Petani di Sulsel sakit hati pemerintah impor cangkul dari China
Petani di Sulsel sakit hati pemerintah impor cangkul dari China. Padahal produksi cangkul lokal sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan para petani. Menurut mereka, keputusan pemerintah mengimpor cangkul bukti tidak mendukung produsen dalam negeri.
Petani di Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sulsel Muhammad Yunus, mengaku sangat menyayangkan sikap pemerintah melalui Kementerian Perdagangan yang mengimpor cangkul dari China.
Menurutnya, produsen cangkul yakni pandai besi dan juga sebagian di antaranya adalah petani banyak ditemukan di Sulsel. Rata-rata daerah di Sulsel ada produsen cangkul.
"Misalnya di Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Bone. Dari dua kabupaten ini saja bisa penuhi kebutuhan cangkul petani-petani di Sulsel. Jika ditambah dari daerah-daerah lain di Sulsel maka petani-petani se-Indonesia bisa dipenuhi kebutuhan cangkulnya. Buat apa memanfaatkan cangkul dari luar negeri jika di sini juga ada," kata Muhammad Yunus, Senin (31/10).
Impor cangkul hanya akan mengurangi pendapatan produsen lokal. Kalau memang pemerintah berpihak ke rakyat, harusnya memberdayakan produsen cangkul nasional.
"Kalau memang alasan kualitas sehingga harus impor cangkul, petani dan pandai besi yang ada saja yang diberdayakan. Diberi pembinaan dan bantuan modal untuk memproduksi cangkul seperti yang diinginkan itu," lanjut Yunus.
Harga jual cangkul produksi lokal di Sulsel bervariatif tergantung kualitas besi dan kayu atau gagangnya. Antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 rupiah per cangkul.
Sebelumnya pemerintah melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) mengimpor cangkul dari China. Cangkul impor ini masuk melalui Medan pada Agustus lalu.
Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Syailendra mengatakan, pihaknya telah mendapat izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). kemendag telah memberi penunjukan PT PII sebagai importir cangkul resmi.
"Agustus cangkul dari China sudah masuk, masuknya ke Medan. Kalau tidak salah kita dapat izin impor cangkul sampai Desember, sudah dapat izin kemendag," ucap Syailendra ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Sabtu (29/10).
Menurutnya, impor cangkul perlu dilakukan untuk menekan peredaran cangkul impor ilegal. Kebutuhan cangkul dalam negeri memang cukup tinggi. Namun demikian, Syailendra tidak menyebut berapa banyak cangkul yang akan diimpor secara resmi.
"Kita ada surat persetujuan impor dari Kemendag. Terus terang kita untuk selama ini ilegal banyak masuk. Sedangkan kita sesuai nawacita Pak Jokowi mau memberantas barang ilegal. survei di lapangan banyak alat pertanian impor tapi ini izin dari mana, tidak tahu," katanya.
Saat ini, PT PPI telah mendapat izin impor cangkul dari China dan Vietnam. Namun, perusahaan pelat merah ini baru mendatangkan dari China saja.