Polisi: Remaja Pembunuh Bocah di Makassar Terpengaruh Film Perdagangan Organ di TV
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar masih mendalami kasus dua remaja tersangka pembunuhan dan penculikan terhadap seorang bocah berinisial MFS (11). Terungkap, kedua tersangka tega menculik dan membunuh MFS karena terpengaruh film perdagangan organ tubuh yang pernah tayang di televisi nasional.
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar masih mendalami kasus dua remaja tersangka pembunuhan dan penculikan terhadap seorang bocah berinisial MFS (11). Terungkap, kedua tersangka tega menculik dan membunuh MFS karena terpengaruh film perdagangan organ tubuh yang pernah tayang di televisi nasional.
Kepala Polrestabes Makassar Komisaris Besar Budhi Haryanto mengatakan penyidik sudah melakukan pemeriksaan terhadap laptop milik tersangka AD. Dari laptop AD, ditemukan bahwa tersangka melakukan pencarian informasi perdagangan organ tubuh di Google.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Apa motif pelaku melakukan pembunuhan? Dia sedang pusing mencari uang untuk membiayai kuliah adiknya beserta biaya kebutuhan hidup untuk orangtuanya.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Kapan sujud sahwi dilakukan? Jika kesalahan terjadi sebelum salam, sujud sahwi dilakukan setelah tasyahud sebelum salam.
-
Apa yang dirusak oleh pelaku? Partai Amanat Nasional (PAN) mencatat ada 24 APK berupa baliho dan spanduk calegnya yang dirusak.
-
Bagaimana dampak buruk sadfishing bagi pelaku? Pada akhirnya orang lain akan memberikan stigma negatif terhadap kondisi orang yang melakukan sadfishing.
"(Laptop) sudah kita cek, dia hanya pernah menggunakan searching google dan pernah menonton tentang peristiwa perdagangan organ di TV nasional. Hanya itu saja," ujarnya kepada wartawan seusai jumpa pers pengungkapan 43 kg sabu-sabu di Mapolrestabes Makassar, Kamis (12/1).
Budhi menegaskan saat ini penyidik masih menunggu hasil tes psikologi terhadap kedua tersangka. Ia mengatakan hasil tes psikologi baru akan diketahui satu minggu ke depan.
"Yang paling penting kita lihat hasil psikologis dan kejiwaannya. Apakah anak ini sering mengkhayal atau apa, ya kita tunggu hasilnya," tegasnya.
Tidak Ada yang Menyuruh
Budhi juga membantah kedua tersangka dikendalikan atau ada seseorang mengarahkan untuk terlibat dalam perdagangan organ tubuh manusia. "Tidak ada. Anak ini tidak ada menyuruh," ucapnya.
Saat ini polisi juga mendalami aspek sosiologis tersangka hingga tega melakukan tindakan keji. Mereka mendalami hubungan antara tersangka dengan keluarga dan lingkungannya.
"Ini perlu diwaspadai anak-anak kita supaya dalam pengawasan dalam menggunakan media internet," tegasnya.
Terkait jejak digital website yang diakses tersangka AD, Budhi mengatakan pihaknya masih melakukan penelusuran lebih dalam. Meski demikian, Budhi menegaskan sampai saat ini penyidik belum menemukan adanya keterkaitan tersangka dengan jaringan perdagangan organ tubuh manusia.
"Tetap kita akan upayakan, namanya informasi pasti kita kejar. Tapi sampai detik ini belum kita temukan arah yang (jaringan) perdagangan organ tubuh. Karena hasil pemeriksaan kita, si tersangka ini baru mau coba-coba dan ternyata alamat (email) yang dihubungi fiktif," tegasnya.
Sering Dimarahi Orang Tua
Sementara Pelaksana tugas (Plt) Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Makassar Komisaris Jufri Natsir mengungkapkan temuan baru yakni tersangka AD sudah setahun lalu mempunyai niat untuk menjual organ tubuh manusia. Hanya saja, saat itu target korbannya bukan MFS.
"Dia memang sudah rencanakan dari satu tahun lalu. Tapi bukan korban itu (targetnya), cuma niatnya itu dari satu tahun lalu," bebernya.
Jufri menyebutkan tersangka AD ini seperti memiliki tekanan psikologis. Apalagi tersangka mengaku sering dimarahi oleh orang tuanya.
"Tersangka ini sering dimarahi orang tuanya dan disuruh bantu cari uang. Karena hal itu, dia terobsesi cepat dapat uang dan kaya dalam waktu singkat," bebernya.
Perhatian Gubernur Sulsel
Kasus ini menjadi perhatian Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. Dirinya pun menginstruksikan seluruh stakeholder terkait untuk memperketat penjagaan bagi siswa di area sekolah.
"Kita menginstruksikan seluruh Dinas Pendidikan, utamanya kepala sekolah untuk memperketat pengawasan di lingkungan sekolah bagi para siswa," ungkapnya.
Hal itu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi baru-baru terjadi kasus penculikan anak. "Perketat penjagaan sekolah dan memastikan anak sekolah tiba di rumah masing-masing. Pastikan anak-anak dijemput oleh keluarga saat pulang sekolah," pintanya.
Ia meminta para orang tua untuk ikut berperan aktif dalam mengawasi anak-anaknya. "Termasuk mengawasi jemputan anak sekolah. Serta di lingkungan sekitar," ucapnya.
(mdk/yan)