Rombongan Tukang Cukur 'Asgar' Kepergok Ingin Mudik Lewat Jonggol
Salah satunya adalah jalur alternatif Jonggol, Kabupaten Bogor. Jalur ini menjadi pilihan pemudik asal Jakarta dan Bekasi karena dianggap lebih cepat sampai ke lokasi tujuan seperti Cianjur, Bandung dan sekitarnya.
Pemerintah melarang kegiatan mudik sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19). Larangan mudik sudah diterapkan pada tanggal 24 April 2020. Kendati telah dilarang, masih ada sejumlah orang yang tetap nekat mudik dengan memilih jalur alternatif untuk menghindari pemeriksaan.
Salah satunya adalah jalur alternatif Jonggol, Kabupaten Bogor. Jalur ini menjadi pilihan pemudik asal Jakarta dan Bekasi karena dianggap lebih cepat sampai ke lokasi tujuan seperti Cianjur, Bandung dan sekitarnya.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan Gunawan tertinggal rombongan mudik? Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Rahmat mulai panen slada? Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan. Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid. Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta. Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
Tetapi karena jalur alternatif tersebut sudah dijaga oleh polisi, pemudik pun gagal untuk mudik dan diminta untuk putar balik lagi. Seperti yang dialami Hasan, saat hendak mudik ke Garut, kendaraan yang membawa rombongan tukang cukur rambut ini terjaring pemeriksaan petugas di check point Jonggol.
Kelima orang yang memiliki usaha pangkas rambut di daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor dan Bekasi ini tidak bisa mengelak saat diinterogasi polisi. Setelah diketahui hendak mudik ke Garut, polisi akhirnya menyuruh mereka untuk putar balik.
"Kalau memang dilarang, saya balik lagi saja," kata Hasan, Selasa (28/4).
Ia dan teman-temannya di Bekasi mengira jalur alternatif Jonggol bebas dari penjagaan petugas. Karena itu, pergi mudik dengan mobil sewaan.
"Dikira di sini enggak ada pos pemeriksaan. Kalau lewat tol sudah jelas ada, makanya lewat sini," terangnya.
Usaha Sepi Gara-Gara Corona
Sejak pandemi virus corona mewabah ditambah adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Bogor, ia memilih menutup usahanya. Selain karena sepi pelanggan, juga berisiko terjadinya penularan Covid-19.
"Daripada enggak ada pekerjaan lagi, akhirnya sama teman berinisiatif pulang ke kampung," ujar Hasan.
Kapolsek Jonggol AKP Agus Hidayat mengatakan, ada sekitar 20 kendaraan roda dua maupun empat yang berniat mudik diminta untuk putar balik kembali ke tempat asalnya. Salah satunya rombongan tukang cukur rambut.
Kecurigaan petugas jaga terhadap kendaraan tersebut sangat beralasan. Sebab, mobil itu mengangkut banyak penumpang dan membawa beraneka barang dalam tas besar.
"Mereka juga melakukan pelanggaran kapasitas roda empat. Harusnya kapasitas penumpang tidak melebihi 50 persen," kata dia.
Saat diinterogasi, mereka mengaku hendak ke Garut, ingin mudik dan bertemu sanak-saudara. Polisi akhirnya meminta mereka putar balik.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)