Viral Santri Diduga Dianiaya Senior, Ini Penjelasan Ponpes di Banyuasin
Seorang santri Pondok Pesantren Izzatuna Banyuasin, Sumatera Selatan, FTM (12), diduga dianiaya seniornya, NA (17). Pihak yayasan pun memberikan penjelasan terkait kejadian yang viral di media sosial itu.
Seorang santri Pondok Pesantren Izzatuna Banyuasin, Sumatera Selatan, FTM (12), diduga dianiaya seniornya, NA (17). Pihak yayasan pun memberikan penjelasan terkait kejadian yang viral di media sosial itu.
Ketua Yayasan Izzatuna Muhammad Kosasi menyatakan tidak ada kekerasan yang dilakukan santrinya, terlebih menyebabkan korban terluka parah. Yayasan telah meminta keterangan NA dan beberapa santri lainnya setelah menerima laporan keributan di salah satu kamar asrama santri.
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Apa yang diajarkan di sekolah pencuri? Pendidikan kriminal mencakup serangkaian pelajaran yang menghasilkan gangster 'profesional' setelah 'lulus'.
-
Siapa saja yang terlibat dalam sekolah pencuri? Pengajar dari tempat ini yaitu anggota geng, dan pelaku kriminal yang pernah dihukum.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Di mana Laskar Pelangi bersekolah? Novel Laskar Pelangimenceritakan tentang kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan.
"Tidak ada kekerasan itu, sudah kami konfirmasi ke NA dan yang lainnya," ungkap Kosasi, Senin (24/10).
Hanya Tarik Kerah Baju
Dari pengakuan NA, dirinya hanya mencengkeram kerah baju korban, bukan melakukan pemukulan. Peristiwa itu terjadi pada 7 Agustus 2022 lalu.
Dari keributan itu, wali asrama bersama pengasuh melakukan musyawarah dan memberikan teguran lisan kepada NA serta memindahkan ke kamar lain agar peristiwa serupa tak lagi terulang.
Kemudian, pada 18 Oktober 2022, FTM dijemput orang tuanya dengan alasan sakit perut. Setelah itu, orang tuanya menghubungi wali asrama untuk menanyakan kenapa anaknya sakit perut dan sering muntah setelah makan.
"Orang tuanya bilang anaknya pernah ribut di kamar dengan NA. Kami nyatakan tidak ada kejadian apa pun saat dia minta izin pamit pulang," ujarnya.
Kemudian pada 20 Oktober 2022, yayasan mengajak NA dan walinya membesuk FTM di rumah sakit. Ketika itu, terjadi kesepakatan untuk berdamai dan diselesaikan secara kekeluargaan.
"Kami kaget ketika mengetahui kasus ini menjadi viral, padahal sudah ada mediasi antara mereka yang ditengahi pesantren," kata dia.
Sebut Sudah Berdamai
Kuasa Hukum orangtua NA, Novel Suwa menyebut, anak kliennya baru pindah ke pesantren itu sehingga ditempatkan di kamar anak SMP sebelum mendapatkan kamar permanen. Dia mengakui terjadi keributan antara FTM dan NA pada 7 Agustus 2022.
"Ada keributan biasa seperti persoalan kain dan persoalan lainnya sehingga terjadilah perkelahian. Tapi itu sudah lama, sekarang baru viral, itu yang kami sayangkan," kata dia.
"Apalagi masalah ini sudah berdamai, sudah saling memaafkan, anak klien saya juga sudah meminta maaf," sambungnya.
(mdk/yan)