Sering memalak teman, murid SD di Samarinda dikeluarkan dari sekolah
Seorang anak di Samarinda, Kalimantan Timur berinisial D (8), terpaksa berhenti sekolah di bangku kelas 2 SD. Dia dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara sering memalak teman sekelas. Pihak sekolah membantah mengeluarkan D.
Seorang anak di Samarinda, Kalimantan Timur berinisial D (8), terpaksa berhenti sekolah di bangku kelas 2 SD. Dia dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara sering memalak teman sekelas. Pihak sekolah membantah mengeluarkan D.
Ditemui di rumahnya, di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang, jelang tengah hari tadi, D terlihat asyik bermain bersama temannya.
-
Kenapa siswa SDN Ambon belajar di lantai? Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran. Sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Serang, Banten, tampak memprihatinkan. Puluhan siswa di sana terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di lantai karena tak ada meja dan kursi.
-
Bagaimana rencana penerapan ajaran Samin di sekolah? “Nanti dibaluti kurikulum merdeka. Karena yang untuk muatan lokal ini diserahkan ke masing-masing pemerintah daerah. Karena tiap-tiap pemerintah daerah punya prioritas sesuai dengan karakteristik budayanya pada tiap-tiap kabupaten/kota,” kata Sjamsul dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (10/7).
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Di mana Djuanda menamatkan pendidikan menengahnya? Setelah menamatkan sekolah di ELS, ayahnya memasukkan Djuanda ke sekolah menengah khusus orang Eropa yaitu Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS) sampai lulus tahun 1929.
-
Di mana Sagil bersekolah? Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) asal Desa Belui, Kecamatan Depati Tujuh, Kabupaten Kerinci, Jambi, memiliki postur tubuh yang tak biasa.
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
"Hari Senin (12/2) kemarin dikeluarkan dari sekolahnya," kata ibu kandung D, Nurhayati (33), saat berbincang bersama dengan merdeka.com, Rabu (14/2).
Nurhayati bercerita, dari penjelasan pihak sekolah, ada teman sekolah anaknya, dua hari tidak masuk sekolah, lantaran sering dipalak anaknya. "Kata sekolahnya, anak saya ancam memukul kalau tidak kasih uang," ujarnya.
D juga sempat diberi sanksi. Dia sempat pindah belajar di ruang guru dipisahkan dengan teman-teman sekelasnya. "Saya dikirim surat peringatan, dipanggil ke sekolah. Karena kejadian ketiga kali, anak saya dikeluarkan," ungkap Nurhayati.
Nurhayati sekarang kebingungan menyekolahkan anaknya. "Saya minta ke sekolah kalau bisa sekolah dulu sampai naik kelas. Tapi diminta cari sekolah lain saja," terang Nurhayati.
Ditemui, Kepala SDN 002 Erni Suhartini menepis pihak sekolah mengeluarkan D. Kendati demikian, D memang sering meminta uang temannya. "Yang tahu persis memang gurunya. Suka mintai uang, malak. Saya juga minta ibunya awasi anaknya, ke mana saja kesehariannya berteman," kata Erni.
Meski menepis bahwa pihak sekolah mengeluarkan D, Erni membenarkan meminta orang tuanya, mencari sekolah lain untuk D. "Kita belum mengeluarkan. Saya bilang, ibu cari sekolah lain. Mungkin akan lebih baik," terang Erni.
Erni juga memastikan, dia bersedia mengabulkan permintaan orang tua D, apabila memang meminta D bersekolah sementara di SDN 002, sambil mencari sekolah lain. "Kita kan tahu anak jangan sampai putus sekolah. Tapi saya akan minta pernyataan, orangtuanya juga harus membantu," demikian Erni.
Baca juga:
Miris, pelajar di Kediri pacaran sampai bikin delapan video porno
Kejar kualitas SDM, para bupati diminta sekolahkan guru hingga doktor
Dijerat pasal berlapis, siswa pembunuh guru di Sampang terancam 15 tahun penjara
Wakil Presiden Jusuf Kalla setuju kampus asing masuk ke Indonesia
JK pertanyakan anggaran naik terus tapi kualitas pendidikan tak naik