Pria Diduga Jenderal TNI Ngamuk Buka Paksa Pembatas Jalan di Garut
Warga yang diminta oleh YIS sempat menolak dan mempertanyakan izin dari pemerintah desa. Namun rupanya YIS marah dan mengancam warga sambil mengacungkan golok dan menghadirkan Kepala Desa.
Seorang pria yang mengaku sebagai Jenderal TNI bintang dua, berinisial YIS diduga berselisih dengan warga Desa Sukalaksasna, Kabupaten Garut. Kasus ini diusut oleh Dirkrimum Polda Jabar berdasarkan laporan yang diterima.
Berdasarkan informasi kronologi yang dihimpun melalui keterangan tertulis pihak Kecamatan Samarang. Insiden kedua belah pihak diawali oleh sebuah patok pembatas jalan yang ada di jalan Waluran Lebak, Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, diduga dirusak oleh YIS.
-
Kenapa singkatan penting? Secara umum, telah disebutkan bahwa singkatan berguna untuk efisiensi, yaitu mempermudah dan mempercepat komunikasi tertulis maupun lisan.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Kenapa krim malam penting? Krim malam memiliki peran krusial dalam rutinitas perawatan kulit, terutama karena malam hari adalah waktu ideal untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit. Saat tidur, kulit tidak terganggu oleh minyak, keringat, dan polusi yang biasanya dialami pada siang hari.
-
Kenapa materai penting? Penggunaan meterai memberikan kekuatan hukum pada dokumen dan menjadikannya sah di mata hukum. Selain itu, materai membantu mencegah pemalsuan atau penyalahgunaan dokumen dengan memastikan bahwa dokumen tersebut telah melalui proses administrasi yang benar.
Kepala Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Oban mengatakan, aksi tersebut terjadi pada Kamis (19/8) siang, sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu, seseorang yang menggunakan mobil Honda CR-V melintasi jalan Waluran Lebak.
YIS berhenti dan memaksa warga yang ada di lokasi untuk membongkar patok besi pinggir jalan yang berfungsi untuk membatasi masuknya kendaraan truk besar, karena merupakan jalan utama Desa Wisata yang selalu dijaga untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Warga yang diminta oleh YIS sempat menolak dan mempertanyakan izin dari pemerintah desa. Namun rupanya YIS marah dan mengancam warga sambil mengacungkan golok dan menghadirkan Kepala Desa.
“Karena katanya, jangankan kepala desa, bupati, atau gubernur sekalipun bisa ia berhentikan dari jabatannya saat itu juga,” ungkap Oban melalui keterangan tertulis.
Karena ancaman tersebut, warga yang melintas pun merasa takut lalu kemudian menuruti perintah YIS membongkar patok besi. Setelah berhasil dibongkar, menurut Oban, patok besi itu dibawa menggunakan mobil. Mobil tersebut kemudian melaju ke Kampung Sangiang Lawang, Desa Parakan.
“Di dalam mobil, informasi yang saya terima, ada juga istrinya katanya. Istrinya sempat bilang kalau suaminya itu adalah jenderal bintang dua,” ucap dia.
Aksi pencabutan patok besi itu mengakibatkan beberapa kerusakan pada jalan yang telah dibangun dengan anggaran dana desa. Oleh karenanya, aksi pencabutan patok sangat merugikan. Di sisi lain, pemasangan patok itu juga termaktub dalam peraturan desa untuk membatasi kendaraan.
Baca juga:
Sehatkan Masyarakat dengan 'Revolusi Hijau', Ini Misi Unik Pesantren Ekologi di Garut
Sandiaga Targetkan 80 Persen Pelaku Usaha Wisata Disuntik Vaksin
Pria Diduga Jenderal TNI Ngamuk Buka Paksa Pembatas Jalan di Garut
Bupati Garut Targetkan 2025 Zero Stunting
Kasus Covid-19 Turun, Bupati Garut Berencana Buka Tempat Wisata Bulan Depan
Warga Marah Aniaya YIS
Warga yang mengetahui patok besi dicabut, diketahui langsung bereaksi dan kemudian berkumpul lalu bergerak untuk menyusul YIS. Tujuannya adalah untuk mempertanyakan aksi pembongkaran patok besi sambil mengancam warga.
"Namun kedatangan warga tersebut disambut dengan kata-kata mencemooh, dengan mempertanyakan ‘Mau apa pada datang? Apakah untuk melakukan tindakan kriminal?’ sambil mengacungkan kembali golok yang dipegangnya. Hal tersebut semakin memicu kemarahan warga yang akhirnya terpancing emosinya sehingga terjadi tindakan pemukulan terhadap YIS," sebut Oban.
Aksi penganiayaan akhirnya berhenti setelah aparatur desa yang mengetahui adanya kejadian tersebut datang ke lokasi. Selanjutnya, aparatur desa yang didampingi anggota dari Polsek Samarang segera menjauhkan YIS dari amukan warga dengan membawa masuk ke rumah warga agar tidak terjadi hal-hal yang lebih fatal.
Sekretaris Desa, diungkapkan Oban, saat itu sempat menawarkan kepada YIS untuk dirawat di fasilitas Kesehatan terdekat namun ditolak. Lebih dari itu, YIS mengakui kesalahan dan meminta maaf juga berjanji akan datang ke kantor Desa Sukalaksana untuk meminta maaf langsung.
“Namun tanpa konfirmasi apapun pada malam harinya beliau diketahui dengan dikawal oleh polisi dari Polsek Ibun Bandung ternyata pulang dan malah membuat pengaduan penganiayaan ke Polda Jabar,” ungkapnya.
Oban menilai, bahwa YIS tidak mengungkap keseluruhan kejadian yang sebenarnya. Oleh karenanya, pihaknya pun kemudian melakukan pelaporan juga terhadap YIS di Polres Garut atas aksi perusakan yang dilakukan oleh pihaknya.
“Kami sudah melakukan laporan resmi. Dari pihak kami, ada beberapa orang yang sudah diperiksa oleh pihak kepolisian terkait penganiayaan,” tutup Oban.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Erdi A. Chaniago membenarkan adanya pelaporan yang dilakukan YIS. Saat ini, kasus tersebut sedang didalami oleh Dirkrimum.
“Benar ada laporan, sekarang sedang didalami oleh Dirkrimum untuk mengecek masalah tersebut,” kata dia, Sabtu (21/8).
“Artinya, akan memproses dulu laporannya, diselidiki. Yang bersangkutan sudah laporan, sudah diterima kemarin sore tentang penganiayaan. Nanti akan diperiksa beberapa saksi yang ada pada saat kejadian,” ia melanjutkan.