Benarkah Balita Dilarang untuk Diberikan Teh? Ketahui Dampak dan Fakta Sebenarnya
Beberapa waktu ini tengah viral mengenai larangan memberi teh ke balita bisa sebabkan anemia. Benarkah?
Sebuah peringatan viral di media sosial mengingatkan orang tua untuk tidak memberikan teh kepada balita. Peringatan ini berasal dari sebuah kertas bertuliskan 'Resep Rawat Jalan' yang diunggah oleh akun TikTok @dr.jatikusuma.spa, yang menjelaskan alasan mengapa teh tidak boleh diberikan kepada anak kecil. Salah satu alasannya adalah teh dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh, yang berpotensi menyebabkan anemia.
Mengapa Zat Besi Penting untuk Balita?
Zat besi merupakan nutrisi esensial yang diperlukan tubuh untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Menurut artikel yang ditinjau oleh ahli nutrisi Kathy W. Warick, RDN, CDCES dari Healthline, kekurangan zat besi dapat mengakibatkan tubuh tidak mampu memproduksi hemoglobin dengan cukup, sehingga meningkatkan risiko anemia defisiensi zat besi. Bayi yang mendapatkan ASI umumnya memperoleh zat besi yang cukup dari susu ibunya.
-
Apa yang terjadi saat kita menghirup virus atau alergen? Ketika Anda menghirup virus atau alergen seperti debu atau serbuk sari, hal itu mengiritasi lapisan saluran hidung dan sinus Anda. Ini membuat hidung Anda mulai membuat lendir bening yang menangkap kuman atau alergen dan membantu membersihkan zat-zat berbahaya ini dari hidung Anda.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan anak yang terinfeksi gondongan bisa menularkan virus? Anak yang terinfeksi bisa menularkan virus sejak beberapa hari sebelum gejala muncul hingga lima hari setelah gejala berakhir.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Namun, saat anak mulai mengonsumsi makanan padat, risiko kekurangan zat besi dapat meningkat, terutama jika pola makan mereka tidak seimbang. Kondisi ini sering kali sulit dideteksi karena anemia defisiensi zat besi sering kali tidak menunjukkan gejala awal. Dalam kertas tersebut, Jati menjelaskan bahwa zat besi sangat penting untuk perkembangan otak, meningkatkan kecerdasan, kemampuan kognitif, konsentrasi, dan IQ. Selain itu, zat besi juga mendukung sistem kekebalan tubuh, memberikan energi bagi otot, membantu keterampilan motorik, serta berperan dalam pencegahan stunting.
Kisah nyata di balik konten viral yang dibagikan oleh dr. Jati Kusuma SpA
Dalam unggahan di Instagram, Jatikusuma menjelaskan bahwa kertas tersebut adalah catatan tentang salah satu pasiennya. Seorang anak berusia dua tahun ditemukan memiliki kadar hemoglobin (Hb) yang sangat rendah, yaitu 8,7 (seharusnya di atas 11). Orang tua anak tersebut tidak menyadari adanya masalah karena sang anak terlihat ceria dan aktif. Anemia ini baru terdeteksi saat anak tersebut dirawat di rumah sakit karena penyakit lain, yaitu bronkopneumonia. Setelah diselidiki, ternyata anak sering diberikan teh oleh neneknya karena ia lebih menyukai minuman tersebut. Padahal, teh mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi, sehingga menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Fakta Tentang Anemia Defisiensi Zat Besi
Menurut dr. Jatikusuma, banyak kasus anemia defisiensi zat besi pada anak-anak yang sulit terdeteksi. Masalah ini tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, tetapi juga di perkotaan. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar bayi diberikan suplementasi zat besi untuk mencegah anemia ini. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mengonsumsi teh lebih rentan mengalami anemia. Hal ini disebabkan oleh tanin dalam teh yang mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dari makanan. Selain itu, anak yang sudah kenyang minum teh mungkin kehilangan nafsu makan untuk makanan bergizi yang kaya zat besi.
Mengapa Balita Tidak Disarankan Mengonsumsi Teh?
Teh, terutama teh hitam dan teh hijau, mengandung kafein dan tanin yang dapat berpotensi membahayakan bagi anak-anak. Menurut laporan dari WebMD pada Jumat, 11 Oktober 2024, kafein dapat menyebabkan anak mengalami gelisah, nyeri perut, sakit kepala, dan gangguan tidur. Di sisi lain, tanin dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan, yang berisiko menyebabkan anemia. Beberapa tanda anemia pada anak yang perlu diperhatikan meliputi:
- Kulit yang tampak pucat
- Mudah merasa lelah
- Sikap yang mudah marah
- Nafsu makan yang menurun
- Pertumbuhan yang terhambat
- Sering mengalami infeksi
Gejala-gejala ini mungkin tidak segera terlihat, tetapi dapat berdampak negatif pada perkembangan fisik dan kognitif anak dalam jangka panjang.
Sebagai langkah pencegahan, dr. Jatikusuma mengingatkan orang tua, kakek-nenek, dan pengasuh lainnya untuk tidak memberikan teh kepada anak balita. Apabila ingin memberikan makanan atau minuman kepada anak, sebaiknya selalu berkonsultasi dengan orang tua anak agar dapat memastikan keamanan dan kesehatan. Dengan memahami dampak negatif teh terhadap penyerapan zat besi, orang tua dapat lebih selektif dalam memilih asupan untuk anak demi mendukung pertumbuhan yang optimal dan mencegah anemia defisiensi zat besi.