuhan Akseyna, polisi masih sulit temukan pelaku
Kasus Akseyna belum dilimpahkan, Krishna Murti cuma pencitraan
Tabir kematian Akseyna kembali muncul ke permukaan
Gerak cepat usut kasus Akseyna, Polres Depok bentuk tim khusus
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Apa fungsi utama Gedung Kesenian Jakarta saat ini? Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.