Seorang Pemuda di Gorontalo Babak Belur Diduga Dihajar Polisi
Seorang pemuda yang bernama Dewo T. Aditya Gude asal Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo, babak belur setelah mendapatkan bogem mentah dari salah seorang polisi dari kesatuan Polres Kota Gorontalo. Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (18/10) pagi di Jalan Panjaitan, Kota Gorontalo.
Seorang pemuda yang bernama Dewo T. Aditya Gude asal Kelurahan Wumialo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo, babak belur setelah mendapatkan bogem mentah dari salah seorang polisi dari kesatuan Polres Kota Gorontalo. Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (18/10) pagi di Jalan Panjaitan, Kota Gorontalo.
Aditya Gude mengaku, awalnya dia bersama teman-temannya sedang nongkrong di lokasi kejadian. Tiba-tiba beberapa polisi yang sedang patroli menghampiri korban dan memaksa buka baju serta melakukan penganiayaan.
-
Apa itu kembang goyang? Menurut situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kue kembang goyang merupakan kudapan ringan yang terbuat dari campuran bahan tepung beras, air, santan, telur dan garam.
-
Apa itu Gondang di Tasikmalaya? Desa Linggawangi di Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, memiliki tradisi unik. Pria dan wanita (jejaka dan gadis) saling menggoda di area sawah agar tertarik satu sama lain. Budaya ini masih bertahan sampai sekarang sebagai kearifan lokal dengan nama Gondang.
-
Mengapa Tonggeyamo penting bagi masyarakat Gorontalo? Bagi mereka, tradisi ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengamati ciptaan-Nya dan mencari tanda-tanda kebesaran-Nya.
-
Apa yang dimaksud dengan Jaranan Pegon? Jaranan Pegon merupakan jaranan tradisional yang gerakannya lebih lemah lembut dibandingkan Jaranan Jawa dan Jaranan Sentherewe.
-
Kenapa Petilasan Gilanglipuro penting? Petilasan ini merupakan tempat yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam.
-
Apa yang dibawa bajak laut ke Gorontalo? Mereka membawa kain, candu, dan beras ke Gorontalo dan mengangkut damar, lilin, teripang, sagu, dan kulit kerang.
"Saya langsung dihajar tanpa ada pertanyaan, Pak Polisi itu langsung memaksa buka baju dan menghajar saya habis-habisan sampai banyak luka di bagian wajah saya dan kepala akibat dipukul gitar. Dan saya tidak terima ini, karena saya tidak tahu apa-apa langsung saya dihajar habis-habisan sampai kepala saya mengalami luka robek," kata Aditya Gude kepada merdeka.com, Senin (19/10).
Keterangan yang sama juga disampaikan Yudha, salah seorang saksi. Dia mengaku awalnya bersama korban sedang nongkrong. Ketika hendak pulang, tiba-tiba datang mobil patroli Polisi dengan anggota berjumlah sekitar empat orang.
Belum diketahui pemicunya, tiba-tiba polisi tersebut marah kepada kawanan pemuda termasuk korban yang sedang nongkrong. Bahkan gitar yang dipegang korban dirampas polisi lalu dipukulkan ke kepala korban hingga berdarah, akibatnya korban jatuh tersungkur dan pingsan.
"Saya melihat polisi memukulnya (korban) hingga terjatuh, dan merampas gitar yang dipegang korban dipakai memukul kepala sebelah kiri hingga berdarah. si korban jatuh pingsan dan bukannya berhenti, malah dengan beringas masih menendang kepala korban yang sudah tidak berdaya," ujar Yudha.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Humas Polda Gorontalo, Kombes Pol Wahyu membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun kata dia, kasus tersebut masih didalami Propam.
Dari informasi yang diterima pada Minggu (18/10) sekitar 04.30 WITA, masuk laporan bahwa ada pelemparan mobil patroli oleh orang tidak dikenal di sekitar Jalan Panjaitan.
Kemudian oleh Kepala SPKT bersama petugas piket mengecek ke lokasi yang dilaporkan masyarakat, dan didapati beberapa masyarakat yang sedang nongkrong dan sebagian dipengaruhi oleh minuman keras, dan saat ditegur justru melawan petugas.
"Ini info sementara yang saya terima. Makanya nanti dibuktikan dalam proses penyelidikan dari keterangan para saksi yang ada di TKP, kan masih proses lidik. Dan ini yang nantinya akan dibuktikan berdasarkan keterangan saksi-saksi di TKP," terang Wahyu.
Terpisah, ibu korban, Feni Gude menyayangkan kejadian penganiayaan yang diduga dilakukan polisi terhadap anak laki-lakinya tersebut.
"Saya sangat kecewa atas tindakan oknum Kepolisian yang anarkis. saya berharap agar pelaku penganiayaan mendapatkan hukuman yang setimpal. Polisi sebagai seorang pengayom masyarakat setidaknya jangan langsung main hakim sendiri. Anakku itu, masih manusia bukan binatang, kan lebih baik kalau memang bersalah diamankan saja di kantor itu saya tidak berkeberatan," kesal Feni.
Baca juga:
Baru 4 Bulan Menikah, Istri di NTT Aniaya Suami hingga Dilaporkan ke Polisi
Polisi Periksa Petinggi KAMI Jabar Terkait Penganiayaan Brigadir A saat Demo
Kapolrestabes Medan Bantah 2 Tahanan Polsek Sunggal Tewas Dianiaya
Ribut di Klub Malam, Aura Tonjok Angki Gara-gara Dituduh Curi Botol Bir
Takut Ditangkap Usai Lukai Suami Siri, IRT di Prabumulih Buat Laporan Palsu
Aniaya Junior, 4 Santri Senior di Tangsel Ditahan Polisi