Cegah Kanker dengan Cara Hindari Kandungan Karsinogenik pada Makanan Cepat Saji
Kandungan karsinogenik penyebab kanker bisa ditemui pada konsumsi makanan cepat saji.
Pentingnya menjaga pola makan sehat tidak dapat diremehkan, terutama dalam upaya pencegahan kanker. Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Prof. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, Sp.A, menekankan bahwa makanan cepat saji dan makanan yang diproses tinggi sering kali mengandung zat karsinogenik yang dapat meningkatkan risiko kanker.
“Fast food sendiri itu adalah makanan yang diproses sehingga WHO juga sudah mengatakan bahwa makanan-makanan yang diproses itu cenderung sekali menjadi karsinogenik. Artinya bisa menyebabkan kanker,” jelasnya dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, dilansir dari Antara.
-
Bagaimana makanan cepat saji dapat memicu jerawat? Makanan cepat saji biasanya mengandung lemak jenuh, garam, gula, dan bahan pengawet yang bisa meningkatkan peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh. Peradangan dan stres oksidatif adalah dua faktor utama yang berkontribusi pada terjadinya jerawat.
-
Kenapa jangkrik butuh makanan yang bernutrisi agar panen cepat? Dengan memberikan makanan yang bernutrisi dan berkualitas, maka ini dapat mendukung proses panen yang melimpah.
-
Kenapa jus lebih baik untuk asupan nutrisi cepat? Jus adalah sari buah atau sayur yang bersifat cair, sementara smoothies mempertahankan ampasnya, memberikan kelebihan serat dan tekstur yang unik.
-
Bagaimana cara mengetahui apakah kita makan terlalu cepat? Mengetahui apakah kamu terlalu cepat ketika makan merupakan hal yang bisa membantu dalam memperlambatnya. Tanda-tanda fisik yang kamu alami bisa membantu dalam menyadari apakah kamu makan terlalu cepat atau tidak.
-
Apa saja jenis makanan yang bisa diberikan untuk jangkrik agar cepat panen? Berikut adalah enam makanan jangkrik yang bagus agar cepat panen dan mudah didapat.
-
Bagaimana nasi bisa cepat basi? Nasi cepat basi disebabkan oleh pertumbuhan bakteri bernama Bacillus cereus yang biasanya hadir pada nasi.
Makanan cepat saji, yang kerap menjadi pilihan praktis dalam kehidupan modern, sebenarnya membawa berbagai risiko kesehatan. Makanan ini umumnya mengandung kalori yang tinggi, lemak tidak sehat, dan gula yang berlebihan, yang semuanya dapat berkontribusi terhadap berbagai penyakit metabolik seperti obesitas. Lebih dari itu, kandungan karsinogenik dalam makanan tersebut berpotensi memicu perkembangan kanker dalam tubuh.
Prof. Pustika juga menyoroti bahwa makanan instan cenderung rendah akan nutrisi esensial seperti serat, vitamin, dan mineral. Padahal, nutrisi ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan sistem imun tubuh dan mengurangi risiko kanker.
“Padahal itu kita butuhkan untuk menjaga sistem imun kita supaya balance, mengurangi risiko kanker. Dengan serat, mineral itu adalah suatu antioksidan yang dibutuhkan untuk memproteksi atau melawan kanker,” ujarnya.
Penting untuk diingat bahwa meskipun faktor genetik memiliki peran dalam perkembangan kanker, gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menjadi pemicu signifikan. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat, seperti makanan instan dan cepat saji, dapat memperburuk risiko ini. Selain itu, paparan terhadap zat kimia berbahaya, radiasi sinar X, dan infeksi virus tertentu juga bisa memengaruhi perubahan genetik yang berujung pada kanker.
“Jadi secara tidak langsung hidup yang tidak sehat bisa membuat kanker, dan yang mesti diingat infeksi virus juga bisa mengubah gen, untuk sebagian kanker itu penyebabnya infeksi virus,” tambah Prof. Pustika.
Dalam konteks ini, pencegahan kanker bukan hanya tentang menghindari faktor genetik, tetapi juga tentang mengadopsi gaya hidup sehat yang melibatkan pola makan yang kaya akan nutrisi esensial. Dengan menghindari makanan cepat saji dan memprioritaskan konsumsi makanan alami yang kaya serat, vitamin, dan mineral, kita dapat memperkuat sistem imun tubuh dan mengurangi risiko terkena kanker.
Menyadari dampak buruk dari makanan cepat saji adalah langkah awal yang penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang. Edukasi mengenai bahaya kandungan karsinogenik dalam makanan instan dan dorongan untuk memilih makanan yang lebih sehat harus terus disampaikan kepada masyarakat. Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga generasi mendatang dari ancaman penyakit mematikan seperti kanker.