Saat Manusia Kehilangan Nurani dan Empati
Warga Amborawang Darat, Samboja, Kutai Kartanegara, geger. Kaget bukan kepalang. Seorang anak 14 tahun yang biasa dilihat wara wiri, kini terbujur kaku. Tak bernyawa di dalam lumpur. Kondisinya mengenaskan setelah hilang seharian.
Warga Amborawang Darat, Samboja, Kutai Kartanegara, geger. Kaget bukan kepalang. Seorang anak 14 tahun yang biasa dilihat wara wiri, kini terbujur kaku. Tak bernyawa di dalam lumpur. Kondisinya mengenaskan setelah hilang seharian.
Pelakunya SA (37), bukan orang sembarang. Dia tetangga korban. Masalahnya sepele. Burung kesayangan yang digadai ke orangtua korban dijual. Sebab, SA tak mampu mengembalikan uang pinjaman sebesar Rp120 ribu kepada orangtua korban.
-
Kapan film Kuch Kuch Hota Hai dirilis? Nostalgia Tampil Ala Anjali Kala bermain sebagai Anjali, Kajol masih sangat muda. Namun wajahnya saat ini, tidak jauh berbeda dengan ketika menjadi Anjali 25 tahun yang lalu.
-
Kapan promo KURMA berakhir? Nasabah dapat memanfaatkan promo ini hingga 30 April untuk 1.500 nasabah pertama.
-
Kenapa krim malam penting? Krim malam memiliki peran krusial dalam rutinitas perawatan kulit, terutama karena malam hari adalah waktu ideal untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit. Saat tidur, kulit tidak terganggu oleh minyak, keringat, dan polusi yang biasanya dialami pada siang hari.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Kapan Magha lahir? 1 Magha menjadi anak pertama yang lahir di dunia, Kemudian, setelah beberapa saat, Degha lahir sebagai anak kedua.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata diam dalam konteks ini? Kata-kata diam adalah salah satu cara yang efektif untuk menggambarkan bagaimana kita diam apa makna di balik diamnya kita.
Ironisnya, setelah membunuh korban, SA memperkosa mayatnya. Kemudian dikubur di dalam lumpur, tak jauh dari rumah mereka.
Psikologis Forensik, Reza Indragiri mengatakan, kekejaman manusia merupakan hasil dari proses belajar.
"Kemampuan belajar kejahatan yang meningkat adalah pertanda bahwa pelaku punya kapasitas kecerdasan yang baik 'tidak luar biasa'," kata Reza saat dihubungi merdeka.com, Rabu (23/2).
"Karena itulah ada ungkapan bahwa pelaku kejahatan selalu dua, tiga langkah di depan hukum," tambah Reza.
Kasus kekejaman serupa juga terjadi di Desa Kampala, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sabtu (19/2) lalu. Gara-gara hal sepele. Hanya saling ejek. Dua petani saling baku hantam.
Bahkan satu di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Tangannya putus ditebas orang yang tak lain juga merupakan tetangganya sendiri.
Menurut Reza, lidah lebih tajam daripada sembilu. Dia mengungkap, mempertahankan harga diri sering menjadi pemicu terjadinya kasus kekerasan bahkan sampai pembunuhan.
"Kekerasan yang dilatarbelakangi oleh harga diri, semisal honor killing, menjadi masuk akal. Karena kita toh dilatih untuk menjunjung harga diri di atas segalanya. Juga 'tidak luar biasa'," ungkapnya.
Manusia seolah tak lagi memiliki hati nurani. Menurut Reza, ada beberapa motif kejahatan seperti motif emosional dan instrumental.
"Kalau bukan motif emosional, ya motif instrumental. Motif instrumental: Memperoleh manfaat dari aksi jahat. Misal duit, kemasyhuran, menutupi kejahatan lain, dan lain-lain," jelas dia.
Sadis Layaknya Hewan
Psikolog Forensik, Meyti lebih dalam mengungkap fenomena masyarakat yang kini lebih mengedepankan nafsunya ketimbang akal sehat. Bahkan, lebih sadis ketimbang hewan.
“Kadang perilakunya sudah menyerupai binatang. Manusia jadi lebih mudah marah, mudah diadudomba, mudah percaya dengan berita hoaks, mudah meluapkan emosinya dan kurang mau berpikir,” jelas dia.
Dengan perilaku demikian, menurut dia, manusia akan sangat mudah melakukan tindakan kekerasan dan cenderung sadis.
Dia mengungkap, penyebab perilaku-perilaku sadis manusia. Misalnya saja, pola asuh orang tersebut sejak masih kecil.
“Dicek pola asuhnya gimana dulu, ada juga masa kecil yang kurang bahagia. Memiliki trauma, perlakuan oleh orang dewasa di masa lalu kepadanya, lingkungan, pendidikan, pemahaman agama, kemiskinan dan lain-lain,” kata Meyti.
Sehingga harus dilakukan pemeriksaan untuk melihat apa motifasi orang tersebut melakukan perbuatan melawan hukum. Kemudian, lanjut dia, diperiksa juga apakah orang tersebut memiliki kepribadian sadisme, atau mungkin mengalami gangguan kepribadian lainnya.
“Atau mungkin gangguan jiwa, karena enggak ada manusia normal bisa sesadis itu,” tambah Meyti.
Menurut dia, tidak ada orang normal sanggup melakukan perbuatan sadis kecuali orang tersebut mengalami gangguan. Bisa gangguan kepribadian atau gangguan jiwa/mental.
Karena mengalami ‘gangguan', maka harus diperiksa psikologisnya seperti apa. Bagaimana latar belakang orang tersebut, apa motifnya melakukan perbuatan sadis. Bagaimana intelegensinya.
“Bisa jadi dia enggak paham/tidak bisa berpikir karena keterbatasan kognitif atau memang justru mengalami gangguan lainnya,” tegas Meyti lagi.
Termasuk kejahatan dilakukan oleh orang di lingkungan terdekat. Keluarga atau tetangga. Menurut dia, orang dengan gangguan kejiwaan tidak pernah melihat apakah calon korbannya tersebut keluarga atau tetangga.
“Karena sudah mati rasa, empatinya sudah enggak ada, logika sudah enggak jalan. Apalagi hatinya,” katanya.
Pembunuhan di Kukar
Kepolisian menetapkan SA (37) tersangka pembunuhan anak 14 tahun di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Belakangan diketahui korban dipukul balok dan dibuang ke parit lalu disetubuhi. Jasad korban kemudian dikubur pelaku di area perkebunan.
Peristiwa itu dipicu utang uang Rp120 ribu tersangka kepada ayah korban dengan menggadaikan burung jalan peliharaan kesayangan pelaku. Karena tersangka tidak kunjung membayar, burung itu dijual ayah korban.
Tersangka SA menaruh dendam. Puncaknya pada terjadi hari Minggu (20/2) pagi. Korban diminta pergi ke warung oleh orangtuanya untuk membeli telur. Kebetulan tersangka nongkrong di warung itu. Pulang dari warung, tersangka mengikuti korban.
"Tersangka dua kali memukulkan kayu ulin 40 cm setebal 5 cm ke lengan kanan, dan pukulan kedua bagian belakang kepala, di antara tengkuk dan leher. Itu agak mematikan. Ada luka memar dan robek sekitar 5 sentimeter," kata Kapolsek Samboja AKP Adyama Baruna Pratama, saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (22/2).
Adyama menerangkan, tersangka memastikan korban tidak bernyawa dan menyeret korban ke arah parit, kemudian membuangnya di parit selebar 1,5 meter dengan kedalaman sekitar 2 meter. Saat itu, tersangka melihat sarung korban tersingkap.
"Jadi, korban saat pergi ke warung beli telur itu mengenakan jilbab, baju kemeja dan bawahan sarung. Karena tersingkap itu tersangka bernafsu dan menyetubuhi korban di dalam parit. Pengakuan tersangka, korban saat itu sudah tidak bernyawa," ujar Adyama.
"Ada beberapa menit, pelaku kembali ke warung untuk merokok dan ngopi. Korban ditinggalkan sementara begitu saja di dalam parit. Selesai merokok dan ngopi tersangka kebali, dan korban kemudian dipindahkan ke kebun berjarak sekitar 15 meter," tambah Adyama.
Di kebun itu, lanjut Adyama, tersangka sempat menggali tanah dan berlumpur menggunakan cangkul. "Korban kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang sudah digali, kemudian ditutup tanah campur lumpur lagi dan bebatuan besar. Iya benar, itu untuk menutupi kuburan korban," sebut Adyama memastikan.
Tersangka dengan korban tinggal bertetangga. Kesehariannya tersangka tidak memiliki pekerjaan tetap, di samping aktivitas sehari-hari dia menjaga sarang burung walet di milik orangtuanya.
Dalam kasus itu, tim Reskrim Polsek Samboja bergerak cepat mengamankan semua barang bukti seperti kalung emas dan pakaian korban. Termasuk hasil visum jenazah dari korban yang dikeluarkan rumah sakit.
"Alat yang digunakan pelaku, potongan kayu ulin sudah kami sita. Juga cangkul untuk menggali tanah, batu-batu untuk menutup kubur korban itu adalah semen yang sudah mengeras," tambah Adyama lagi.
Untuk sementara penyidik menjerat tersangka dengan Undang-undang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara. Korban telah dimakamkan pada Senin (21/2) sore kemarin.
"Iya benar. Sakit hati sama bapaknya, dilampiaskan tersangka kepada anaknya," pungkas Adyama.
Diberitakan sebelumnya, jasad anak perempuan 14 tahun ditemukan terkubur di area kebun di Amborawang Darat, Samboja, Senin (21/2) pagi. Ternyata anak itu dilaporkan hilang orangtuanya ke Polsek Samboja sejak Minggu (20/2).
Pelaku SA ditangkap setelah dia berpura-pura ikut mencari korban. Di mana karena panik, dia justru berbeda arah pencarian bersama warga yang ternyata menuju ke gundukan tanah di mana dia mengubur usai membunuh dan menyetubuhi korban. Dia mengakui perbuatannya dan digelandang ke Mapolsek Samboja.
(mdk/rnd)