Perhatikan! Waktu Penting untuk Cegah Anak Stunting
Ketika dewasa anak stunting akan mengalami central obes
Ketika dewasa anak stunting akan mengalami central obes
-
Kenapa stunting berbahaya bagi anak? Melansir dari halodoc, para orang tua jangan menyepelekan stunting pada anak. Tahukah kalian, kondisi ini mampu memberikan dampak buruk pada kesehatan tubuh anak. Mulai dari terjadi gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi perkembangan saraf dan kognitif hingga risiko peningkatkan penyakit kronis ketika anak beranjak dewasa.
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan makanan yang bergizi dan infeksi kronis pada periode pertumbuhan mereka.
-
Bagaimana cara Kemenkes menekan angka stunting di Indonesia? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
-
Kapan stunting bisa terlihat pada anak? Gejala stunting pada anak-anak biasanya dapat terlihat saat mereka berusia 2 tahun, namun sering kali gejala ini tidak disadari atau disalahartikan sebagai perawakan pendek yang normal.
-
Bagaimana cara menurunkan angka stunting? “Anemia adalah salah satu risiko melahirkan bayi stunting, oleh karena itu orang tua khususnya ibu hamil perlu konsumsi buah dan sayur. Kualitas hidup pun perlu ditingkatkan dengan cara tidak merokok, minum alkohol dan begadang. Jika gizi orang tua tidak cukup, ditambah pola hidup yang tidak baik maka akan beresiko lebih besar melahirkan bayi stunting,” kata Suwirta.
Perhatikan! Waktu Penting untuk Cegah Anak Stunting
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, melawat ke Aceh.
Hasto berbagi strategi penanganan stunting dan intervensi yang dilakukan tepat sasaran kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh.
Sehingga target nasional prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada 2024.
- Anak yang Lahir dari Orangtua Perokok Miliki Risiko Stunting 5,5 Persen Lebih Tinggi
- Cara Mencegah Stunting Sejak Dini, Perbedaan dan Fakta yang Wajib Diketahui
- Jumlah Anak Stunting di Situbondo Terendah Ketiga di Indonesia, Ini 4 Fakta di Baliknya
- Stunting Adalah Gangguan Pertumbuhan pada Anak, Berikut Gejala dan Cara Mencegahnya
Misalnya di Aceh, target prevalensi stunting di wilayah itu pada 2024, menurut dokter Hasto, sebesar 19,0%. Pada 2023, Aceh diberi target turun sebesar 23,69%.
Kini Aceh bersama 11 provinsi lokus stunting di Indonesia sedang menunggu hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) terbaru.
Prevalensi stunting Aceh pada 2021 sebesar 33,2%, dan pada 2022 turun dua digit menjadi 31,2% (hasil SSGI 2022).
Hasto mengatakan, cegah stunting penting di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPH). Sejak terjadinya konsepsi sampai usia bayi dua tahun.
“Dalam masa tersebut pola asuh dan asupan yang berkualitas seperti ikan perlu diberikan kepada anak. Sebab 80 persen kecerdasan anak terbentuk di 1.000 HPK. Ini sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya,” kata Hasto.
Dokter Hasto mengatakan, Allah akan menutup ubun-ubun bayi setelah usia dua tahun. Dan kecil kemungkinan perkembangan otak bayi setelah usia dua tahun.
“Maka itu, pre konsepsi penting dilakukan para calon pengantin (catin), dan tidak besar biayanya dibandingkan mempersiapkan pra wedding," ujar dokter Hasto.
Kehidupan berkeluarga, lanjutnya, perlu dipersiapkan dengan baik. Sebab epidemiologi terjadinya kehamilan setelah perkawinan adalah selama 18 bulan.
Dokter Hasto juga mengatakan, salah satu penyebab terjadi stunting karena jarak kelahiran anak yang terlalu dekat.
Hal tersebut mengakibatkan pola asuh yang diberikan kepada anak tidak maksimal. Padahal, kata Dokter Hasto, setiap anak perlu diberikan ASI paling kurang selama 24 bulan atau dua tahun.
Dokter Hasto menyebutkan, beberapa alasan mengapa bayi tidak menyusui. Sebesar 65,7% karena ASI tidak keluar, 8,4% terjadi rawat pisah antara ibu dan bayi, 6,6% anak tidak bisa menyusui, dan 2,2% karena si ibu repot.
Lebih lanjut, dokter Hasto, menekankan pentingnya pemberian ASI kepada bayi dibandingkan memberikan susu botol. Dia mengingatkan para ibu agar berhati-hati ketika memberikan susu untuk bayi atau balita, khususnya dalam penggunaan botol susu.
"Banyak sekali orang tersesat pakai susu botol atau susu formula, akhirnya anaknya banyak yang mengalami diare. Kenapa diare? Bukan karena susunya, tapi karena botolnya tidak steril.
Menurut Hasto, banyak ditemukan bekas susu yang tersisa di dalam botol menjadi sarang bakteri. Sehingga dia mengingatkan mencuci botol susu formula harus bersih dan betul- betul disteril.
Selain itu, dokter Hasto mengatakan, usia perkawinan juga mempengaruhi terjadinya stunting terhadap bayi yang dilahirkan. Sebab pernikahan di usia anak, juga menentukan kesehatan ibu saat hamil.
Kata dokter Hasto, perempuan yang melahirkan pada usia anak berisiko mengalami kondisi kurang darah dan berisiko melahirkan anak stunting. Ia menambahkan bahwa faktor lain yang menyebabkan lahir anak stunting yaitu melahirkan di atas usia 35 tahun.
“Di Aceh masih banyak ibu-ibu yang melahirkan di atas usia 35 tahun,” ungkapnya.
Dokter Hasto membeberkan ciri khas stunting adalah bertubuh pendek. Tetapi, kata dokter Hasto, pendek belum tentu stunting.
Ciri yang lebih khas lagi, katanya, anak stunting tidak cerdas dan sering sakit-sakitan.
Lanjutnya, ketika dewasa, anak stunting akan mengalami central obes yang menyebabkan mudah terkena penyakit seperti darah tinggi, jantung, dan stroke.