Metode Pengobatan Masyarakat Bali Kuno yang Masih Mujarab Hingga Sekarang, Penggunaan Tanaman Obat dalam Naskah Kuno Usadha
Pengobatan tradisional Bali menggunakan tanaman obat dari naskah kuno Usadha tetap mujarab hingga kini, menjaga warisan kesehatan lokal yang berharga.
Pengobatan tradisional Bali telah ada sejak zaman kuno dan hingga kini tetap menjadi bagian penting dari budaya kesehatan masyarakat Bali. Salah satu warisan berharga dari masa lalu adalah pemanfaatan tanaman obat yang tertulis dalam naskah kuno Usadha, yang hingga sekarang masih dianggap mujarab.
Tradisi pengobatan ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal Bali dalam meramu obat-obatan dari tanaman, diwariskan secara turun-temurun dan masih diterapkan dalam kehidupan modern.
-
Bagaimana pahatan batu kuno itu ditemukan? Batu-batu ini muncul dari dasar sungai yang mengering. Kekeringan parah di beberapa kawasan Amazon, Brasil menyebabkan ketinggian air sungai menyusut sangat signifikan. Dari dalam sungai, muncul banyak formasi batuan yan tersembunyi, di antaranya ada yang bergambar sosok manusia yang diperkirakan berusia 2.000 tahun.
-
Bagaimana cara pendeta kuno ini dimakamkan? Menariknya adalah pendeta tersebut dimakamkan di bawah enam lapisan abu bercampur tanah hitam, dengan mangkuk keramik berhias.
-
Kenapa penemuan alat dapur kuno penting? “Ini mengungkap evolusi gaya hidup masyarakat zaman dahulu dan bagaimana mereka mengembangkan gaya hidup yang lebih beradab,” ucap Jierao.
-
Bagaimana pedang kuno itu bisa tertancap di batu? Pedang itu tertanam dalam "batu yang padat, sehingga perlu perawatan khusus saat menariknya keluar."
-
Apa yang ditemukan di bilah pedang kuno tersebut? "Menurut museum, hasil pemindaian dengan sinar-X mengungkap ada sejumlah tulisan yang diukir di bilah pedang itu, itu adalah hal yang lazim terjadi pada pedang di masa abad pertengahan. "Itu bisa jadi adalah tanda khusus dari sang pembuat pedang atau berfungsi sebagai perlindungan dengan konotasi keagamaan. Tulisan itu masih menjadi misteri karena teksnya bercampur antara simbol dan tulisan," kata unggahan tersebut.
-
Di mana makam pendeta kuno itu ditemukan? Dikutip dari Reuters, Selasa (29/8), ini mengacu pada zona arkeologi dataran tinggi tempat makam itu ditemukan.
Penelitian Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat
Ni Kadek Sri Sumiartini, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa bukti peninggalan tertulis dari masyarakat Bali kuno menunjukkan pemanfaatan berbagai jenis tanaman sebagai bahan pengobatan. Naskah kuno yang berjudul Lontar Usadha Taru Pramana menjadi salah satu sumber yang sangat penting dalam tradisi pengobatan ini.
"Di dalam naskah tersebut tercantum kurang lebih 250 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan," ungkapnya dalam sebuah diskusi daring dilansir dari Antara.
Tanaman-tanaman tersebut digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit yang masih relevan hingga kini. Misalnya, bambu hampel digunakan untuk mengobati penyakit kuning, kelapa digunakan untuk meredakan demam, dan mengkudu berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi serta mengobati kelelahan. Tanaman lainnya, seperti bawang putih, dipercaya memiliki khasiat untuk memperpanjang usia atau membuat seseorang terlihat lebih awet muda.
Tradisi Pengobatan Bali Kuno
Meskipun prasasti dari masa Bali kuno tidak secara langsung menyebutkan nama-nama tanaman obat, istilah yang merujuk pada praktik pengobatan tradisional telah ditemukan. Salah satunya adalah penyebutan kata "walyan" yang mengacu pada dukun, atau penyembuh tradisional yang dipercaya masyarakat untuk mengobati penyakit. Dalam naskah Usadha, seorang dukun biasanya menggabungkan pengobatan spiritual dengan pemanfaatan tanaman obat untuk menyembuhkan pasien.
Naskah Usadha merupakan salah satu warisan budaya yang mendokumentasikan ilmu pengobatan tradisional di Bali. Istilah "usadha" sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno, yang berarti obat, dan secara etimologis juga terkait dengan bahasa Sanskerta yang mengacu pada ramuan tumbuhan yang digunakan sebagai obat. Menurut situs baliprov.go.id, ilmu pengobatan dalam Usadha masuk dalam salah satu bagian dari Atharva Veda, bagian dari empat Veda yang menjadi dasar ajaran agama Hindu.
- Kisah Budi Daya "Polohi Wasu", Obat Tradisional dari Suku Mori Bisa Obati Penyakit Kanker
- 11 Metode Pengobatan Kuno yang Menyeramkan Namun Masih Diterapkan Hingga saat Ini
- 10 Tanaman Herbal Kaya Manfaat yang Bisa Dibudayakan di Halaman Rumah
- Orang Jawa Kuno Kalau Batuk Obatnya Apa? Catatan Sejarah Bercerita
Jenis-Jenis Pengobatan dalam Usadha
Dalam naskah kuno Usadha, terdapat berbagai jenis metode pengobatan yang masing-masing disesuaikan dengan penyakit tertentu. Di antaranya adalah Usadha Buduh, pengobatan untuk orang dengan gangguan kesehatan mental. Metode ini digunakan untuk menyembuhkan sekitar 11 jenis gangguan kejiwaan, termasuk penderita yang sering bernyanyi, menangis tanpa alasan, atau berbicara tidak jelas. Pengobatan ini menggunakan ramuan tanaman obat yang diracik sesuai dengan kondisi pasien.
Selain itu, ada juga Usadha Rare yang fokus pada pengobatan anak-anak, terutama bagi yang mengalami kejang-kejang atau mata merah. Anak-anak yang terserang penyakit ini diberi ramuan herbal yang terbuat dari tanaman tertentu. Sementara itu, Usadha Kucacar digunakan untuk mengobati cacar, sebuah penyakit menular yang memerlukan pengobatan khusus yang juga melibatkan ritual spiritual.
Metode pengobatan lainnya, seperti Usadha Paneseh, ditujukan untuk ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan, seperti plasenta yang tidak keluar. Pengobatan ini menggunakan air tawar yang telah dirajah dengan simbol-simbol suci, kemudian diminum oleh pasien. Pengobatan lain, Usadha Dalem, ditujukan untuk penyakit dalam, termasuk penyakit perut, anyang-anyangan, atau kondisi yang berhubungan dengan alat reproduksi. Sedangkan, Usadha Ila digunakan untuk penyakit lepra yang ditandai dengan warna tertentu pada kulit pasien.
Hingga kini, metode pengobatan tradisional Bali yang menggunakan tanaman obat masih digunakan oleh masyarakat, terutama di desa-desa yang tetap mempertahankan tradisi leluhur mereka. Meskipun pengobatan modern telah mendominasi, pengobatan tradisional tetap menjadi pilihan banyak orang, terutama untuk penyakit-penyakit ringan atau sebagai bagian dari upaya pencegahan.
Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal Bali, yang tercermin dalam naskah Usadha, tetap memiliki relevansi dan dianggap mujarab hingga sekarang. Pengobatan tradisional ini tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya Bali, tetapi juga menunjukkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan alam secara bijak untuk menjaga kesehatan mereka. Melalui kombinasi ilmu pengetahuan kuno dan pemanfaatan sumber daya alam, pengobatan tradisional Bali tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.