Purnawirawan Jenderal Angkatan Darat masih takut komunis
"Mereka kini bersembunyi di tempat yang terang, terutama di kursi penyelenggara negara," kata Letjen (Purn) Soerjadi.
Masa reformasi yang menghendaki kebebasan dianggap justru membangkitkan paham Komunisme. Ini terlihat dari munculnya beberapa gerakan yang mendukung adanya pengadilan ad hoc Hak Asasi Manusia (HAM) terkait peristiwa 1965. Para purnawirawan Angkatan darat masih khawatir komunisme bisa muncul dan tumbuh di Indonesia.
"Sinyalemen kebangkitan komunisme sudah terang-terangan, salah satunya dengan menuntut didirikannya pengadilan ad hoc untuk menindaklanjuti rekomendasi Komnas HAM," ujar Ketua Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD), Letjen (Purn) TNI Soerjadi di sela Sarasehan di Mess PPAD, Jl Matraman Raya, Jakarta, Rabu (14/11).
-
Mengapa komunisme muncul? Komunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
-
Apa tujuan utama dari komunisme? Tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat komunis dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
-
Siapa yang menginspirasi lahirnya Komunisme? Terinspirasi oleh karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels, konsep dasar komunisme adalah menciptakan masyarakat di mana sumber daya dan produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat.
-
Bagaimana komunisme mencapai tujuannya? Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambilalihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.
-
Apa inti dari konsep 'Bersamaisme'? Sebuah negara dengan konsep ini bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah alat untuk mencapai tujuan. Hal tersebut berkaitan dengan memajukan masyarakat, menegakkan hukum, menjalankan keadilan serta persamaan dan pembagian hak dengan kewajiban.
-
Siapa penggagas konsep "Bersamaisme"? Mengenal Sosok Kahrudin Yunus Penggagas Konsep 'Bersamaisme', Tokoh Ekonomi Islam Asal Solok Kahrudin Yunus lahir di Jorong Sarikiah, Nagari Sulit Air, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada tanggal 14 Agustus 1915.
Soerjadi mengatakan, gerakan ini menuntut rekonsiliasi seperti rekomendasi yang dikeluarkan Komnas HAM. "Mereka juga menuntut ganti rugi atas tuduhan kudeta yang mereka jalankan," kata dia.
Selanjutnya, Soerjadi merasa janggal atas tuntutan yang diminta gerakan itu. "Ini masalah kudeta. Ini jadi persoalan yg aneh di suatu negara," kata dia.
Lebih lanjut, Soerjadi menambahkan, kebangkitan komunisme patut diwaspadai lantaran menggunakan cara yang halus dan tidak terlihat. Bahkan, kata dia, komunisme kini sudah masuk di lingkungan penyelenggara negara.
"Mereka kini bersembunyi di tempat yang terang, terutama di kursi penyelenggara negara," pungkas dia.