Ini dampaknya bagi perempuan bila terlalu eksis di media sosial
Media sosial memiliki 2 sisi, ada yang positif dan negatif. Nah, bagi wanita yang gila sosmed, kebiasaan ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial dan depresi. Sedangkan sisi positifnya adalah bermanfaat untuk mengurangi stres.
Pada era modern seperti saat ini, hampir seluruh masyarakat dunia memiliki setidaknya satu akun media sosial, tak terkecuali di Indonesia. Berdasarkan data statistik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII, penggunaan internet di Indonesia pada akhir tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dan mayoritas menggunakan internet untuk mengakses sosial media. Dan siapa pengguna terbesarnya? Women’s Media Center merilis data bahwa pada 2014, pengguna media sosial terbanyak adalah perempuan, yakni sebesar 71%.
Tak bisa disangkal, bahwa pengaruh media sosial cukup besar bagi perempuan. Di satu sisi media sosial memang bisa memudahkan hidup kita. Informasi yang serba ada, singkat dan cepat, membantu Anda untuk melek informasi. Namun, terlalu aktif di media sosial juga berbahaya bagi emosi kita. Ini bahayanya jika kita terlalu eksis di media sosial.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Mengapa Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya jiwa merdeka bagi peserta didik? Maka dari itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa yang merdeka, dalam artian merdeka secara lahir batin serta tenaganya. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara memiliki istilah sistem among, yaitu melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematahkan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang mumi perempuan yang menjerit? Pemeriksaan menunjukkan perempuan itu berusia sekitar 48 tahun saat meninggal. Dia menderita radang sendi ringan di tulang belakang, dan kehilangan beberapa gigi, kata profesor radiologi Universitas Kairo Sahar Saleem, yang memimpin penelitian ini.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Siapa saja yang terlibat dalam penelitian tentang dampak merokok terhadap kesehatan remaja? Studi yang dipresentasikan dalam Kongres European Respiratory Society (ERS) di Wina, Austria, menunjukkan bahwa merokok sejak remaja meningkatkan risiko masalah pernapasan, seperti mengi dan produksi dahak, saat mencapai usia 20-an.
1. Membuat ketergantungan
Pada sebagian orang, media sosial mampu memberikan kenyamanan dan meningkatkan kepercayaan diri, sehingga seringkali mereka tidak berhenti untuk menyebarkan informasi, terlepas dari informasi tersebut penting atau tidak. Anda juga jadi tidak bisa lepas dari gadget karena ingin terus memantau apa pun yang terjadi pada media sosial yang Anda miliki.
Nah, jika Anda memiliki gejala seperti tidak bisa jauh dari handphone, sulit untuk menon-aktifkan ponsel, atau jari-jari Anda terasa gatal bila tidak mengetik sesuatu pada layar ponsel dan memposting di media sosial, Anda mungkin sudah ketergantungan. Ayo mulai batasi penggunaan media sosial sehingga Anda tidak hanya dekat dengan orang-orang di dunia maya, namun juga dengan orang-orang yang berada di sekeliling Anda.
2. Mengubah suasana hati
Cukup sulit bagi para pengguna sosial media untuk mengatur banyaknya informasi yang beredar. Informasi tersebut bermacam-macam, mulai dari hal yang positif seperti hiburan, ataupun yang negatif seperti kekerasan. Tanpa disadari, hal-hal yang Anda dapatkan melalui media sosial dapat mengubah suasana hati. Anda mungkin sering mengalami, suasana hati yang gembira mendadak sedih atau kesal hanya karena melihat postingan di media sosial. Apalagi informasi di media sosial, seringkali berita negatif yang memancing emosi.
Untuk mencegah hal tersebut, pilihlah akun-akun yang positif dan buang akun-akun negatif yang hanya akan merusak suasana hati Anda. Saringlah informasi-informasi yang mampu memotivasi dan membuat suasana hati Anda lebih bahagia.
3. Meningkatkan kecemburuan sosial
Banyak orang berkata sirik tanda tak mampu. Namun, sudahkah Anda ketahui bahwa media sosial berpotensi untuk meningkatkan kecemburuan sosial? Lihat saja beberapa artis papan atas atau teman dekat Anda yang memamerkan barang berharganya atau liburan ke luar negeri melalui media sosial mereka. Pernahkah awalnya Anda biasa saja melihat hal tersebut, namun lama kelamaan ada perasaan kesal akibat Anda tidak memiliki kesempatan seperti mereka?
Tim peneliti dari University of British Columbia yang telah melakukan riset pada 1.100 pengguna Facebook membuktikan bahwa begitu banyak reaksi negatif dikeluarkan atau diposting akibat rasa iri. Dampaknya adalah rasa benci yang berkelanjutan dan bisa-bisa menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Seram, kan? Maka, penting bagi Anda selaku pengguna media sosial untuk menyadari bahwa kebahagiaan tidak melulu mengenai materi dan tetaplah mensyukuri apa yang telah Anda miliki saat ini.
4. Meningkatkan kecenderungan untuk depresi
Sosial media yang sangat up-to-date akan segala informasi membuat tidak sedikit penggunaannya memiliki keinginan untuk lebih dulu mengetahui informasi tersebut ketimbang orang lain. Seringkali, ketinggalan berita membuat rasa percaya diri seseorang menurun dan menjadi depresi akan hal tersebut.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pengguna sosial media menjadi stres atau depresi. Di antaranya adalah kehilangan sinyal atau koneksi internet tidak lancar, tidak dapat mengakses sebuah website, atau ketika halaman website seketika tertutup karena baterai gadget mereka habis.
Untuk mengurangi tingkat stress, Anda perlu untuk mengurangi penggunaan media sosial. Sediakan waktu untuk diri sendiri tanpa media sosial, dan beristirahat. Selain itu, Anda juga memiliki pilihan untuk menggunakan kembali media konvensional untuk mencari tahu berbagai informasi.
5. Mengurangi stres
Tidak hanya bisa meningkatkan stres, media sosial juga bisa mengurangi stres para penggunanya, tergantung bagaimana cara Anda menggunakan sosial media tersebut. Berdasarkan data dari Pew Research Center, seorang wanita yang menggunakan media sosial beberapa kali dalam satu hari, memiliki tingkat stres lebih rendah ketimbang wanita yang tidak menggunakan media sosial sama sekali. Hal ini karena pada dasarnya wanita cenderung lebih terbuka dan berani mengungkapkan perasaannya. Sehingga saat mereka berekspresi melalui media sosial, saat itu pula ia melepas atau mengurangi rasa stresnya.
Namun, Anda tetap perlu membatasi dan mengontrol apapun yang ingin Anda sebar ke media sosial. Pastikan saat Anda depresi dan ingin memposting di sosial media, Anda tetap memiliki konten yang dapat berdampak positif bagi diri sendiri dan orang lain.
Ditinjau oleh: dr. Jezzy Reisya
http://meetdoctor.com/article/ini-dampaknya-bagi-perempuan-bila-terlalu-eksis-di-media-sosial