Hindari mengonsumsi makanan yang dipanaskan di microwave
Ini akibatnya jika Anda mengonsumsi makanan dari microwave
Kecanggihan teknologi telah memasuki seluruh lini kehidupan manusia. Termasuk pula dalam kecanggihan mengolah masakan. Setelah oven, microwave menjadi alat untuk memanaskan makanan dengan efisien dan tidak ribet. Selain itu, ditemukan pula bahan pangan yang bisa langsung Anda konsumsi setelah dipanaskan di microwave selama beberapa menit. Semuanya membantu untuk memudahkan hidup manusia.
Namun amankah mengonsumsi makanan di dalam wadah yang dipanaskan di dalam microwave? Nampaknya, keamanan tersebut tidaklah terjamin. Sebab menurut penelitian yang dilansir dari dailymail.co.uk, dikatakan bahwa panas dari microwave mampu mengeluarkan bahan kimia yang merusak sistem kerja hormon endokrin atau yang dikenal dengan istilah endocrine-disrupting chemicals (EDC).
"EDC mampu mengganggu cara kerja hormon endokrin. Padahal hormon endokrin sendiri berfungsi untuk mengatur semua sistem di dalam tubuh termasuk tentang reproduksi, bertumbuhnya sel baik, meningkatnya sistem kekebalan tubuh, terjaganya kesehatan mental, hingga mengatur seberapa banyak kalori yang bisa dibakar tubuh," jelas penelitian dari WHO atau Badan Kesehatan Dunia ini.
Selain itu, WHO sendiri juga memperkirakan bahwa ada 800 bahan kimia yang bertindak sebagai EDC. Bahan kimia ini masuk melalui air, debu, udara yang Anda hirup, hingga kontak langsung dengan kulit. Dalam laporan setebal 296 halaman ini juga dikatakan bahwa EDC dapat menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit kronis seperti kanker, obesitas, penyakit autoimun, Alzheimer dan Parkinson di usia tua, jantung, stroke, hingga infertilitas.
Baca juga:
Deteksi penyakit diabetes lewat 7 tanda di kulit ini
Makan serangga bisa bikin kurus, tertarik untuk mencoba?
Awas, hewan peliharaan mampu sebabkan 5 penyakit mengerikan ini
Jarang minum susu mampu terhindar dari kanker?
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami perkembangan tubuh dan penyakit? Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian tentang hubungan antara teh dan sakit kepala dilakukan? Namun, hasil data yang dipublikasikan pada tahun sebelumnya dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi keterkaitan antara konsumsi teh dan risiko migrain pada populasi di Eropa.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.