Tak ada perhatian pemerintah Museum Dullah terbengkalai
Akan tetapi koleksi Museum Dullah yang berjumlah 900 buah semua dalam kondisi terawat.
Lama tak terdengar kabarnya Museum Dullah yang berada di Jalan Cipto Mangunkusumo No 15 Solo, dikabarkan akan direnovasi. Akibat berbagai persoalan, museum yang menyimpan karya seniman maestro di Indonesia itu lama terbengkalai.
Pantauan merdeka.com, Rabu (4/2) pagi suasana rumah yang cukup luas dan rindang itu nampak senyap, seolah tak ada tanda-tanda kehidupan di balik pagar, pintu kayu berukir juga tertutup rapat-rapat. Demikian pula dengan jendelanya, tak terlihat ada yang dibuka. Bahkan di depan gapura masuk terpasang 2 bambu melintang.
Dihubungi wartawan, pengelola museum membantah jika kondisi gedung bercat putih tersebut terbengkalai. Pemilik museum bahkan mengatakan akan segera merenovasi bangunan peninggalan pelukis legendaris Dullah tersebut.
"Meski terlihat tertutup, kami tetap melakukan perawatan lukisan pak Dullah. Bahkan koleksi yang ada di dalam bisa dikatakan kami rawat dengan istimewa," ujar Hendro, pengelola Museum Dullah, Rabu (4/3).
Menurut Hendro, pemilik museum tersebut yakni Sawarno yang saat ini berdomisili di Surabaya akan merenovasi bangunan tersebut. Pada tahap awal bagian yang akan direnovasi adalah atap atau genteng. Dia memperkirakan biaya renovasi tersebut memakan biaya cukup tinggi.
"Pak Sawarno sebagai pemilik akan merenovasi dulu. Biayanya tinggi karena menggunakan bahan bangunan berkualitas bagus," katanya.
Hendro mengatakan, untuk merenovasi atap bangunan seluas 2.500 meter persegi tersebut menghabiskan dana Rp 800 juta. Dia juga menyesalkan hingga saat ini tidak ada perhatian dari pemerintah.
"Sampai saat ini tidak pernah ada perhatian dari pemerintah. Rencana renovasi ini juga menggunakan biaya pribadi," katanya.
Lebih lanjut Hendro mengatakan, selain renovasi, keluarga juga berencana meluncurkan buku tentang Dullah. Dia memperkirakan pada pertengahan tahun ini buku tentang Dullah sudah bisa dinikmati masyarakat.
Museum Dullah yang didirikan pada tahun 1981 itu sudah belasan tahun tak pernah dibuka. Atau tepatnya setelah Dullah meninggal dunia pada 1 Januari 1996. Hendro menyebut faktor keamanan yang membuat museum itu tak lagi dibuka seperti ketika diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan, 1 Agustus 1988.
Dullah meninggal pada usia ke-77 setahun setelah istrinya, Fatimah. Dia dikenal sebagai pelukis istana semasa pemerintahan Soekarno. Karena tak memiliki keturunan, Dullah mengangkat Sawarno, yang kini disebut-sebut merupakan pengusaha kaya berdomisili di Surabaya sebagai anak angkatnya.
Hendro mengemukakan, meski tidak pernah dibuka, semua koleksi Museum Dullah yang berjumlah tidak kurang dari 900 buah semua dalam kondisi terawat.
Baca juga:
Museum di Indonesia sepi pengunjung dan memprihatinkan
Menteri Anies beri penghargaan 3 penemu fosil di Sangiran
Menengok pameran primata di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris
Solo segera miliki Gedung Museum Keris 6 lantai
Melihat sejarah teknologi penerbangan di Museum Aeroscopia
Serunya main bareng Doraemon di Fujiko F. Fujio Museum
-
Di mana Museum Jenderal Sudirman berada? Museum Sudirman di Yogyakarta berada di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Mengapa Stasiun Sawahlunto diubah menjadi museum? Dengan banyaknya peninggalan sejarah bernilai tinggi maka PT. KAI bersama Pemkot Sawahlunto memutuskan untuk mengubah stasiun tersebut menjadi museum.
-
Di mana Museum Benteng Heritage berada? Kebudayaan tersebut lambat laun berakulturasi dengan kearifan lokal Betawi serta Sunda, yang jejaknya bisa disaksikan di Museum Benteng Heritage, Kawasan Pasar Lama.
-
Kapan gedung Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya dialihfungsikan menjadi museum? Pada 1975, gedung ini dialihfungsikan sebagai Museum Mpu Tantular hingga pada tahun 2004.
-
Kapan museum Rumah Kelahiran Buya Hamka diresmikan? Rumah Buya Hamka ini resmi dibangun kembali pada tahun 2000 dan diresmikan oleh Gubernur Sumatra Barat saat itu, Zainal Bakar setahun sesudahnya.