Tradisi unik Mekotekan di Mengwi di Hari Raya Kuningan
Bendesa Adat Munggu, I Made Rai Sujana menjelaskan acara tradisi Mekotek merupakan suatu tradisi turun menurun yang dimulai pada zaman kejayaan kerajaan Mengwi yang dulu beristana di Desa Adat Munggu.
Hari Raya Kuningan yang dirayakan setiap 6 bulan sekali, selalu digelar tradisi mekotekan di desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi di Badung Bali, Sabtu (15/4). Tradisi Mekotek atau Ngerebek berawal dari sejarah cerita Kerajaan Mengwi saat akan menguasai daerah Blambangan Jawa Timur.
Sebelum menjajah Raja Mengwi memohon doa restu di Pura Dalam Wisesa Adat Munggu bersama rakyat dan para patih. Dimana saat itu Raja Mengwi diberkahi tombak dan tameng sebagai senjata.
Singkat cerita Raja Mengwi dapat menaklukan Raja Blambangan, setelah mendapat kemenagan Raja Mengwi kembali pulang, namun didalam perjalanan tepatnya di tanah Gilimanuk disambut para perajurit dengan cara diserang menggunakan sebilah bambbu.
Kegembiraan saling serang itu membuat sang raja merasa sangat terharu. Sejak saat itu Raja Mengwi bersumpah akan mengadakan kegiatan Mekotek di Wilayah Desa Adat Munggu setiap Saniscara (Hari sabtu kliwon) Wuku Kuningan yang bertepatan pada hari raya Kuningan.
Bendesa Adat Munggu, I Made Rai Sujana menjelaskan acara tradisi Mekotek merupakan suatu tradisi turun menurun yang dimulai pada zaman kejayaan kerajaan Mengwi yang dulu beristana di Desa Adat Munggu.
Bahkan katanya trasisi Mengkotek ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional.
"Baru-baru ini sudah ditetapkan sebagai warisan Budaya Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ucapnya hari sabtu(15/4)
Selain itu Sujana juga menuturkan makna tradisi Mekotek ini menurutnya mempunyai makna, penghormatan bagi jasa para pahlawan dahulu, menolak bala dalam mengusir roh-roh jahat yang akan masuk pada masyarakat, serta pemersatu bagi para anak-anak muda.
"Kenapa masyarakat menyakini tradisi penolak bala, arena pada zaman penjajahan tradisi ngerebek ini pernah dilarang oleh penjajah karena dikira akan melakukan pemberontakan atau perlawanan kepada Belanda sehinga yang terjadi di Desa dan masyarakat dahulu banyak yang terkena penyakit bahkan banyak yang sampai meninggal, dan lahan pertanian juga banyak yang terkena hama," ungkap Sujana
Acara ini dimulai dengan sejumlah pemuda di desa Munggu menggelar ritual persembahyangan terlebih dahulu pukul 02.30 WITA.
Untuk kemudian para pemuda dibagi menjadi dua kelompok. Dengan masing-masing pemuda menggenggam sebatang kayu Pulet kayu asli Bali dengan panjang rata-rata 3,5 meter.
Mereka tidaklah saling serang dengan cara saling memukul. Tetapi saling dorong hingga kayu membentuk sebuah kerucut sebagai simbol tanda keagungan.
Acara ini beru usai pukul 17.00 WITA diakhiri dengam bersembahyang bersama seluruh warga desa setempat.
"Upacara Mekotek ini diikuti 12 Banjar Adat seluruh Desa Adat Mungguh," demikian Sujana menegaskan.