Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.
-
Kapan kuota haji 2024 ditetapkan? Hal ini disampaikan Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi VIII DPR RI, pada Rabu (13/3).
-
Apa komposisi kuota haji 2024? Besaran kuota tambahan telah ditetapkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi sejumlah 20 ribu jemaah, dengan distribusi alokasi kuota sebesar 10 ribu untuk jemaah haji reguler atau 50 persen dan 10 ribu untuk jemaah haji khusus 50 persen, " kata pria yang disapa Gus Yaqut dalam rapat.
-
Kenapa komposisi kuota haji 2024 diubah? Menurutnya, komposisi itu dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan jemaah haji. Selain itu, untuk kapasitas asrama yang menampung juga belum memadai jika diberatkan ke jemaah haji reguler.
-
Siapa lagi selain Mahruf yang juga akan berangkat haji di tahun 2024? Serupa dengan Mahruf, lansia lainnya di Lombok, Lalu Mustamin sangat senang bisa mendapatkan jadwal keberangkatan haji pada musim ini.
-
Apa itu haji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji
Sebanyak 22 kloter jemaah haji Indonesia yang ada di Madinah berangkat menuju Mekkah pada Selasa (21/5). Sebelum berangkat ke Mekkah, 8.641 jemaah haji akan singgah terlebih dahulu di Bir Ali untuk salat sunnah dan mengambil niat umrah wajib.
Sebagai informasi, Masjid Bir Ali sebelumnya dikenal juga dengan nama Dzulhulaifah. Masjid ini menjadi tempat para jemaah haji maupun umrah dari Madinah yang hendak menjadi Mekkah untuk mengambil miqot.
Konsultan Ibadah Haji, KH Mukti Ali menuturkan Bir Ali dijadikan miqat sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dulunya di Bir Ali terdapat pohon sejenis akasia yang menjadi tempat berteduh Rasulullah.
- Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
- Hikayat Masjid Pecinan Tinggi Banten yang Berusia 400 Tahun, Kini Tersisa Menara dan Ruang Imam
- Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol
- Mengulik Sejarah Masjid Shiratal Mustaqiem, Masjid Tertua di Kota Samarinda yang Sudah Berdiri Sejak Tahun 1881
"Dulunya lokasi Masjid Bir Ali ini terdapat sebuah pohon sejenis akasia tempat Nabi Muhammad SAW pernah berteduh dan mengambil miqat kalau mau umrah," tutur KH Mukti Ali di Madinah, Selasa (21/5).
Kemudian Sayidina Ali menggali banyak sumur di sekitar tempat itu. "Itulah kemudian kenapa tempat itu dinamakan Bir Ali atau Bikru Ali yang artinya Sumur Ali," lanjutnya.
KH Mukti Ali mengatakan tempat itu bisa juga disebut Abyar Ali karena memang sumur yang digali Sayidina Ali cukup banyak. "Abyar merupakan kata jamak dari Bikru dalam bahasa Arab," ujar dosen di PTIQ itu.
Namun sumur-sumur yang dibuat Sayidina Ali itu kemudian tertutup oleh bangunan-bangunan penduduk.
KH Mukti Ali menjelaskan ada 3 hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat, di Bir Ali. Antara lain mandi sunnah ihram dan memakai pakaian ihram, salat sunnah ihram dua rakaat, dan berniat ihram serta bertalbiyah.
Di tempat yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Masjid Nabawi ini, jemaah haji akan mandi, salat sunah dua rakaat, niat berumrah dan berpakaian ihram. Setelah itu, baru mereka berangkat ke Masjidil Haram, Makkah yang berjarak
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Mekkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu 4 sampai 6 jam naik bus untuk tiba di Mekkah karena jaraknya sekitar 450 km.
Selain terdapat tempat wudhu dan toilet, Masjid Bir Ali juga dilengkapi kamar mandi untuk memfasilitasi jemaah yang mengambil miqot. Setidaknya ada 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (difabel).
Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87-93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi).
Lalu pada zaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M).
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri dari 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun.