NasDem: PBNU Tak Bisa Larang Kader Berpartai dan Dukung Pasangan Capres-Cawapres
NasDem menilai PBNU sebagai organisasi struktural tentu tidak dapat melarang masyarakat NU untuk berpolitik
NasDem menilai PBNU sebagai organisasi struktural tentu tidak dapat melarang masyarakat NU untuk berpolitik
NasDem: PBNU Tak Bisa Larang Kader Berpartai dan Dukung Pasangan Capres-Cawapres
Partai NasDem merespons sikap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dinilai menyasar ke bakal calon wakil presiden (bacawapres) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, lantaran tampil sebagai representatif warga Nahdliyin.
“NU itu ada dua istilah, ada NU struktural, ada NU kultural. NU kultural itu disebut sebagai warga Nahdliyin. Warga Nahdliyin itu diperbolehkan khittoh, artinya seluruh warganya boleh mendukung parpol apapun, ikut koalisi capres cawapres siapapun, itu boleh. Dengan pedoman politik warga NU antara lain berorientasi kepada kemaslahatan dan dilakukan dengan akhlakul kharimah,” tutur Gus Choi di Nasdem Tower, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (5/9).
- Deklarasi Kampanye Pemilu Damai, Kutai Timur Serukan Persatuan dan Kesatuan
- Kemendagri: Kepala Daerah Dilarang Copot Baliho Capres-Cawapres Tanpa Sepengetahuan Partai
- Empat Partai Ini Tak Bisa Sumbang Dana Kampanye Capres-Cawapres
- Incar Kader Golkar Ini Jadi Cawapres, PDIP Janji Tak akan Main Serobot Parpol Lain
Atas dasar itu, kata Gus Choi, PBNU sebagai organisasi struktural tentu tidak dapat melarang masyarakat NU untuk berpolitik dan memilih arah dukungan dalam Pilpres 2023.
“Jadi PBNU tidak bisa melarang kadernya untuk berpartai, untuk mendukung siapa saja,”
jelas Gus Choi.
Menurut Gus Choi, terhadap Muhaimin Iskandar alias Cak Imin pun seharusnya tidak memberikan sentimen negatif. Terlebih, dia merupakan sosok pemuda dari Nahdlatul Ulama dan memang kental dengan organisasi Islam tersebut.
“Termasuk Cak Imin tidak boleh dicemooh, apalagi dia pemimpin partainya yang dilahirkan dari rahim NU,” Gus Choi menandaskan.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan, warga Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah kerbau yang dicucuk hidungnya sehingga bisa begitu mudahnya disetir dalam kontestasi Pilpres 2024. Anggapan itu pun dinilai sangat menghina.
“Nah cuma sekarang mindset orang itu masih banyak yang menganggap warga NU ini kayak kebo-kebo dicucuk hidungnya, ikut ke sana kemari gampang, dan itu anggapan yang menghina sekali kepada warga NU,” sambung Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, warga NU saat ini sudah sangat cerdas dan terdidik. Tentu pada akhirnya mereka dapat mengetahui dan menilai mana pihak yang layak dan tidak untuk didukung.