Polisi tangkap kapal illegal berbendera Malaysia
Direktorat Polisi Air Baharkam Polri menangkap kapal PKFB 1035 GT 56 sedang beroperasi di perairan Aceh.
Direktorat Polisi Air Baharkam Polri menangkap kapal PKFB 1035 GT 56 sedang beroperasi di perairan Aceh. Saat diperiksa, kapal yang bermuatan ikan itu tidak mampu menunjukkan surat resmi dan izin beroperasi di perairan Indonesia. Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol T Saladin menjelaskan setelah dilakukan penggeledahan didapatkan dokumen kapal berasal dari Malaysia.
Saladin juga menjelaskan, kapal tersebut ditangkap oleh Kapal Lory - 3018 Direktorat Polisi Air Baharkam Polri saat sedang melakukan patroli di wilayah hukum Polda Aceh. Kapal itu ditangkap, Selasa (16/2) sekira pukul 14.00 WIB dengan jumlah awak kapal sebanyak 4 orang.
“Ikan campuran kurang lebih ada 2 ton dalam kapal itu,” katanya dalam pesan singkat, Selasa malam (16/2).
Selain barang bukti ikan, polisi juga menangkap 4 orang tersangka. Masing-masing satu tersangka berinisial CP (39) bertindak sebagai nakhoda warga negara Thailand. Sedangkan Anak Buah Kapal (ABK) masing-masing berinisial ES (37), SJ (38) dan PC (52) semua warga negara Thailand.
“Selain kapal, ikan barang bukti, ikut disita juga pukat harimau dan pemberat. Tersangka dan barang bukti telah diserahkan ke Satpol Air Langsa untuk proses lebih lanjut,” jelasnya.
Penangkapan kapal ini bermula, kata T Saladin, petugas sedang melakukan patrol di perairan Aceh, wilayah Langsa. Lalu petugas menemukan satu kapal tanpa bendera dan petugas pun menaruh curiga.
Lanjutnya, petugas langsung menurunkan perahu karet dan memeriksa kapal itu. Dari hasil penggeledahan didapatkan dokumen kapal berasal dari Malaysia.
Kapal tersebut diduga melanggar pasal 86 dan 93 ayat 2 dan 4 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004. Kapal ini juga diduga melanggar pasal 85, 93 ayat 2 dan 4 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009.
“Kasus ini akan dilimpahkan ke PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) Idi untuk penyidikan lebih lanjut melalui Satpol Air Polres Langsa,” jelasnya.
Kapal tersebut, katanya, terancam diledakkan karena telah melanggar sejumlah aturan di Indonesia. Untuk peledakannya, pihaknya menunggu putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum.
“Kapolda Aceh, Irjend Pol Husen Hamidi memberikan apresiasi kepada Perwira Muda Komandan Kapal Dit Pol Air Baharkam Polri, Iptu Antonuis Tias K yang berhasil memimpin penangkapan kapal beserta ABK nya,” tutupnya.
Baca juga:
Pembukaan di 2016, Menteri Susi tenggelamkan 23 kapal pencuri ikan
Menteri Susi kesal racun sianida dipakai nelayan tangkap ikan hias
Menteri Susi duga ada cara baru pencurian ikan ilegal di Indonesia
Menteri Susi: Pencurian ikan ilegal ancam pertumbuhan nasional
Geramnya Menteri Susi kena tipu daya kapal-kapal China
9 kapal China dibawa kabur, Menteri Susi akui kecolongan
-
Kapan Sentra Kuliner Ikan Kabupaten Garut diresmikan? Dikutip dari ANTARA, Rabu (28/6) sentra ikan tersebut diketahui baru diresmikan pada Selasa 26 Juni 2023 lalu.
-
Kapan kapal Dinasti Ming tenggelam? Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664.
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Siapa yang memimpin adat istiadat di bidang penangkapan ikan di Aceh? Panglima Laot sudah diterapkan sejak zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda untuk memungut cukai kapal-kapal yang singgah di pelabuhan. Selain itu berfungsi untuk mobilisasi nelayan untuk berperang. (Foto: Pixabay) Pimpin Angkatan Perang Mengutip dari situs pgsp.big.go.id, Panglima Laot Aceh ketika zaman Kesultanan Iskandar Muda awalnya didirikan untuk mengatur serta memimpin angkatan perang mereka.
-
Apa yang ditemukan di lokasi dugaan Kapal Nabi Nuh? Sampel tanah dari puncak tertinggi di Turki mengungkap aktivitas manusia dan material laut.