Sejarah Munculnya Anak Krakatau, Letusannya Bikin Tsunami Banten
Sejarah Gunung Anak Krakatau penyebab tsunami Banten.
Tsunami Banten terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu. Tsunami ini kemungkinan besar dipicu oleh longsoran material Gunung Anak Krakatau. Tsunami juga melanda sebagian wilayah Selat Sunda lain seperti Lampung Selatan.
Peristiwa tsunami Selat Sunda yang meluluh-lantakkan sebagian wilayah Banten mengingatkan kita akan sejarah Gunung Krakatau yang menjadi cikal bakal hadirnya Gunung Anak Krakatau.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan EWS Tsunami? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
-
Mengapa Indonesia sering mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, dan gunung meletus? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Hal itu mengakibatkan Indonesia kerap mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, maupun gunung meletus.
Bagaimana sejarah Gunung Anak Krakatau yang letusannya menyebabkan tsunami Banten? Berikut ulasannya:
Akibat Letusan Dahsyat Gunung Kraktau
Gunung Anak Krakatau muncul setelah 'ibunya', Gunung Krakatau sirna akibat letusan dahsyat yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883 silam. Letusan ini adalah salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah, menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia.
Suara letusan sampai terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Muncul Tahun 1927
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki).
Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Krakatau mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018).
Gunung Berapi Aktif
Gunung Anak Krakatau masuk dalam kategori gunung berapi aktif. Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava. Seperti dikutip dari situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, www.vsi.esdm.go.id tahun 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian.
Tahun 2018, kembali meletus sejak tanggal 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian. Letusan pada tahun 2018, precursor letusan 2018 diawali dengan munculnya gempa tremor dan peningkatan jumlah gempa Hembusan dan Low Frekuensi pada tanggal 18-19 Juni 2018. Jumlah Gempa Hembusan terus meningkat dan akhirnya pada tanggal 29 Juni 2018 Gunung Anak Krakatau meletus.
Menyebabkan Tsunami di Selat Sunda
Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau kembali terjadi pada 22 Desember 2018 lalu. Secara visual, teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300 - 1500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm). Pada pukul 21.03 WIB terjadi letusan, selang beberapa lama ada info tsunami menerjang Banten dan Lampung Selatan.
Akibatnya ratusan orang tewas dan ribuan orang mengalami luka-laka. Menurut data sementara terdapat kerusakan fisik juga meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel dan vila rusak, 60 warung dan toko rusak, serta 420 perahu dan kapal rusak.
(mdk/has)