Ulil Abshar ditolak hadiri seminar di UIN Suska
"Kejadian ini sangat disayangkan. Prinsip dunia kampus adalah kebebasan berbicara untuk ditelaah," kata Ulil.
Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdala terpaksa balik kanan kembali ke Jakarta menyusul adanya penolakan saat akan menghadiri Seminar Internasional bertajuk 'Demokrasi Di Negara-negara Muslim'. Acara dibuat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ushulluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Khasim (Suska) Provinsi Riau.
Politikus Partai Demokrat ini, tiba di Pekanbaru pada Sabtu (19/10) malam. Materi seminar yang telah disiapkannya untuk disampaikan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) UIN Suska, Minggu (20/10) pukul 13.00 Wib terpaksa dibatalkan. Pembatalan tersebut atas permintaan Dekan Fakultas Ushulludin, Dra Salmiatiyeli MAg.
"Memang ada penolakan atas kehadiran Mas Ulil. Kepada kami, penolakan itu juga disampaikan. Jadi, ibu dekan menyampaikan langsung kepada mas Ulil di ruangannya," kata Bustomi, Gubernur BEM Ushulluddin yang juga Ketua Panitia Pelaksana Seminar Internasional, Minggu (20/10).
Akhirnya, terang Bustomi, seminar yang dihadiri ratusan mahasiswa itu, berlangsung tanpa dihadiri Ulil. Menurut Bustomi, sejak surat peminjaman tempat dilayangkan ke pihak Rektorat UIN, penolakan itu sudah muncul. Bahkan, kemarin (Sabtu) penolakan tersebut semakin menguat dengan adanya ancaman dari pihak luar kampus.
"Melalui SMS ada, bahkan disampaikan langsung ke kami," katanya lagi.
Sementara itu, Ulil Abshar menyampaikan kekecewaannya atas kejadian tersebut. "Kejadian ini sangat disayangkan. Prinsip dunia kampus adalah kebebasan berbicara untuk ditelaah. Inikan panggung akademik dan ilmiah, bukan dakwah," ungkap Ulil.
Meskipun pihak yang menolak tidak menyampaikan secara langsung, Ulil berharap pihak kampus seharusnya tidak takut atas adanya ancaman. Menurutnya, kampus adalah ruang diskusi maupun debat paling adil.
"Bahkan, panitia juga mengundang pembicara lain yang tidak setuju dengan pendapat saya. Saya ga berharap UIN menjadi seperti ini. Khairuddin Nasution, salah satu pendiri UIN, adalah orang yang membawa orientasi penting dalam pemikiran Islam yang terbuka," keluh Ulil.
Terkait alasan penolakan yang diduga berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang melarang adanya paham Pluralisme, Sekulerisme dan Liberalisme, Ulil berpandangan bahwa Fatwa tersebut bukanlah produk hukum positif.
"Memang, Fatwa MUI Tahun 2005 tentang paham tersebut ada. Itu merupakan Legal Opinion dari para sarjana muslim. Namun, legal opinion bukanlah produk negara. Bahkan, Nahdatul Ulama (NU) saja berpandangan berbeda dengan fatwa itu," terang Ulil.
Meskipun menghormati keputusan Dekan Ushulluddin yang diakuinya berada pada posisi sulit, Ulil sangat berharap, budaya debat dan diskusi tak boleh dipengaruhi oleh tekanan atau ancaman apapun. Ia khawatir, jika kejadian serupa terus menerus terjadi, bahkan menjadi Trend, maka, maka akan membentuk watak mahasiswa yang tidak terbuka atau ekslusif.
"Kejadian seperti ini bisa lebih membahayakan watak mahasiswa. Namun, seandai acara berani diteruskan, dan saya dikritik keras, saya akan tanggapi. Karena dalam debat, intinya ada pertukaran gagasan," ungkapnya.
Ditemui dilokasi yang sama, pembicara lainnya, Abdul Halim Mahaly, Pengamat Internasional dari Riau yang juga merupakan penulis buku 'Membedah Ambisi Global AS', juga mengaku prihatin atas kejadian ini.
"Kita nampaknya belum siap berbeda. Saya khawatir, pikiran kita akan semakin eksklusif," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ushulluddin, Dra Salmiatiyeli MAg, membenarkan adanya penolakan tersebut sehingga pihaknya memutuskan agar Ulil Abshar jangan hadir saat seminar.
"Demi keamanan. Kita memilih menjauhi masalah tersandung hukum. Karena pihak yang menolak mengatakan akan melakukan aksi demo dan keributan jika Pak Ulil tetap hadir," ungkap Salmiatiyeli saat dihubungi melalui sambungan selulernya.
Salmiatiyeli mengaku, penolakan tersebut tak disampaikan langsung pada dirinya. "Saya dengar ada yang nolak. Katanya dari Ormas (Organisasi Kemasyarakatan)," kata Salmiatiyeli.
Meski demikian, tambah Salmiatiyeli, pihaknya telah meminta maaf kepada Ulil Abshar atas peristiwa tersebut.
Diketahui, Seminar yang mendatangkan Ulil tersebut, awalnya digagas oleh Fakuktas Hukum Syariah. Namun, karena tidak disetujui oleh pihak Dekanat, maka, gagasan tersebut diusulkan kepada Fakultas Dakwah. Lagi-lagi, Dekan Fakultas tersebut, Akbarizan, yang merupakan Ketua Bidang Dakwah MUI Provinsi Riau menolak dengan tegas.
Akhirnya, gagasan tersebut diterima dan direncanakan oleh Fakultas Ushulluddin meskipun akhirnya Ulil terpaksa balik kanan pulang ke Jakarta pada saat kegiatan.
-
Kenapa tasawuf penting? Belajar tasawuf adalah penting karena tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kita untuk menyucikan jiwa, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-
Apa ciri khas bacaan sholat Muhammadiyah? Bacaan sholat Muhammadiyah tidak mengandung bacaan tambahan, seperti membaca basmalah sebelum surat Al-Fatihah, membaca qunut pada sholat subuh, dan membaca doa setelah tasyahud akhir.
-
Apa pengertian tasawuf? Tasawuf adalah dimensi mistik Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual batiniah individu. Hal ini sering disebut sebagai jantungnya Islam, karena menekankan pengembangan hubungan yang mendalam dan pribadi dengan Tuhan melalui berbagai praktik spiritual.
-
Di mana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam? Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Kenapa kesabaran penting dalam Islam? Kesabaran merupakan salah satu sifat yang sangat dihargai dalam Islam. Tidak hanya dituntut dalam menghadapi ujian hidup, tetapi juga ketika berinteraksi dengan sesama manusia.
-
Bagaimana Islam menyebar di Kesultanan Perlak? Seiring banyaknya pedagang yang singgah dan melakukan perniagaan di Kesultanan Perlak kemudian terjadilah pernikahan antara mereka dengan masyarakat Perlak. Faktor inilah yang menyebabkan ajaran-ajaran Islam sangat cepat menyebar.